Luke

80 11 0
                                    

Akhirnya, kuliah hari ini selesai juga.

Mata gue super duper pegel, lantaran sejak tadi pagi cuma ngeliatin bentangan rumus serta anatomi di slide komputer serta papan tulis. Salah ambil jurusan kayaknya gue, capek banget anjir.

Oh iya, si curut kan ngikut gue, ya? Lupa...

"Luke!"

Gue menoleh, mendapati michael -dari jurusan hukum, kami nggak gitu deket, sih-, dengan gadis kecil di gendongannya, yang sejak tadi berniat gue cari. Bedanya, sekarang keadaannya 180 derajat berbeda dari tadi pagi. Basah kuyup, menggigil, juga ada beberapa luka di kakinya.

Jangan bilang...

"Adek gue lo apain?!" Panik gue, kali ini menghampirinya. "Lo siram pake apaan sampe basah kuyup gini?! Wah anjrit!"

"Sembarangan lo!" Sergahnya, kali ini menyerahkan kaka pada gue, membuat gue gantian menggendongnya. Dan iya, baju gue langsung basah. Tapi jujur gue nggak mikirin itu, yang gue heran cuma satu: nih anak abis ngapain aja sampai begini?

"Tadi dia lagi duduk di deket greenhouse, kedinginan. Baru main ujan kayaknya." Ujar Michael, yang lantas membuat gue menatap Kaka curiga.

"Ka, lo nggak denger tadi gue ngomong apa?" Sinis gue, yang dengan sukses membuat tangisnya pecah kali ini.

Ampun.

"Udah, pulang dulu gih. Jangan dimarahin sekarang!" Cerocos Michael, memunggungi gue dengan segera. "Gue balik dulu ya, mau jemput adek!"

"I-Iya, thanks ya, Mike" gugup gue, yang langsung berjalan cepat menuju basement, karena kalau gue lama lama, kaka bisa masuk angin.

"Ka, udah jangan nangis, ah. Tuh malu diliatin orang." Gue menunjuk Louis, yang langsung membuahkan tatapan bingung darinya, lantaran gue barusan aja nunjuk dia. Bodo, ah.

Ia nggak berhenti, malah kali ini memeluk gue makin erat. Abis jatuh kali ya, makanya nangis?

"Makanya, kalo gue bilangin jangan main ujan, ya jangan main ujan. Nanti lo sakit gimana? Kan yang khawatir gue, Ka." Cerocos gue, sembari memasukannya ke dalam mobil. "Seatbeltnya jangan dipakai dulu."

"Pakai jaket gue, ya?" Gue mengambil winter coat gue di belakang, menaruhnya di dashboard sebelum mulai mengganti bajunya.

Ini apaan?

Gue mengernyit, berusaha menebak apa yang baru saja gue raba. Dan dengan cepat, langsung mengeluarkan benda rabaan gue tersebut dari saku celananya.

Diamond no ace?

"Ini apa, Ka?" Heran gue. "Lo minjem tadi di perpus?"

Perasaan perpus nggak pernah ada komik...

Kaka menggeleng.
"P-Punya kak michael..."

"Kaka..." Gue mendesah putus asa. Bagus banget, semua yang gue ceramahin ke dia tadi pagi nggak ada yang masuk. "Lo ngomong sama Michael?"

Ia mengangguk pelan.

"Kaka kan udah gue bilang jangan ngomong sama orang yang nggak dikenal, ka. Lo tuh kenapa sih ah!" Omel gue, kembali membuatnya menangis.

Kenapa jadi cengeng banget gini, sih?!

"Kakak marah marah terus!" Tangisnya. "Sama aja kayak orang lain!"

Perkataannya barusan dengan sukses membuat gue terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakannya.

Sama kayak orang lain?

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin