Luke

21 7 0
                                    

"Ka? Eh, kok bengong?"

Gue mengguncang pelan lengan Kaka; yang sejak selesai belajar tadi tiba tiba cuma ngemut dot sambil bengong.

"Mm?" Ia menoleh; pandangan matanya tidak lagi kosong. "Sebenernya tadi di sekolah aku kelepasan, ngomong kalo aku masih ngedot."

Gue mengusap rambutnya, berusaha mencoba membuatnya mengantuk; karena besok dia ingin gue bereksperimen dengan rambut dan kunciran minnienya, jadi besok ia harus bangun lebih pagi.
"Terus? Kata temen temen lo apa?"

"Aku kelepasan ke Ashton aja." Ia menatap gue; masih mengemut dotnya. Lain kali apa gue kasih dot kosong aja, ya? Susunya juga gak diminum, soalnya.

"Oh," angguk gue, masih mengusap rambutnya. "Terus Ashton ngomong apa?"

"Ashton bilang..." ia manyun tiba tiba, entah kenapa. "Ashton bilang, dia juga masih ngedot."

"—belom lepas dari umur 4 tahun." Kaka makin mayun; membuat gue lantas tertawa. Ada ada aja.

"Ashton aja boleh gak lepas dari dot, masa aku harus lepas?" Ia menatap gue, masih manyun; tentu saja.

"Karena lo udah gede." Gue menjawil hidungnya gemas. "Udah ayo, tidur, Ka. Udah malem, ah."

"Baru jam setengah sembilan, kak—"

"Ih, Kaka masih ngedot! Bilangin temen temen, ah!" Ledek Jack; yang baru aja selesai mandi. "Anak bayi!"

"Daripada om, takut sama keong!" Ledek Kaka balik.

"Daripada jadi bayi?"

"Daripada takut megang kepalanya ikan lohan?"

"Udah, makanya, tidur yuk, daripada digangguin Jack terus." Gak pakai lama, gue langsung mematikan lampu; menyisakan lampu baca di tempat Ben dan Jack.

Argumen Kaka dan Jack lantas berhenti; menyisakan hening diantara kami.

"Kak,"

"Hm?"

"Lusa kan ulangtahunku."

"Mm hmm." Angguk gue; mana mungkin gue lupa? "Lo mau kado apa?"

"Aku mau mintanya sama Tuhan dulu, baru sama kakak.

"Sama Tuhan mau minta apa?" Tanya gue, masih belum berhenti mengusap rambutnya.

"Rahasia."

"Hm?" Gumam gue. "Gue boleh tau nggak?"

"Nggak." Gelengnya. "Kan rahasia."

"Kalo minta nanti, gue boleh nitip, gak?" Tanya gue, menatapnya; meski ia nggak gitu kelihatan, karena lampunya sudah gue matikan.

"Boleh. Kakak mau nitip apa?"

"Bilang sama Dia, gue mau sembuh." Lirih gue. "Bilang gitu aja."

"Kakak gak boleh ambil doaku." Gelengnya, balik menatap gue. "Minta yang lain."

'Gak boleh ambil doaku', katanya?

"Itu yang mau lo minta?" Tanya gue, yang dianggukinya.

"Cuma itu?" Tanya gue, lagi.

Ia mengangguk.
"Kalo aku punya kakak, aku punya semuanya. Aku gak usah minta apa apa lagi, kalo yang itu udah dikasih."

Mata gue perlahan memanas; mendengar apa yang baru saja dikatakannya.

"Om inget gak, aku ulangtahun?" Tanya Kaka lagi; membuat airmata gue akhirnya cuma menggenang di mata. Untunglah.

Kakak • lrhWhere stories live. Discover now