HURTS ke-dua puluh dua

947 63 10
                                    

22. Mengapa Harus Chelsea?

"Jika ingin menjatuhkanku ke dalam nestapa, tak harus dengan cara seperti ini. Jiwaku sudah mati, bersama harapan."

****

Saat Rio selesai mencuci piringnya yang menjadi kerjaan pembantunya yang kebetulan hari ini ia harus mengurus surat kependudukan di kantor dinas, Rio merebahkan tubuhnya ke ranjangnya. Ia menghela napas sesering mungkin untuk menetralkan detak jantungnya yang berdetak keras karena lelah. Ia mengelap tangannya yang masih basah ke sprei abu-abunya. Kakinya menggantung di tembok, dan tubuhnya di kasur.

Ia menatap langit-langit kamarnya. Putih yang ditambah dengan pancaran cahaya matahari dari luar jendela. Rio mendesah. Pikirannya kembali terarah pada Chelsea. Lagi-lagi Chelsea tak bisa keluar dari pikirannya. Apalagi setelah ia tahu,  Chelsea sangat rapuh di belakang. Rio tak heran jika Chelsea mengambil ekstrakulikuler teater. Chelsea pintar bersandiwara. Berbohong dari perasaannya, Rio rasa sudah menjadi hobi Chelsea.

Keadaan Chelsea yang terakhir kali Rio tahu, Chelsea tersenyum. Lebar sekali karena recehannya berhasil. Tapi setelah Rio mengantar Chelsea ke rumahnya, ketika Chelsea berbalik untuk masuk, kaca jendela yang bisa memantulkan tubuh Chelsea memperlihatkan senyum Chelsea yang pudar. Rio duga, semuanya tak benar-benar terjadi. Senyum chelsea hanya sesaat.

Tapi jika di pikirkan, begitu sayangnya pada Rizky? Bukannya sudah bertahun-tahun lamanya mereka bersahabat, mengapa Chelsea tak mau mengatakan yang sebenarnya soal perasaan? Rio mengangkat tangannya, lalu menjadikannya alas kepala. Keningnya berkerut. Pikirannya selalu menerka apa yang Chelsea rasa. Dan rasanya pun pikiran Chelsea tak bisa di tebak.

Tunggu.

Rizky berkali-kali membuat Chelsea menangis, kan? Rizky berkali-kali mematahkan hati Chelsea yang sudah rapuh. Sepertinya Rio harus mengobati luka Chelsea.

Devario : Rik, lo tau posisinya Rizky sekarang?

Rio yakin, dengan memperingatkan Rizky perihal Chelsea bisa sedikit membuat Chelsea bahagia. Jujur, ia cemburu. Seseorang yang hobi menyakiti perasaan Chelsea malah bisa menarik perhatian Chelsea. Sedangkan dirinya yang berusaha sekuatnya untuk menyembuhkan luka lama Chelsea hanya dianggap teman. Tak adil bukan?

Jericho : otw ke Chelsea mungkin.

****


"Chelsea!"

kini Rizky berpijak di halaman rumah Chelsea. Berdiri di ambang pintu dengan hati yang berdebar karena khawatir. Tangannya terus menggedor pintu kayu tersebut selama beberapa menit. Panggilan pertama memang tak direspon. Hingga untuk keempat kalinya, pintu terbuka.

"Apa, sih?" ucap Rafif dengan mengucek matanya. Rizky bisa menebak cowok dengan rambut kusut itu baru saja bangun tidur.

"Chelsea mana?"

Rafif menggaruk rambutnya, "gak tahu. Ke rumah pohon kali,"

Tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun, Rizky berbalik. Ia berlari menuju rumah pohon. Selagi ia berlari, ia terus berharap, ia akan menemui Chelsea dalam keadaan baik. Ia berharap Chelsea masih bisa tersenyum. Padahal, Rizky sendiri pun tahu, Chelsea adalah seseorang yang mudah tersenyum. Rizky pun tahu, Chelsea bisa tersenyum saat ia terluka. Yang tidak ia tahu, bagaimana caranya ia tahu senyum Chelsea benar-benar bahagia atau tidak.

Hanya butuh dua menit untuk sampai ke rumah pohon dengan berlari. Ketika Rizky melihat rumah pohon, ia kerenggosan. Ia mengatur napasnya dahulu sebelum ia menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu tersebut. Hatinya deg-degan. Pikirannya hanya bisa menjurus ke hal yang positif. Bukan kah itu baik? Tapi Rizky tak yakin.

LaraWhere stories live. Discover now