2. Reputasi Aksa

3.8K 273 76
                                    

Aksa pernah punya reputasi. Meski perlahan-lahan mengubah diri, beberapa orang tetap melihat Aksa dan reputasi buruk itu sebagai satu kesatuan. Itu lah mengapa Bu Rida menatapnya takjub hanya karena Aksa kebetulan memasuki perpustakaan tanpa disuruh.

Aksa tidak membenci sekolah. Meski juga tak punya alasan untuk menyukainya. Ia hanya bosan untuk duduk manis di kelas tujuh jam dalam sehari, lima hari dalam seminggu, mencatat sesuatu yang tidak ia pahami, mendengar penjelasan yang tak ia ketahui nilai praksisnya. Namun, ia tetap pergi ke sekolah, mendaftar tahun ajaran baru, mengikuti ujian untuk memanjat tingkat berikutnya. Sebab, semua orang melakukan itu. Selain meniru orang-orang dan menuruti kata ibunya, Aksa tak punya alternatif untuk dilakukan.

Seingat Aksa, ia sudah bersekolah lama sekali. Dua tahun di TK, enam tahun SD, enam tahun lagi untuk SMP dan SMA. Rasa bosan itu telah mengakumulasi begitu lama. Demi tetap waras, Aksa pikir wajar saja untuk melakukan hal yang seru. Meski hal seru baginya adalah pelanggaran menurut kacamata guru BK dan kepala sekolah. Aksa percaya ia tidak melakukan hal yang salah. Dirinya dan orang-orang dewasa itu cuma berbeda sudut pandang.

Hingga, ia bertemu April. Hingga, April berkata padanya bahwa seringkali hal-hal membosankan hal-hal membosankan lah yang akan membawanya maju. Ia hanya perlu melaluinya dengan orang yang tepat.

Hari itu, hujan pertama bulan Juli. Hujan yang tidak diekspektasikan siapa-siapa. Sebab Juli adalah puncak musim panas yang harusnya berlangsung kering dan berdebu. Saat di mana tanaman di areal sekolah berlomba-lomba mengugurkan daunnya demi bertahan hidup lebih lama.

Namun hari itu hujan benar-benar deras sampai lapangan utama digenangi air yang meluap dari selokan. Bendera yang lupa diturunkan sehabis upacara basah kuyup di pucuk tiang.

Hari itu, sama seperti yang lain, Aksa pun tak mengharapkan hujan akan turun. Selain memang tak menyukai hujan, Aksa sedang menjadi buruan banyak oknum sekolah. Aksa tak tahu seperti apa awalnya atau mulut siapa yang pertama bocor mengadu ke guru. Tiba-tiba saja semua orang tahu bahwa ia sering merokok di lahan belakang sekolah. Di bangunan rongsok bekas kantin lama yang tak kunjung dipugar.

Beberapa kali Aksa dipanggil ke ruang BK, ruang guru, sampai diajak berbicara dari hati ke hati oleh wali kelasnya yang penyabar hingga membuat Aksa nyaris membeberkan rahasianya. Namun, Aksa masih bisa mengelak dan bertahan dari hukuman sampai sekarang. Sebab, tak peduli seberapa santer kabar itu berhembus, tak ada yang benar-benar berhasil membuktikannya.

Hingga, Pak Prayoga, staff kesiswaan yang kurang kerjaan itu mengendap-ngendap di salah satu sudut bekas kantin. Bersembunyi entah berapa lama. Namun dari makiannya tadi Aksa sempat mendengar laki-laki itu mengeluhkan kakinya yang kesemutan dan dimangsa semut rangrang. Yang jelas, Pak Prayoga bersembunyi dengan sangat ahli sampai-sampai Aksa tak sempat mendengar tarikan napasnya. Barulah ketika Aksa menarik keluar kotak rokok dari kaus kakinya, Pak Prayoga keluar dari balik semak-semak.

"Berhenti kamu, anak kurang ajar! Cari mati kamu ya?"

Di selasar sekolah yang seharusnya hening, teriakan Pak Prayoga membumbung tinggi. Beradu dengan derap lari Aksa yang menghajar lantai dan rintik hujan yang menderas. Perpaduan lengkap yang seketika membuat puluhan kepala bersembulan di jendela kelas.

Aksa benci jadi tontonan!

"Berhenti di situ! Aksa!" Pak Prayoga belum juga menyerah meski napasnya mulai pendek-pendek. Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi untuk urusan stamina. Aksa jelas lebih unggul. Aksa menyumpah lebih dalam. Apa Pak Prayoga memang perlu meneriakkan namanya?

"Kalau sampai dapat, saya seret kamu ke ruang kepala sekolah? Cari mati betulan ya kamu?"

Aksa memang kurang ajar. Membolos dan merokok adalah pelanggaran tata tertib. Atas keduanya Aksa sudah seharusnya dilimpahi hukuman. Namun, Aksa tidak sedang cari mati. Ia cuma bosan dan Pak Prayoga tidak akan pernah bisa paham.

AKSARA [END]Where stories live. Discover now