Kaka

74 14 21
                                    

Beberapa hal yang aku dapati ketika aku bangun tidur: hidung mampet, kepala sakit, dan laper.

Tapi, hal paling terakhir yang kusebut sepertinya nggak begitu terasa.

Aku menatap sekitar, dan cukup kaget ketika menemukan kak Luke yang masih berada dalam kamar, padahal matahari udah muncul. Biasanya, pagi buta pasti udah bangunin aku juga.

"Eh, udah bangun." senyumnya. "Gimana rasanya, Ka?"

Aku mengedikkan bahu.
"Kakak kenapa nggak kuliah?"

"Yakali gue kuliah lo gue tinggalin sendirian" gelengnya, kali ini menghampiriku, meraba dahi serta pipiku.

"Kok belum turun juga, ya..." gumamnya. Entah apa yang belum turun, mungkin kucing yang suka gradak gruduk di atas genteng kamar dia.

"Pusing nggak, Ka?" Tanyanya, yang kuangguki.

"Makan dulu, ya? Lo mau makan apa?" Tanyanya lagi, yang kali ini aku gelengi.

"Nggak mau, ah."

"Nggak boleh nggak mau." ujarnya, "Dikit juga nggak apa apa."

"Nggak mau, kak." Tolakku mentah mentah. Ya emang aku laper, tapi nggak mau makan. Dan nggak pernah mau, untuk sekarang.

"Spaghetti, ya? Lo paling suka itu, kan?"

Aku menggeleng.

"Yaudah, tunggu sini. Gue bikinin dulu."

Ia meloyor pergi, meninggalkanku sendiri disini.

Ih, dibilangin nggak mau!

Aku merengut, sesekali meremas selimut kak Luke karena tentu sekarang aku menggigil kedinginan. Kenapa bisa sakit, ya?

Tapi, kak Luke baik, ya...

Kalau kak Cal sama kak Mali, aku nangis malem malem pasti diusir, dibilangin suruh tidur lagi...

Kenapa kakakku nggak kak Luke aja, ya?

Aku menatap diamond no ace yang diberikan kak Michael kemarin. Ada alasan lain selain aku senang punya komik sendiri ketika aku menerimanya: karena aku ingin kak Luke ikut membacanya, dan nggak melulu belajar. Tentu aku melihat jika kak luke baru aja mimisan kemarin, dan pasti dia kecapekan.

Hari ini mau lebay ah, biar kak Luke main aja sama aku, nggak usah belajar.

Tapi beneran pusing banget, sih. Tau ah.

"Ka, nih." Ujar kak Luke sambil membuka pintu, sembari memegang satu piring kecil berisi makanan di tangannya. Nggak mau, ah.

"Bisa makan sendiri, nggak?" Tanyanya, yang kugelengi.

"Nggak mau, kakak!"

Akting dimulai, hehe.

Nggak akting sih sebenernya, emang aku beneran sakit dan beneran nggak mau makan.

"Ka, jangan rewel, ah" ia menyelipkan rambutku di telinga. "Gue suapin, ya?"

Lagi, aku menggeleng.

"Dikit aja, Ka."

"Nggak mau, kak!" Gelengku, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Kata Calum lo suka puding es krim, kan? Kalau lo makan, nanti gue beliin itu, deh." bujuknya. "Mau, ya?"

Puding es krim, ya...

Aku mengangguk, menerima tawarannya. Lumayan kan puding es krim.

"Tapi makan dulu, dan puding es krimnya nggak sekarang." tukasnya.

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin