19

3.1K 183 1
                                    

Perempuan itu kodratnya menunggu, bukan mengejar
•••••

Fia menyisir rambut hitam pekatnya dengan sisir berwarna biru miliknya. Lalu mengambil bando headbandnya dan memakainya di kepala. Gadis itu juga memoleskan sedikit bedak ke wajahnya untuk menutupi wajahnya yang masih terlihat pucat.

Fia tersenyum sekali ke arah cermin lantas berbalik mengambil tas ransel berwarna navy miliknya. Gadis itu membuka pintu kamarnya lalu menutupnya lagi dan setelahnya ia berjalan menuruni tangga dengan langkah yang sangat bersemangat.

Semangat yang membara dari diri Fia ini disebabkan oleh rasa senang karena semalam ia bersama Angelo cukup lama tanpa ada yang mengganggu. Walaupun Fia seperti berbicara dengan patung pancoran.

"Pagi Mah, pagi Pah, pagi Abang" sapanya kepada ketiga orang yang berada di ruang makan tersebut.

"Pagi sayang" jawab Mama dan Papanya secara bersamaan, sedangkan Rifqi masih fokus memakan nasi goreng buatan Mamanya.

"Udah sehat?" Fia mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Mamanya.

"Bang, ntar lo latihan kan?"

"Iya, emang kenapa?"

"Gue nungguin lo ya?" Rifqi mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Fia.

•••••

Pak Samsul masuk ke kelas sepuluh MIPA empat dengan membawa buku pelajaran sejarah, perutnya yang buncit membuat satu kancing bajunya terlepas dan itu membuat seisi kelas menahan tawa melihat pusar Pak Samsul terpampang.

"Perut Pak Samsul kayak balon udara mau pecah" bisik Reyvan kepada Angelo lalu keduanya terkekeh dengan suara yang cukup keras, karena suasana di ruangan tersebut sedang hening.

"Angelo, bayangin kalau Pak Samsul nyelem ke kolam renang. Pasti kayak kapal selamnya si spongebob" cibirnya sambil tertawa hingga semua pasang mata menatapnya. Angelo terkekeh dan keduanya belum sadar jika kapal selam -eh Pak Samsul- sudah berada di samping meja keduanya.

"Bisa gak bapak ikut ketawa?" Bisik Pak Samsul dengan bahasa jawanya yang masih kental, cowok yang belum sadar jika itu adalah Pak Samsul pun mengangguk antusias, sedangkan Angelo sudah menutup mulutnya rapat-rapat.

"bayangin aja kalau Pak Sam-" ucapannya terhenti saat matanya mendapati guru berperut buncit itu berdiri di sebelahnya dengan tangan terlipat di dada dan tatapan sangar yang ditambah dengan kumisnya yang tebal.

Reyvan melotot lalu menelan air liurnya. "Kok ngomongnya ndak dilanjut? Bayangin kalau saya ngopo?" Reyvan menggeleng cepat.

"Kamu itu ojo ngejek saya yo? Karma baru tau rasa kamu" ucapnya sambil menjewer telinga Reyvan dan membuat muridnya itu mengaduh kesakitan.

"Iya pak, maaf, maaf, mulut saya emang nakal" Reyvan memukul mulutnya sendiri seakan mulutnya telah melakukan kesalahan. Gelak tawa terdengar seantero kelas, Angelo yang duduk di sebelahnya pun juga ikut tertawa. Pak Samsul akhirnya melepas jewerannya lalu kembali ke mejanya.

"Oke anak-anak, bapak bawa kabar gembira. Dadi rong dino meneh kita bakal studi tur ke kota tua. Dan semua kudu melok" ucapnya membuat sebagian muridnya mengernyit bingung, termasuk Reyvan.

"Ngomong apa sih?" Angelo mengedikkan bahunya acuh.

"Bahasa Jawa Pak Samsul kentel banget kayak ingus anak SD" celetuk Reyvan lagi-lagi membuat tawa tercipta antara dirinya dan Angelo.

Angel(o)Where stories live. Discover now