HURTS ke-satu

3.7K 148 20
                                    

1. Rumah Pohon

"Tetaplah di sampingku. Jangan berpindah tempat. Karena bagiku kau rumah. Bukan hanya tempat persinggahan sementara."

****

"CHELSEA!"

Cewek berambut hitam legam dengan rambut kepangnya menoleh ketika namanya dipanggil. Ia tersenyum sesaat lalu mengerucutkan bibirnya ketika melihat seorang cowok berdiri di belakangnya dengan baju yang kusut. Bisa Chelsea yakinkan, sahabatnya ini baru bangun tidur dan langsung menyusulnya ke rumah pohon.

Cowok tersebut lalu duduk di samping Chelsea dengan tangan memeluk lutut. Chelsea masih memperhatikan sahabatnya sejak kecil ini. Menggemaskan. "Lo itu ya, dasar," ucap Chelsea bersungut. "Kalau gak molor, ya, hobinya males mandi,"

Molor atau malas mandi. Itu adalah hobi seorang Givano Rizky Jonathan pada saat hari libur maupun hari sibuk. Walau Rizky adalah cowok famous, namun kebiasaan buruknya tidak menjadi masalah bagi wanita di sekolahnya. Yang penting ganteng. Nggak peduli kebonya gimana. Sekiranya itu ucapan fans Rizky saat ditanya soal kebiasaan Rizky.

Mereka sudah bersama menjalani hidup selama 12 tahun. Tumbuh dewasa bersama, melewati berbagai masalah kehidupan berdua. Awal persahabatan mereka dimulai saat Rizky pindah ke rumah kosong sebelah rumah yang Chelsea tinggali sampai saat ini. Setiap sore sampai malam, mereka selalu bermain di halaman rumah dan di bawah pohon yang disulap menjadi rumah pohon oleh ayah Chelsea.

Cowok bermata hazel tersebut nyengir kuda di samping Chelsea. Chelsea jadi terkekeh sendiri. "Ngapain lo nyengir gitu?" bibir Chelsea makin mengerucut. "Lo absurd banget, sih, jadi cowok, katanya. Pantes lo gak laku."

Rizky melotot tajam ke arah sahabat di sampingnya, lalu beralih menatap wajah Chelsea dengan tenang, setenang wajah Chelsea. "Udah jam segini, mau ngapain?" tanya Rizky.

Hari sudah semakin siang. Sendari tadi mereka hanya diam memandang ke arah lain hingga saat ini waktu sudah berjalan. Cuaca hari ini lumayan panas. Walaupun hari-hari biasanya cuaca panas memang hadir. Mereka tak takut kepanasan. Mengingat mereka sedang dimana saat ini.

"Padahal gue pingin batagor yang di nongkrong depan komplek lo, loh,"

"Lo sih, gak bangunin gue,"

Chelsea mendengus kesal saat Rizky mencemoohnya. Ini salah satu kebiasaan Rizky; menyalahkan orang yang belum tentu itu kesalahannya sendiri. Apa boleh buat? Chelsea hanya bisa diam dan pura-pura marah. Pura-pura marah salah satu andalan Chelsea juga, tapi, bodohnya Rizky tetap saja menyanyakan hal itu.

"Chels? Lo marah ya?"

"Hmm,"

"Tuh, ngambek," Rizky manyun seperti bocah TK, membuat Chelsea ingin tertawa saat itu juga. "Gue traktir ice cream, deh!"

"Oke!" Chelsea menoleh pada Rizky dan tersenyum lebar. Ia bangkit lalu kembali menunjukan senyum lebarnya. "Gue ganti baju. Lo mandi. Trus brangkat!" lalu Chelsea langsung turun dengan hati-hati dan berlari ke rumahnya.

Bisa diibaratkan, rumah pohon itu terletak di depan rumah Chelsea, memang karena jaraknya dekat. Rumah pohon ini dibangun saat mereka kelas empat SD. Saat ayah Chelsea masih serumah, ia membuatkan rumah pohon ini. Chelsea dan Rizky menyambutnya dengan senang, dan mulai mengisi kenangan di sana.

Yang jelas, rumah pohon sangat punya banyak kenangan yang tidak terlupakan.

****

Lumpuhkanlah ingatanku

Hapuskan tentang dia,

LaraWhere stories live. Discover now