HURTS ke-empat

1.4K 87 10
                                    

4. Harapan


"Setidaknya jangan perlihatkan kepadaku sesuatu yang membuatku sesak, jika kamu tidak bisa memenuhi permintaanku."

****

Sepertinya pagi ini Chelsea harus berangkat ke sekolahnya sendiri. Rizky tidak bisa menjemput Chelsea pagi ini. Tante Anggi, mama Rizky sedang sedang tidak enak badan, jadi Rizky-lah yang menggantikan tugas mengantarkan Ofi, adik Rizky, ke sekolahnya.

Di rumah, hanya ada Chelsea seorang di pagi ini. Seperti biasa, mamanya sudah berangkat kantor, atau malah semalam tidak pulang? Chelsea semalam tidak melihat batang hidung mamanya sedang duduk di sofa atau duduk di ruang makan dengan segelas susu di tangan kirinya dan ponsel di tangan kanannya. Chelsea rasa mamanya lupa jika punya keluarga kecil yang mungkin harmonis. Kakaknya, Rafif, sudah hilang saat Chelsea bangun dan membuka pintu kamar Rifif. Mungkin Rafif ada tugas mendadak.

Dengan muka yang berkerut, Chelsea melangkah gontai ke meja makan dan menemukan stiker note berada di atas roti bakar gosong---yang Chelsea tahu itu buatan Rafif---di sebelah susu. Gue lupa ngumpulin tugas ke dosen. Tuh makan! Jangan sampe ga dimakan, gue bikin dengan cinta tuh! Susunya juga dihabisin. Pintu jangan lupa dikunci!!! -Rafif ganteng-. Chelsea tersenyum geli melihat pesan kakaknya itu.

Roti bakar pun sudah habis, walau rasanya sedikit melenceng dari roti bakar seaslinya. Chelsea menghabiskan susunya dengan sekali teguk dan langsung berhambur keluar, mengunci rumah, dan mencari angkot. Sekitar dua puluh menit, Chelsea sudah berada di depan gerbang sekolahnya. Membayar ongkos angkot dan memandang kepergian angkot yang ia naiki tadi. Chelsea berbalik dan berniat melangkah masuk ke gedung sekolah serta menuju kelasnya.

Chelsea melangkah di sepanjang koridor dengan senyum yang selalu tersungging setiap kali disapa oleh temannya. Ia juga memandang sekeliling berusaha mencari Rizky, yang siapa tahu sampai lebih dulu.

Saat akan menaiki tangga menuju lantai dimana kelasnya berada, rambut Chelsea dijambak yang membuat langkahnya mundur secara spontan. Chelsea langsung menoleh ke belakang dengan tatapan tajam bercampur emosi. Namun saat berbalik, Chelsea yang berniat akan menceramahi orang tersebut pun memudar, setelah ia melihat Rizky sedang meringis memamerkan giginya yang putih sedang berdiri di tangga paling dasar.

Chelsea mencibir. "Ish! Pagi-pagi udah main jambak rambut gue,"

Rizky nyengir, mengacak rambutnya sendiri. "Habisnya rambut lo gemesin, sih."

"Lo gak gemes sama yang punya rambut?"

"Iya dong. Yang punya rambut juga gemesin kok!"

Chelsea hanya mendengus dan melanjutkan langkahnya menapaki anak tangga. Rizky yang masih nyengir langsung berlari berusaha menjejeri Chelsea, dan mereka berjalan ke kelasnya bersama. Sesampainya di kelas, mereka sudah disambut oleh kerumunan yang mengerubungi pintu kelas. Mereka pun sontak mengerutkan dahinya melihat banyak yang mengerubungi meja. Cewek-cewek di kelasnya pun mayoritas ikut mengerubungi. Alis mereka naik sebelah saat melihat anak kelas sebelas dan dua belas juga ikut dalam gerombolan tersebut.

Karena Chelsea penasaran, akhirnya ia melangkah mendekati kerumunan tersebut. Ia menyalip beberapa orang agar ia dapat melihat apa yang terjadi di sini. Tubuhnya yang semampai memudahkannya untuk menyalip. Ia mengernyitkan dahinya, bertambah heran, ketika melihat cowok---yang asing bagi Chelsea---duduk cuek sedang membaca buku pelajaran sejarah, sedangkan cewek yang mengerumuninya sibuk memandang dan menanyakan sesuatu. Chelsea menyerah, sumpek. Akhirnya ia pun keluar dari kerumunan dan melangkah ke bangku Rizky.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang