HURTS ke-tiga puluh empat

1K 63 16
                                    

34. Kosong

"Kamu memahat luka di relung hati. Kamu melukis lara di dinding hati. Kamu mengecap pedih di serpihan hati. Dan ketika kamu pergi, kamu memberi kekosongan di hati."

****

Sehari setelah pagelaran berakhir, baru kali ini Chelsea bisa bernapas lega. Ia tak perlu latihan setiap sore dan mempersiapkan para anggotanya untuk tampil maksimal, karena hasilnya memang sudah maksimal. Drama tentang Cinderella yang dicampur dengan adat daerah membuat penonton dibuat takjub karena kolaborasi yang pas. Apalagi akting Chelsea yang menjadi tokoh utama, semakin membuat riuh di seluruh aula sekolah.

Chelsea bangga. Ia bisa membawa ekstrakulikulernya menjadi populer walau hanya sesaat. Ia juga bangga, banyak yang bersorak ketika drama selesai. Ia juga bangga dijuluki queen of drama oleh para anggotanya. Ia juga bangga, bahwa ia bisa melupakan Rizky selama sehari.

Tepat setelah ia pergi dari rumah pohon, ia berantakan. Hatinya tercabik-cabik. Tangis yang pecah di tengah perjalanan sempat membuatnya tak ingin masuk ke rumah. Apalagi ketika melihat mobil mercy terparkir di depan rumah, Chelsea ingin pergi sejauh mungkin, tanpa ada orang yang bisa menemukannya. Tapi mustahil. Ia tak bisa lari dari kenyataan. Terutama ketika kakinya melangkah masuk ke ruang tamu, ia disambut dengan pemandangan tak ia suka. Mamanya sedang duduk dan bersandar di bahu laki-laki yang paling ia benci, menonton tivi dengan enaknya. Sementara Chelsea? Ia tak tahu apakah esok ia masih bisa keluar rumah untuk menghadapi kenyataan atau tidak.

Hatinya hancur. Kamarnya yang masih berantakan karena belum di bereskan malah semakin berantakan. Pertama kali yang Chelsea lakukan ketika mengunci pintu kamarnya adalah melempar Cheko ke tempat sampah, yang malah membuat sampah bertebaran di lantai. Ia membuang gulingnya ke arah rak buku bersamaan dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi. Ia menepuk dadanya sekeras mungkin supaya rasa sesak itu hilang. Ia menumpahkan seluruh air matanya berharap tak akan ada lagi tangis untuk esok, dan tak ada lagi tangis untuk laki-laki yang ia cintai namun hanya menganggapnya sahabat.

Kemarin, Chelsea mengungkapkan semuanya. Ia mengutarakan rasa yang selama ini ia pendam dengan berteriak dibawah bantal. Amarahnya mengebu membuat seisi ruangan penuh dengan asap kemarahan dan kesedihannya. Chelsea tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah hatinya yang harus sembuh. Karena sejak ia hidup di bumi, ia hanya mempedulikan hati orang lain, bukan hatinya. Karena ia hanya mempedulikan perasaan orang lain, bukan perasaannya. Karena ia hanya mempedulikan orang lain, bukan dirinya.

Maka, ketika hari berganti, tubuhnya tak bisa bekerja sama dengan baik. Matanya sembab dengan wajah yang kuyu. Matanya tak memancarkan binar yang selalu membuat Chelsea yakin bahwa dimatanya akan ada dunia yang baru. Tapi hatinya baik-baik saja. Bahkan lebih baik dibanding sebelumnya. Dadanya merasa plong. Matanya seperti kering karena kemarin sudah ia kuras habis-habisan. Dan yang ia syukuri dari kemarin adalah, ia mendapat peran Cinderela, yang mengisahkan kepedehian dan kesendirian yang memang menjadi perannya di dunia nyata.

Ia tak mempedulikan Rizky. Bahkan ia tak berusaha mencari Rizky di tengah keramaian aula. Bahkan ketika ia melihat Vanya, ia tak melihat sosok Rizky di sampingnya. Chelsea mengira, Tuhan melenyapkannya dari muka bumi karena doanya semalam; ia tak ingin terluka. Maka di sini lah Chelsea. Duduk berdua dengan Rio, menunggu batagor pesanan mereka datang.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang