26

2.9K 182 8
                                    

Fia berjalan menyusuri koridor lantai bawah bersama Angelo yang masih fokus menatap ke depan. Tadi pagi, tanpa Fia duga, Angelo datang ke rumahnya dan mengajaknya untuk pergi ke sekolah bersamanya. Tentu dengan senang hati Fia menerima ajakan itu.

Sejak tadi, senyum gadis itu tidak memudar sedetik pun, ia terlalu bahagia di pagi yang cerah ini, sedangkan cowok di sebelahnya itu hanya terus menampilkan wajahnya yang datar.

"Dari tadi senyum mulu, enggak pegel apa?" Angelo bersuara, membuat gadis di sebelahnya itu menoleh masih dengan senyumnya.

"Terserah gue lah, gue senyum juga pake bibir gue" ucapnya lalu memeletkan lidahnya ke arah cowok itu.

"Tapi kalau lo senyum gitu, nanti ada yang naksir lagi. Gue-nya kan cemburu" ujarnya membuat jantung Fia seketika berdebar. Gadis itu menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum, pipinya terasa panas dan sekarang rona merah telah tampak pada pipinya.

"Ternyata, cowok dingin disamping gue ini bisa cemburu juga?" Godanya sambil menoel lengan Angelo.

Angelo menoleh lalu menatap gadis itu masih dengan wajahnya yang datar, sedatar bangun datar. "Menurut lo?" ucapnya sambil menoel hidung mancung Fia. Gadis itu terkekeh, senang rasanya mendengar kalau Angelo cemburu.

Tanpa ada perintah dari siapa-siapa, Angelo meletakkan tangannya di bahu milik gadis di sebelahnya itu. Angelo merangkul Fia dengan erat, seakan ingin memberitahu kepada seluruh manusia di bumi bahwa gadis itu adalah miliknya, dan Fia yang diperlakukan seperti ini pun hanya bisa tersenyum sambil mendongak melihat wajah Angelo yang tidak menoleh ke arahnya. Keduanya terdiam menikmati debaran jantung mereka masing-masing.

"Lihat nih, sarapan pagi gue harus jadi sampah karena ulah lo yang lari-lari kayak bocah" omel Zahra dengan wajah yang geram. Suara itulah yang tedengar oleh Fia dan Angelo saat keduanya mulai mendekat ke arah kelas Fia.

"Lo juga salah, kenapa makan sambil jalan?" Tanya Fandy tak mau kalah.

"Ya Karna-" ucapan Zahra terpotong saat kedua matanya menangkap sepasang remaja datang menghampirinya. Mata Zahra membulat ketika ia melihat tangan kekar Angelo terletak di bahu teman sebangkunya itu.

Fandy yang merasakan perubahan sikap Zahra pun ikut menoleh ke arah tatapan gadis kurus itu. Matanya juga membulat saat melihat kedekatan sepasang remaja itu.

"Masih pagi-pagi, jangan berantem. Malu di dengar tetangga" ujar Fia dengan sedikit kekehan.

"Kalian?" Tanya Zahra seperti meminta penjelasan. Fia tersenyum malu, sedangkan Angelo masih menampilkan wajahnya yang datar.

"Iya. Sekarang Fia pacar gue" ucapnya sambil melihat sinis ke arah Fandy yang menampilkan wajah polosnya itu.

Hati Fandy benar-benar sakit mendengar Angelo dengan bangganya mengatakan jika Fia adalah pacarnya. Dulu, dialah yang mengatakan jika Fia adalah calon pacaranya, tetapi nyatanya Angelo lah yang memenangkan hati gadis pendek itu.

Fia masih terdiam di sebelah cowok jangkung itu, dia benar-benar senang Angelo mengakuinya sebagai pacar. Tetapi, dia juga tidak enak hati dengan Fandy, hati cowok itu pasti sakit mendengar ucapan Angelo tadi.

"Sumpah lo? Demi apa?" Tanya Zahra heboh namun tidak dijawab oleh keduanya.

"Demi lo yang super duper kepo!"jawab Fandy dengan pandangan yang mengarah ke gadis kurus itu, yang ditatap pun membalasnya dengan tatapan sebal bercampur marah. "Apaan sih lo?"

Angelo yang merasa suasana berubah menjadi perang dunia ketiga pun mulai merasa risih. Cowok itu melepaskan rangkulannya lalu menatap Fia. "Gue ke kelas dulu ya? Belajar yang bener, jangan mikirin gue mulu" ujar Angelo lalu mengacak rambut Fia dengan lembut. Fia mengangguk lalu memperbaiki rambutnya yang berantakan akibat ulah pacarnya itu.

"Fia, lo sama dia, beneran-" kata Zahra yang hendak bertanya lagi, namun terhenti karena Fia yang memukul pelan pundaknya lalu mulai berjalan masuk ke dalam kelasnya. Zahra yang merasa dikacangi pun melongo melihat tingkah temannya itu.

"Jadi orang gak usah kepo!" Cetus Fandy dengan mendekatkan wajahnya ke arah Zahra. Gadis kurus itu memanyunkan bibirnya sambil menautkan kedua alisnya dan menjauhkan sedikit kepalanya dari cowok itu.

"Bodo!" Balas Zahra lalu berjalan masuk ke dalam kelasnya mengejar Fia yang telah duduk di bangku kesayangannya.

•••••

Fia dan Angelo kini sudah berada di parkiran sekolahnya, tepatnya di samping motor ninja hitam milik cowok jangkung itu. Tadi, saat bel pulang berbunyi, Angelo dengan santainya menghampiri Fia yang sedang asyik berbincang dengan kedua temannya dan langsung mengajak gadis itu untuk pulang bersamanya.

Angelo memberikan helm cadangannya kepada gadis pendek itu, lalu diterima oleh gadis pendek itu dan segera ia memakainya di kepalanya.

Gadis itu kesusahan saat hendak mengaitkan tali helmnya, membuatnya sesikit menggerutu. Angelo yang melihat itu pun segera mendekatkan tangannya ke tali helm milik gadis itu. Fia tersenyum melihat Angelo yang begitu tampan saat jatak mereka begitu dekat.

"Gitu aja gak bisa" ejek cowok jangkung itu, membuat Fia memanyunkan bibirnya.

"Biarin" balasnya lalu memeletkan lidahnya sambil menutup kedua matanya. Tanpa gadis itu duga, cowok di hadapannya itu mencubit kedua pipinya dengan gemas. Fia yang merasakan hal itu langsung membuka kedua matanya lalu melihat Angelo yang sedang tersenyum tipis ke arahnya.

"Sakit tau" ucap Fia memberitahu, Angelo yang tidak ingin menyakiti Fia pun segera melepaskan cubitannya.

Cowok jangkung itu menaikki motornya lalu diikuti dengan Fia yang duduk di belakangnya. Fia yang masih merasa canggung ingin memeluk Angelo pun memutuskan untuk menyimpan kedua tangannya di bahu Angelo sebagai tempatnya berpegangan. Angelo yang merasakan pegangan gadis itu pun menoleh melihat Fia.

"Masih aja pegangan di pundak. Lo kira gue abang gojek?" Tanyanya membuat Fia menaikkan kedua alisnya.

"Te-rus, gue pegangan dimana? Gue kan takut jatuh" Angelo menarik kedua tangan Fia lalu melingkarkan kedua tangan gadis itu di pinggangnya.

"Gini kan lebih nyaman" katanya lantas membuat jantung Fia berdebar tak menentu.

"Bukan cuman cowok kepedean itu yang pengen dipeluk sama lo. Gue kan juga pengen dipeluk sama lo" lanjutnya dan makin membuat jantung Fia berdebar lebih tak beraturan, kedua pipi gadis itu sudah memanas hingga rona merah terpancar di kedua pipinya. Dan seulas senyum tercipta di bibir pinknya itu.

"Cowok kepedean?" Tanya Fia. "Siapa?" Lanjutnya namun tidak dijawab oleh cowok jangkung itu. Angelo malah menyalakan mesin motornya lalu membawa motornya keluar dari area sekolahnya dan menembus jalanan Jakarta sore itu. Dan maksud dari cowok kepedean itu adalah Fandy, Angelo memanggilnya seperti itu karena itu memang sifat yang sangat mencolok dari cowok itu.

Hari ini, di bawah langit yang biru ini, Fia dengan puas bisa memeluk tubuh kekar Angelo dan mencium wangi tubuh cowok itu. Dan Angelo dengan puas bisa melihat wajah bahagia milik gadis itu dari kaca spionnya.

•••••
Makasih udah baca sampai sejauh ini❤️

Angel(o)Where stories live. Discover now