Kaka

28 10 1
                                    

"Kakak kamu gimana, Ka?"

Aku mengedikkan bahu, masih curiga yang nelfon nanti bakalan ngajak ribut lagi kayak sebelumnya.
"Kayaknya kakak masih sakit, soalnya belum boleh pulang dari rumah sakit."

"Oh, gitu..." gumam Brendon, yang ternyata kali ini Brendon asli, karena dari cara ngobrolnya nggak ngajak ribut. "Bilang cepet sembuh sama kakakmu ya Ka, dari aku."

"Iya, nanti kubilangin." Anggukku, mencuri pandang pada kakak yang sekarang masih sibuk ngobrol dengan om Jack, kakaknya, yang tadi nabrak aku.

"Kamu tau, nggak?"

"Enggak."

"Kaka nyebelin." Gerutunya. "Aku belum selesai ngomong, tau."

"Kan kamu belum ngomong, makanya aku nggak tau." Ujarku, "Emangnya kamu kenapa?"

"Tadi aku jatuh waktu naik sepeda abis pulang dari acara." Curhatnya, membuat pikiranku terkilas balik; aku nggak ikut acara sampai selesai.

Acara, ya...

"O-Oh..." Gumamku, yang sebenarnya nggak mau egois, tapi kalau dipikir pikir, cuma aku aja yang pulang sebelum acara selesai.

Terima aja Ka. Ini kan salah kamu juga, maksa kak Luke ikutan. Kalau nggak, ya nggak bakalan begini.

"Ka?" Tanya Brendon, yang kedengaran bingung lantaran aku nggak jawab jawab sejak tadi.

"Ya?" Tanyaku balik. "Kamu jatuh dari sepeda? Hahaha!"

Iya, tadinya juga enggak ada niat buat ngetawain, tapi ngebayangin Brendon jatuh kayaknya lucu aja. Bukan lucu aja sih, lucu banget malah. Hehe.

"Kok kamu ketawa, sih?!" Protesnya, yang makin membuatku tertawa. Makin dibayangin makin lucu, sih. "Nanti kamu jatoh aku ketawain juga, loh!"

"Abis, aku tuh ngebayangin kamu jatoh gimana. Pasti nyusruk kebawah gitu deh, hahahaha!" Tawaku, makin nggak karuan. Sukses membuat om Jack dan kak Luke menengok, menatapku heran. "Sepeda kamu nggak apa apa, kan? Hahaha!"

"Kaka tega, ih!" Ambeknya. "Nggak temen, ya!"

"Iya, iya! Sori!" Ujarku, namun nggak benar benar serius minta maaf. Harusnya aku disana pas Brendon jatuh, biar puas juga ngetawainnya. "Kan ngetawainnya nggak sengaja!"

"Nggak sengaja darimana! Orang kamu puas banget ngetawainnya!"

"Ya kan ngetawainnya nggak sengaja, jadi aku puas puasin dulu sebelum aku nyadar kalo aku nggak sengaja. Udah ah, pokoknya aku minta maaf." Tukasku, mencoba nggak ketawa lagi. Iya ya, aku tega banget ngetawain dia. "Aku juga kecelakaan kok, ketabrakan, makanya kakiku sakit. Besok di sekolah aku bawain cokelat deh, tapi kamu maafin aku ya."

"Ketawa ya ketawa aja, mana ada ketawa nggak sengaja." Om Jack nimbrung, diikuti kak Luke yang juga tertawa. Ih, nyebelin.

"Biarin." Sergahku, nggak ambil peduli.

"Males, nanti kamu pasti ketawa lagi liat lukaku." Ujar Brendon dari ujung telfon. Yah, ngambek kan.

"Kamu juga pasti ketawa kok liat lukaku!" Elakku. Brendon kan gampang ketawa, mana mungkin dia nggak ngetawain aku? "Lukaku gede, terus di tangan juga ada!"

"Aku luka di kepala! Lebih sakit!"

Hih, sakit banget tuh. Pasti kayak yang di tv tv itu, kepalanya berdarah. Keren juga, ya...

"Kamu apain kepalanya sampe berdarah, Bren?" Tanyaku, penasaran. Brendon pasti jadi perhatian satu kelas deh besok.

"Ya pas jatuh kepalaku kena aspal, jadinya berdarah. Kamu sendiri ketabraknya gimana? Kayak di film film gitu, nggak?"

Kakak • lrhHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin