Last Hurts - extra part

1.4K 73 17
                                    

Café Hobs setelah lima tahun tak banyak berubah. Bagas yang kini nampak lebih tua masih menyapa Rizky dengan ramah. Ia memesan kopi yang biasa ia pesan, kemudian duduk di tempat biasa ia singgahi. Suasananya masih sama. Tapi keadaannnya jelas berbeda.

Rizky diam, tak bergeming. Matanya memandang buku diary pemberian Chelsea dengan intens. Ia memegangnya tanpa perasaan senang bahwa ia akan tahu apa perasaan Chelsea selama ini. Malahan, rasanya menyakitkan. Sahabat yang seharusnya mengetahui segala sesuatu soal Chelsea, ia malah tidak demikian.

Dengan gelisah, Rizky mengetuk meja café dengan jemarinya. Bibir bagian bawah ia gigit agar rasa sakitnya mengingatkannya bahwa ini adalah realita yang harus ia hadapi sendiri, tidak lagi dengan seseorang yang dulu selalu siap siaga di sebelahnya. Chelsea, pergi. Ia meninggalkan Rizky dengan kehampaan yang sudah 5 tahun ini Rizky rasakan. Walau masih Bersama Vanya, rasanya tetap saja. Chelsea lah yang menemaninya dari 0.

Ia membalik buku diary tersebut. Sudah kusam dan nampak diisolasi berkali-kali karena sobek. Tapi bukan itu yang menarik peratian Rizky. Ia fokus pada tulisan kecil yang terdapat di pojok bawah cover diary tersebut. Jangan takut melihat apa yang sudah seharusnya kamu tahu, Ky.

Maka, dengan berani, ia membuka pita yang menjadi gembok diary tersebut. Perlahan-lahan, sembari berdoa agar Chelsea tidak tersakiti seperti yang ia kira.

Halaman pertama, ia melihat gambarnya dengan Chelsea. Gambar yang Chelsea gambar sendiri dengan pensil dan krayon. gambar yang memperlihatkan ketika ia bermain layangan di lapangan dekat perumahan mereka. Mirisnya, Rizky terkekeh. Rasanya seperti baru kemarin mereka sekecil itu. Bermain layangan tanpa takut panas. Tak memikirkan tugas dalam realita. Tak terjebak dalam sebuah permasalahan yang rumit seperti ini. Cepat sekali mereka beranjak dewasa.

Halaman kedua, ada fotonya sedang menangis sembari memeluk bola yang sudah kempes. Ia kembali terkekeh. Ia ingat. Waktu itu ia sedang bermain bola di halaman rumah tetangga. Karena terus-terusan  berteriak ketika memasukan bola ke gawang, pemilik halaman rumah itu keluar dengan membawa pisau untuk mengempeskan bolanya. Kemudian, ia menangis sembari dituntun Chelsea untuk pulang ke rumahnya. Ia ingat betul.

Halaman selanjutnya, ada foto Chelsea yang manyun. Di sebelahnya, Rizky mencubit pipi Chelsea dengan gemas. Bibirnya kembali tersunging. Ia tersenyum melihat betapa manisnya Chelsea ketika bibirnya mengerucut. Andai keadaannya terus seperti itu. Pasti ia membaca buku diary ini bersama Chelsea. Atau..., ia tak pernah bisa tahu apakah Chelsea masih menulis diary itu.

Maka, halaman setelahnya, senyumnya pudar. Ia mulai serius membaca tulisan tangan Chelsea yang tak pernah rapi jika dibandingkan dengan tulisan Eri. Tulisan yang sudah ia hapal bagaimana gayanya.

April, 2008

Aku tak tau kenapa ini bisa terjadi begitu saja. Tiba-tiba dadaku sesak mendengar perasaan Rizky untuk Eri, bukan untukku. Lantas, untuk apa selama ini perasaan untuknya aku pendam, jika hatinya saja tidak untukku. Jika tahu begini, aku tak akan memelihara perasaan terlarang ini. Aku tak mau.

Rizky membacanya dengan miris. Jdi begini perasaan Chelsea ketika Rizky bilang kalau dia suka Eri?

Juni, 2008

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang