9. Kamu Tak Sendiri

1.6K 164 41
                                    

Sara meluruskan brosur ekstrakulikuler marching band yang semula terlipat menjadi empat bagian dari saku rok abu-abunya. Kemudian mengeluarkan brosur klub bulu tangkis sekolah dari saku yang lain. Menjajarkan keduanya di meja baca perpustakaan, di antara silabus penunjang mata pelajaran yang tadi ia ambil dari salah satu rak kayu yang berbaris menjulang di ruangan itu. Juga buku-buku catatan yang ia pinjam dari Rina, yang banyak sekali, yang alih-alih membantu kini justru terasa membingungkan.

Apa setiap anak baru pasti merasa kuwalahan dan tertekan seperti ini?

Ia memindai sekilas isi brosur klub bulu tangkis yang dipenuhi foto medali dengan lempengan pipih emas, perak, dan perunggu tapi tetap tak membuatnya tertarik. Sejak dulu, tak ada satu pun ekstrakulikuler yang membuatnya tertarik. Namun, sejak beberapa hari terakhir Sara tetap menerima brosur-brosur yang disodorkan ke padanya itu demi kesopanan. Meski, cara mereka memberikannya sebetulnya tidak bisa dikategorikan sopan.

Bayangkan ini, Sara baru saja sampai di sekolah, berjalan di selasar dan terburu-buru hendak melaksanakan piket lalu tiba-tiba saja seseorang menahannya demi memberikan brosur ekstrakulikuler. Kemudian membual banyak sekali tentang prestasi, sistem latihan, keanggotaan, dan banyak lainnya. Juga, saat Sara bersimbah keringat dan terengah-engah kehabisan napas di tengah praktik lari jarak jauh mengitari gedung sekolah.

Lagipula mana ada siswa yang baru mendaftar ekstrakulikuler pada kelas tiga? Apa sistem di sekolah ini memperbolehkan? Lebih dari itu, apa anak kelas tiga itu sudah gila? Darimana pula mereka tahu bahwa Sara adalah anak baru?

Satu hal paling merepotkan tentang menjadi anak baru adalah kamu memulai adaptasi di antara orang-orang yang lebih dulu berhasil melakukannya. Mereka lebih dulu saling mengenal, bertahan, dan berkembang di sana. Itu, tidak sama dengan mendaftar pada tingkat pertama ; menjalani orientasi dengan teman-teman seangkatan, berebut tempat duduk, mengenal guru-guru baru bersama-sama. Menjadi anak baru pada tingkat akhir berarti memasuki lingkungan dan sistem yang telah terbentuk begitu rupa.

Tidak peduli seberapa besar penerimaan yang ia dapat di sekolah baru ini, sebagian diri Sara akan selalu merasa tertinggal di belakang. Oleh sebab itu, Sara meminjam catatan Rina untuk mengejar ketertinggalan itu. Untuk memupuskan perasaan menjadi alien yang tidak sengaja terjerembab ke bumi.

Sara sedang menarik keluar batang pena dari pouch-nya ketika ponsel di tepi meja bergetar.

Dani : Lagi di mana? Gue di kantin tapi kok nggak ngelihat lo?

Jemari Sara membeku sebentar di atas layar. Urung mengetik, gadis itu justru mengambil foto selfie tanpa memaparkan wajahnya sepenuhnya. Ia lebih memfokuskan kamera menangkap rak-rak besar yang penuh oleh buku-buku di belakangnya. Lalu mengirimkannya ke nomor Dani.

Sara : Lagi bingung.

Dani : Banyak tugas? Udah, ke kantin aja. Gue traktir es cincau. Rina sama temen-temennya juga pada di sini.

Sara tergoda untuk memelesat ke kantin sesuai instruksi Dani. Bukankah bersosialisasi juga salah satu bentuk penyesuaian? Namun, Sara teringat brosur-brosur yang disodorkan di depan hidungnya. Niatannya seketika pupus. Maka, ia mengetikkan balasan yang jujur ke pada Dani.

Sara : Lagi males ketemu orang.

Dani : Kalo ketemu gue males nggak? Gue susulin ya?

Sara tak tahu dorongan apa yang membuat sudut-sudut bibirnya tertarik. Bukankan ini sama saja seperti ajakan Dani untuk berangkat bersama di hari pertamanya ke sekolah ini dulu. Sara : Iya, ke sini aja.

AKSARA [END]Where stories live. Discover now