Angelo Affandi(2)

6K 323 7
                                    

Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit, tetapi, cowok pemilik hidung mancung dengan motor ninja hitamnya telah tiba di tempat ia menuntut ilmu setiap harinya.

Pemilik hidung mancung itu memang tipe siswa yang tidak menyukai hukuman. Oleh karena itu, ia memilih datang lebih awal. Selain memiliki keuntungan agar tidak terlambat, cowok itu bisa menyalin tugas milik temannya jika tugasnya belum selesai.

Ia berjalan menyusuri koridor lantai bawah yang masih sepi, hanya terdapat beberapa siswi yang sedang menyapu di depan kelasnya.

Saat ia hendak memasuki kelasnya, seorang gadis bertubuh tinggi semampai dengan riasan make up di wajahnya datang menghampirinya lalu menyapanya. Namun, cowok berhidung mancung itu mengabaikannya, ia malah mengambil langkah untuk memasuki kelasnya.

Gadis dengan tubuh yang bisa dibilang body goals itu berjalan mengikuti langkah cowok itu lalu mendudukkan dirinya di kursi sebelah cowok itu.

"Angelo, pulang sekolah anterin aku ke mall yuk" ajak gadis itu sambil merangkul lengan Angelo namun segera ditepis oleh cowok itu.

"Enggak" ujarnya dengan singkat.

"Kenapa? Hari ini kan gak ada jadwal latihan" kata Cindy, gadis yang sejak beberapa bulan lalu menyukai Angelo dan selalu membayangi cowok itu dengan kehadirannya.

"Gue bilang enggak ya enggak" ucap Angelo membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Angelo mengambil earphone di dalam tasnya lalu mencolokkannya ke ponselnya dan memilih lagu untuk ia dengarkan. Melihat hal itu, Cindy merasa terabaikan. Akhirnya, gadis itu berdiri lalu berjalan keluar kelas Angelo tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi.

Angelo melirik ke arah gadis itu sambil menghela nafasnya.

******
Bel istirahat berbunyi, membuat seluruh murid yang ada di kelas sepuluh MIPA dua bergegas merapikan bukunya dan berjalan cepat menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan.

Fia dan kedua temannya berjalan bersama menuju kantin, masing-masing memesan satu mangkok bakso dan satu air mineral. Setelah mereka mendapatkan pesanan masing-masing, mereka duduk di salah satu bangku kantin lalu menyantap makanan mereka.

Dari arah pintu kantin, Kedua bola mata Fia menangkap sosok Rifqi yang berjalan serta berbincang bersama cowok jangkung yang sesikit familiar untuk dirinya. Otaknya mencoba mengingat wajah cowok itu.

Mata Rifqi menyapu ke seluruh penjuru kantin. Raut wajahnya berubah sumringah saat ia mendapati kursi kosong dan kebetulan kursi tersebut tepat berada di depan kursi milik Fia dan kedua temannya. Rifqi mengajak cowok jangkung itu menuju tempat Fia berada. Fia yang melihat Rifqi menghampirinya pun mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Join ya" ucap Rifqi kepada kedua teman Fia.

Bintan yang baru menyadari kehadiran Rifqi pun tersenyum lalu mengangguk antusias. Sedangkan Zahra hanya tersenyum simpul. Saat Zahra yang menyadari kehadiran Angelo, gadis itu mengernyit. "Eh si tiang listrik, kemarin minta maaf lo itu gak afdol"

Fia tersentak, ia baru menyadari bahwa lelaki itu adalah cowok jangkung yang ia lihat di lapangan basket kemarin, sekaligus cowok yang mengenai lengannya dengan bola basket.

Bintan dan Rifqi yang tidak tahu apapun hanya mengernyit bingung. "Ada apa sih?" Tanya Rifqi bingung.

"Udah, gak usah dibahas Ra. Bukan masalah besar" Ujar Fia menengahi dan membuat Rifqi memberikan tatapan bingung.

Angelo tidak menanggapi percakapan di antara keempat orang disekitarnya, dia malah asik dengan ponselnya. Sepertinya ponsel itu masih lebih menarik kebanding keempat wajah orang di sekitarnya.

Rifqi menatap Angelo yang sedang membaca pesan dari ponselnya. Cowok berumur 17 tahun itu menyenggol lengan Angelo lalu yang disenggol pun mengalihkan pandangannya ke arah Rifqi.

"Ini adik gue. Namanya Fia. Fi, ini Angelo adik kelas gue waktu SMP" kata Rifqi sambil menunjuk ke arah Fia.

