34

2.8K 151 3
                                    

Fia berdiri di teras parkiran sekolahnya, menunggu Rifqi yang belum juga muncul-muncul dari arah gedung kelas sebelas. Hujan turun begitu deras sore ini, angin juga berhembus sangat kencang hingga menggoyangkan beberapa pohon di sekitarnya.

Fia mengusap-usap telapak tangannya untuk memberikan kehangatan pada dirinya sendiri. Matanya lantas terarah pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ternyata, sudah empat puluh lima menit Fia menunggu Rifqi.

"Bang Rifqi mana sih, lama banget deh" gerutunya sambil terus mengusap-usap telapak tangannya.

"Dorr!" Satu teriakan itu melengking masuk ke indra pendengaran Fia yang lalu membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Lama banget sih bang, ngapain aja?" Karena hujan, Fia mengeluarkan suaranya lebih keras, agar Rifqi bisa mendengarnya lebih jelas.

"Sorry, tadi gue dipanggil guru buat bantuin angkat-angkat kursi yang rusak ke gudang. Males banget sebenarnya, tapi pencitraan lah yaa?" Ucapnya lalu disambung oleh cengiran khasnya.

Fia memutar kedua bola matanya malas, "Terserah lo aja deh bang"

Rifqi merangkul pundak Fia. "Ya udah, ayo pulang" Fia mengangguk, lalu gadis itu membuka payung lipat bening miliknya.

Keduanya berjalan memasuki mobil hitam milik Rifqi dengan baju yang sedikit basah.

"Mampir ke kafe dulu ya Fi" ujar Rifqi tiba-tiba.

"Pulang dulu kali bang. Bajunya basah nih, nanti diomelim Mama" ujar Fia memberi peringatan kepada kakaknya itu.

Rifqi mengambil sweaternya yang berada di jok belakang mobilnya lalu memberikannya kepada Fia. "Pake" pintahnya lalu dibalas dengusan sebal oleh Fia.

"Kenapa lo ngebet banget mau ke kafe sih?" Terdengar sedikit kecurigaan dari ucapan Fia barusan tetapi tidak ditanggapi oleh Rifqi.

Rifqi mulai menyalakan mesin mobilnya lalu menginjak gasnya sedikit demi sedikit untuk melajukan mobilnya ke arah jalanan yang sedang basah akibat guyuran hujan.

•••••

Angelo sudah menunggu kedatangan Fia sekitar tiga puluh menit yang lalu, tetapi gadis berlesung pipi itu belum juga datang. Ada satu kekhawatiran dalam diri Angelo bahwa gadis itu tidak mau menemuinya lagi disini. Tetapi, ia sudah berpesan kepada Rifqi untuk tidak memberitahu keberadaannya kepada Fia.

Lonceng yang berada di atas kafe berbunyi, menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam kafe tersebut. Angelo yang sedang mengamati hujan pun segera menoleh ke arah pintu kafe itu untuk melihat siapa yang datang.

Kedua matanya membulat saat yang ia tangkap adalah sosok gadis berambut panjang dengan sweater berwarna putih tersenyum ke arahnya. Gadis itu menghampiri Angelo.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya dengan suara yang lembut, Angelo mengangguk sebagai jawaban.

"Ngapain lo disini?" Tanya Angelo kepada gadis dihadapnnya itu.

"Aku bakal bantu kamu untuk jelasin semuanya ke Fia" jawabnya.

Angelo mengusap tengkuknya, "gue bilang gak usah ya gak usah, Maudy. Yang ada Fia malah tambah salah paham"

Maudy menggeleng, "aku yakin, kali ini semuanya bakal selesai"

Angelo memalingkan wajahnya dari Maudy lalu ke jendela kafe yang masih menampilkan pemandangan air yang turun makin deras dengan semua tumbuhan yang bergoyang.

Angel(o)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora