Hurts ke-Empat Belas

870 55 1
                                    

14. Maaf, Ky.


"Bagaimana jika aku tak lagi mempedulikanmu? Apakah kamu akan menanyakan keadaanku?"

****


Vanya merentangkan tubuhnya di atas kasur dengan tangan terbuka lebar. Senyumnya masih belum bisa ia tekuk kembali setelah ia diantarkan oleh Rizky barusan. Rasanya gembira. Sangat gembira. Apalagi ketika Rizky mengucapkan selamat malam padanya sebelum Vanya masuk ke rumahnya. Mungkin bagi Vanya, hari ini adalah hari terbaik baginya.

Di tengah pikirannya yang memutar kembali kejadian tadi sore di taman dengan Rizky, ponsel yang ada di sebelah telinganya bergetar. Lantunan musik ngebeat milik boyband Korea yang lagi naik daun di zaman saat ini berbunyi mengalahkan dentingan jarum jam. Vanya mengambil ponselnya, lalu tersenyum lebar ketika melihat nomor penelponnya adalah Icha.

"WOI APA KABAR?" Vanya mulai menegakkan posisi duduknya. "Lo udah lama gak telpon, nih. Kangen gue,"

Di seberang sana,  Icha tekikik. "Baru beberapa minggu yang lalu doang, lo udah kangen. Kalah sama Dilan yang bisa nahan Rindu tuh. Hehe,"

Vanya ikut terkikih. "Gimana? Jadi pulang dua bulan lagi?"

"Doain aja semoga jadi, ya? Soalnya gue juga kangen lo, nih. Rindu berat gue sama Jakarta,"

"Lo harus jadi pulang. Gue mau tunjukin cowok yang udah sukses bikin gue melted, nih." Vanya tersenyum lebar sambil jingkrak-jingkrak.

"Ciee...," Icha terkekeh sambil menaikan nada suaranya. "Siapa lagi ini...,"

"Adalah pokoknya..., intinya, lo harus dateng ya! Gue punya cerita banyak nih!"

"Iye iye bawel. See you two month again, my lovely, Vanya!"

"See you soon, Icha!" Vanya menutup penggilan teleponnya dengan sepupunya.

Rasanya senang sekali masih ada teman cerita. Pasalnya ia belum mendapat teman cerita di masa SMAnya. Eh, seharusnya ada Chelsea. Tapi Vanya masih tidak enak dengan Chelsea.

Vanya kembali berbaring. Ia merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuknya, lalu menatap langit-langit. Belum ada yang bisa membuatnya harus menekuk bibirnya yang makin tersenyum lebar ketika bayangan wajah Rizky muncul di langit-langit. Bagaimana Rizky memegang tangannya saat mengatur fokus di kamera. Bagaimana Rizky tersenyum ketika Vanya yang menjadi objek foto Rizky.

Tidak bisa Vanya bohongi, ia memang menyukai Rizky.

****

G. Rizky : pagii :)
G. Rizky : mau gue jemput hari ini? Mumpung Ofi brangkat sama Papa nih.

-6.02a.m

Chelsea tergugah. Getaran ponselnya membuatnya terbangun dalam mimpi yang gelap. Chelsea membuka mata, lalu mengambil ponselnya yang terletak tak jauh dari dirinya. Ia memekik kaget ketika melihat pesan dari Rizky yang mau menjemputnya. "Aduh, gimana ini," Chelsea panik sendiri di atas kasur.

Lalu suara ketokan muncul. Chelsea langsung menatap pintu dan menunggu ketukan selanjutnya. "Bangun woi, Kebo. Uda siang, mau sekolah, gak, lo?" seru Rio dari luar.

LaraWhere stories live. Discover now