HURTS ke-delapan

1.1K 62 3
                                    

8. Sesak Untuk Kesekian Kalinya

"Setidaknya jangan memberi secercah harap jika kita hanya sebatas teman."

****

Jam istirahat kedua, ingin Chelsea manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengisi perutnya yang sudah berbunyi meminta di isi sejak pelajaran matematika dimulai. Maka, Chelsea dan Rizky langsung ke kantin tanpa menunggu koridor sepi, seperti biasanya. Pelajaran matematika sangat menguras tenaga. Mengisi latihan soal, dan memahami penjelasan Bu Niken yang rumit membuatnya ingin bolos pelajaran lalu makan gorengan di Pak Di. Namun Chelsea tidak mau masuk BK, bertemu guru kiler yang sangat ia benci.

Di sinilah Chelsea, duduk di samping Rizky dengan es teh dan semangkuk mie ayam di hadapannya. Tanpa mempedulikan Rizky, Chelsea langsung melahap makanannya, sementara sahabatnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Chelsea. Rizky sebenarnya juga lapar. Tapi, ia menunggu Chelsea menghabiskan mi ayamnya dulu, baru ia memesan. Tapi melihat cewek di sampingnya ini menyeruput kuah mi ayam, air liurnya menetes. Ia sangat lapar.

"Bagi dong!"

Chelsea menoleh ke arah Rizky dengan sinis. Mangkok yang tinggal sisa setengah ia pegang lalu menjauhkannya dari Rizky. Rizky mengerucutkan bibirnya. Rizky sebenarnya ingin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol Chelsea. Akhirnya, Rizky bergeser ke Chelsea, lalu tangannya sigap meraih mangkok didekapan Chelsea. Chelsea kelihatan terkejut sampai tidak menyadari jika mangkok mie ayam sudah ada di tangan sahabatnya ini. Chelsea mendengus.

"Kalau mau minta, bilang baik-baik. Malah main sikat aja," kata Chelsea memandang Rizky sinis.

Rizku menoleh, lalu nyengir kuda. Setelah menelan, ia kembali nyengir dan menyeringai jahil. "Mau?" katanya mendekatkan mangkok ke wajah Chelsea.

"Enggak!" Chelsea melengos.

"Ciuuss?" Rizky makin menyeringai jahil. "Ntar nyesel gak kebagian mie?"

"Enggak!"

"Sini gue suapin, deh!"

"Enggak!" please, jangan buat gue terbang, Ky. Chelsea masih mendengus, menatap pot bunga di sebelah kanannya.

"Ah, gengsi lo," Rizky meletakan mangkok mi ayam di meja, lalu tangannya terulur pada pipi Chelsea, memutar dagunya menghadap Rizky. Jantung Chelsea tidak karuan. Wajah sinisnya tidak bisa ia tahan. Mau tidak mau, senyumnya terukir manis dibibirnya. Tidak bisa ia tutupi, kupu-kupu di perutnya kembali berterbangan.

Setelah Chelsea menatap Rizky, mangkok yang tadi ia letakan pun diambilnya lagi, lalu menyuapkan mi dengan garpu ke Chelsea. Tanpa sadar, mulut Chelsea terbuka menerima suapan itu. Chelsea jadi melting.

"Lo baper ya, gue suapin?" kata Rizky membuyarkan lamunan Chelsea. "Gak salah juga sih, disuapin sama cowok ganteng siapa yang nggak baper, ye, kan?"

"Apaan, sih!" Chelsea kembali mendengus namun setelahnya ia terkikik disusul oleh tawa Rizky.

Chelsea bahagia. Tanpa hal yang rumit, melihat Rizky tertawa, ia sudah bahagia. Bahagianya sangat sederhana. Di saat kekehan mereka mereda, Vanya lewat di hadapan mereka sambil celingak-celinguk menatap meja kantin yang ramai. Chelsea dapat melihat jika sesekali Vanya menghela napasnya.

"Vanya! Duduk sini aja!"

Tanpa sadar, suara Rizky terdengar di telinga Chelsea. Niat awal Chelsea sebenarnya mengajak Vanya duduk di meja yang sama. Tapi Rizky sudah duluan mengajak Vanya. Vanya tersenyum menyambut mereka, lalu duduk di hadapan Chelsea. Chelsea tersenyum. Walau tidak Chelsea ketahui, senyum yang ia perlihatkan bukan senyum yang tulus. Ia terpaksa. Ia tidak mau sesak melihat cowok di sampingnya ini tersenyum pada Vanya.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang