4

4.5K 249 5
                                    

Kini waktu telah menunjukkan pukul empat sore. Namun, Fia masih berada di pinggir lapangan menunggu Rifqi yang masih melompat-lompat memasukkan bola ke dalam ring. Untung saja besok hari Sabtu, jadi Fia akan tidur dengan pulas tanpa takut terlambat untuk bangun.

Mata Fia melihat ke arah Angelo yang kini sedang berlari memantul-mantulkan bola. Jantung Fia berdebar melihat lelaki itu tersenyum ke arah temannya.

Fia memegang dadanya, "jantung gue kenapa?" Tanyanya lebih kepada dirinya sendiri karena tiada orang lain di dekatnya.

"Karena ada gue deh kayaknya" ucap seseorang dan membuat Fia berbalik ke sumber suara.

Fia memutar kedua bola matanya malas,"Apaan sih Fan?" tanya Fia dan membuat lelaki itu terkekeh.

"Ngapain lo masih di sekolah? Pulang sana, dicariin mama" ucap Fandy sambil mengacak rambut Fia.

Fia memperbaiki rambutnya yang berantakan akibat ulah Fandy."Penting banget lo tau?"

"Iyalah, lo kan calon pacar gue" ucap Fandy dan membuat Fia bergedik ngeri.

"Udah lah Fan, nggak lucu tau" ujarnya, namun itu membuat Fandy tertawa melihat ekspresi Fia.

Fandy duduk di sebelah Fia, "Fi, lo tau nggak? Nama gue sama lo itu sama-sama berawalan F"

"Nggak, nama gue Alifiah. Dan awalannya itu A, bukan F" jelasnya.

Fandy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,"padahal gue baru mau bilang kalau kita jodoh"

"Udah deh Fan. Mending lo pulang. Nanti Mama lo nyariin lagi"

"Cie peduli" ucap Fandy sambil menyenggol pelan lengan Fia.

Rifqi yang melihat adik kesayangannya diganggu oleh Fandy pun berlari keluar lapangan dan menuju ke arah Fia dan Fandy.

Rifqi sudah berdiri di depan Fandy, membuat Fandy mengarahkan kedua bola matanya ke arah Rifqi.

"Ngapain lo gangguin Fia?" Ucap Rifqi sambil berkacak pinggang.

Fandy tersenyum ke arah Rifqi dan mengulurkan tangan kanannya, bermaksud berkenalan dengan Rifqi. Rifqi menyambut uluran tangan Fandy.

"Kenalin, gue Fandy. Yang bakalan jadi jodoh Fia di masa depan" ujarnya dengan mengangkat satu alisnya.

"Idih. Pede gila lo" ucap Rifqi sambil tertawa terbahak-bahak.

"Gue sih oke-oke aja, selama Fia senang sama lo, gue juga senang" lanjut Rifqi dan membuat Fandy menepuk pundak Rifqi dan berbisik mengatakan terima kasih. Sedangkan Fia, membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Rifqi.

Fandy berjalan melewati Fia dan mengedipkan satu matanya ke arah Fia lalu dibalas gelengan oleh gadis itu.

"Abang, kenapa lo ngomong kayak gitu?" Ujar Fia namun Rifqi hanya mengedikkan bahunya dan membuat Fia menghentakkan kakinya sebal.

Rifqi meminum air mineralnya lalu kembali ke lapangan. Lima belas menit lagi ia akan menyelesaikan latihannya. Hal ini membuat Fia kembali duduk ke tempatnya.

Mata Fia tidak dapat terlepas dari setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Angelo. Mulai dari saat cowok itu berlari, melompat, memasukkan bola ke dalam ring, men-dribble bola dan semua hal yang dilakukan oleh cowok itu diperhatikan oleh Fia. Dan entah kenapa, jantungnya terus berdebar setiap kali ia melihat senyum cowok itu.

Lima belas menit telah berlalu, latihan yang dilakukan Rifqi pun berakhir. Kini Rifqi dan Fia bersiap menuju parkiran yang dimana mobil Rifqi berada. Namun, tanpa di sadari benda berwarna biru milik Fia jatuh dari kantong depan tasnya.

Angelo menghentikan langkahnya saat kakinya menginjak dompet berwarna biru itu. Angelo membuka benda itu, bermaksud mencari kartu identitas si pemilik.

Kedua bola mata miliki cowok itu menangkap selembar kertas uang lima puluh ribu, kartu timezone dan kartu perpustakaan sang pemilik.

Angelo mengernyit memperhatikan foto di kartu tersebut, cowok itu terus memutar otaknya untuk mengingat siapa orang yang berada di foto tersebut. Alisnya terangkat saat ia tahu bahwa ternyata itu adalah Fia.

Angelo merogoh isi tasnya bermaksud mencari benda kotak yang berfungsi untuk menelpon Rifqi dan memberitahu bahwa ia menemukan dompet adiknya. Namun, yang ditelpon tidak menjawab. Akhirnya, Angelo memutuskan untuk datang ke rumah Rifqi besok pagi.

******
Fia yang baru menyadari dompetnya hilang pun panik setengah mati. Dia mencari ke seluruh kantong tasnya, namun dia tak kunjung menemukan barang tersebut. Gadis itu juga sudah membongkar meja belajarnya, tempat tidurnya, bahkan mobil milik Rifqi pun sudah ia geledah. Namun, hasilnya masih sama, tidak ada.

"Bang, lo nggak sembunyiin dompet gue kan?" Tanya Fia dan membuat Rifqi yang sedang bermain PS pun menatap Fia kesal.

"Idih. Kurang kerjaan banget. Emang uang lo berapa?"

"Lima puluh ribu" ucap Fia dengan polosnya.

Rifqi tertawa, "Ya ampun Fia, minta sama mama pasti dibalikin tiga kali lipat."

Keluarga Fia memang terbilang kaya, bahkan uang lima puluh ribu pun bisa dibilang hanya untuk uang jajan Fia sehari. Namun, Fia bukan tipe anak yang suka membuang-buang uang, ia rajin menabung untuk membeli keinginan atau kebutuhannya sendiri. Namun, jika ia tidak mampu gadis itu akan meminta kepada Mamanya.

"Lima puluh ribu itu banyak bang. Dibeliin cilok aja sampai muntah-muntah" ucap Fia lalu berjalan menuju kamarnya.

Ponsel milik Rifqi bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk ke ponselnya. Rifqi mengambil benda kotak itu dan membuka tombol kunci di ponselnya. Dan ternyata Angelo yang mengiriminya pesan.

Angelo Affandi
Bang
Gue nemuin dompet adek lo
Besok gue ke rumah lo balikan dompetnya.

Ok Thanks

Rifqi yang membaca pesan itu pun langsung berteriak memanggil Fia, dan yang dipanggil pun datang. Rifqi mengatakan bahwa Angelo yang menemukan dompet Fia dan cowok itu akan datang besok untuk mengembalikannya.

Fia membatin dalam hati,'udah kayak namanya, Angel(o) yang berarti malaikat dan kayaknya dia malaikat penolong gue'

Entah mengapa, mendengar berita itu, jantung Fia makin berdebar, kupu-kupu telah berterbangan di dadanya.

Gadis itu berjalan untuk kembali ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia senyum-senyum sendiri mengingat senyum Angelo tadi sore, walaupun senyum cowok itu bukan untuk dirinya.

*****

Makasih sudah baca sampai sejauh ini. Jangan lupa dikomen dan divote. Sangat butuh saran dan kritik :)

Angel(o)Where stories live. Discover now