Angelo hanya menatap Fia beberapa detik lalu kembali ke ponselnya. Fia melihat name tag yang tepasang di baju Angelo, disana tertulis 'Angelo Affandi'.

"Salaman dulu kali" goda Bintan sambil menyenggol lengan Fia. Fia yang merasa gugup pun mengulurkan tangannya, namun hanya di balas tatapan oleh Angelo.

"Nggak usah salaman. Lo kira ini lebaran?"ucap Angelo dan dibalas kekehan oleh Rifqi dan kedua teman Fia. Pipi Fia blushing karena malu uluran tangannya tidak disambut oleh Angelo.

Angelo berdiri, hendak memesan makanan untuk mengisi perutnya. Lalu Fia dan kedua temannya yang sudah menghabiskan makanan mereka pun segera pamit kepada Rifqi untuk kembali ke kelas.

*****
Rifqi menginjak pedal gasnya lalu menyusuri jalanan Jakarta yang ramai oleh kendaraan baik roda dua, roda empat maupun roda yang melebihi empat pada sore itu.

Di sebelah Rifqi duduk seorang gadis pendek yang sedang asyik dengan ponselnya tanpa mempedulikan Rifqi yang sedang berceloteh.

Tiba-tiba, gadis itu mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju Rifqi. "Bang, kok lo bisa kenal sama Angelo?"

Rifqi memutar kemudinya ke arah kiri, "Kan gue udah bilang, dia adik kelas gue waktu SMP"

Saat SMP Fia dan Rifqi memang tidak satu sekolah. Fia sekolah di Bandung dan tinggal bersama neneknya, sedangkan Rifqi di Jakarta. Maka, wajar-wajar saja jika Fia tidak mengenal Angelo dan teman-teman Rifqi yang lainnya.

"Kok lo bisa akrab?"

"Dulu gue satu tim basket sama dia" kata Rifqi dan dibalas anggukan oleh Fia.

"Sekarang lo enggak gabung basket lagi bang?"

"Pastilah, besok gue udah mulai latihan" lagi-lagi Fia hanya mengangguk.

"Lo nggak minat masuk cheers? Dulu kan lo jagonya goyang-goyang gitu" kata Rifqi sambil bergoyang layaknya orang berjoget.

Fia menatap Rifqi dengan tatapan tidak suka lalu memukul lengan kakaknya itu. "Males"

Obrolan keduanya terhenti saat ponsel Fia berbunyi dan menampilkan nama 'Mama Rempong' di layar ponselnya, ia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda kotak tersebut ke telinganya.

"Assalamualaikum, Fia" ucap Sinta di awal percakapan.

"Waalaikumsalam. Kenapa ma?" Jawab Fia.

"Mama sama Papa mau pergi ke acara ulang tahun teman Papa. Kamu sama abang juga harus ikut"

Fia mengerutkan dahinya, "kenapa aku sama abang harus ikut? Itu kan acara orang tua"

"Papa mau kenalin kamu sama anak temennya" ucap Sinta lalu membuat Fia mengangkat kedua alisnya sambil membuka mulutnya.

"Ma, aku udah besar bisa cari teman sendiri" kata gadis itu. Namun, Sinta sudah memutuskan sambungan secara sepihak. Hal itu membuat Fia mengerucutkan bibirnya.

Rifqi yang menyadari tingkah Fia pun menoleh ke arah gadis pendek itu."Mama ngomong apa?"

Fia menoleh ke arah Rifqi dengan wajah yang masih kelihatan sebal, "Mama nyuruh kita ikut ke acara ulang tahun teman papa"

Berbeda dengan Fia, Rifqi malah menampilkan wajah yang sumringah, "wah seru, pasti banyak anak teman papa yang cantik-cantik"

Fia menggerutkan dahinya dan menatap Rifqi tidak suka.

"Harus cepet sampe rumah, biar bisa siap-siap ketemu cewek-cewek" ujarnya lalu menginjak pedal gas untuk menambah kecepatan mobilnya.

Fia hanya dapat mengacak rambutnya frustasi. Gadis berhidung mancung itu memang tidak menyukai acara yang berhubungan dengan orang tuanya. Dia menganggap bahwa tidak pantas saja seorang gadis berumur enam belas tahun berada di tengah-tengah para orang berumur empat puluh tahun ke atas. Arah pembicaraanya tidak lain pasti tentang sekolah, pacar dan cita-cita. Dan yang paling tidak ia suka adalah dikenalkan oleh anak-anak dari teman kedua orang tuanya.

*****

Tolong kasih komennya ya dan Makasih sudah dibaca :)

Angel(o)Where stories live. Discover now