36(end)

4.5K 183 17
                                    

Dering telfon dari ponsel milik Angelo mulai masuk ke indra pendengarannya saat cowok itu sedang terlelap. Tangannya bergerak untuk mengambil benda pipih itu,lalu dengan pandangan yang masih membutam, ia melihat ke arah jam weker yang berada di nakas samping tempat tidurnya. Ternyata sudah pukul 11.00 pagi.

Tanpa melihat sang penelfon, Angelo langsung menempelkan benda pipih itu ke telinga sebelah kanannya.

"Halo" ucap cowok itu untuk mengawali pembicaraan kepada sang penelfon.

Terjadi hening beberapa detik.

"Fia. Fia meninggal" lantas saja Angelo langsung terbangun dari tidurnya dan mulai mengumpulkan semua nyawanya yang terasa masih berterbangan.

"Jangan bercanda lo"

"Dateng ke rumah Fia sekarang juga, udah dzuhur acara pemakamannya dimulai" Jantung Angelo benar-benar ingin berhenti seketika, matanya terasa panas hingga air matanya ingin meluncur keluar.

Cowok itu segera mengambil kemeja hitamnya dan juga kunci motornya yang berada di atas meja belajarnya.

•••••

Setelah Angelo tiba di rumah milik Fia, ia sudah melihat beberapa karangan bunga duka cita terpampang, tenda dan kursi-kusrsi mulai di atur dengan rapi dan selembar bendera putih berkibar di dekat pagar rumah milik Fia.

Angelo turun dari motornya lalu berjalan masuk ke dalam rumah Fia dengan rasa tak percaya. Ini semua seperti mimpi buruk di siang hari ini.

Saat dirinya mulai masuk melewati pagar rumah Fia, ia sudah melihat beberapa temannya sedang menangis dan juga menampilkan wajah sedih mereka.

Reyvan menghampiri Angelo dengan wajah yang tidak biasa ia tampilkan. "Angelo, lo yang sabar ya?" Ucapnya lalu memukul pundak milik Angelo dengan pelan.

"Fia? Kenapa?" Tanyanya namun tidak dijawab oleh Reyvan. Cowok itu malah menuntut Angelo masuk ke dalam rumah Fia.

Pemandangan yang sangat tidak ingin ia lihat selama ini dan bahkan tak pernah terlintas di pikirannya, kini harus ia lihat juga. Disana, ia melihat Fia yang sudah terbaring dengan wajahnya yang pucat namun dengan sedikit ulasan senyum di bibirnya.

Angelo mencoba berjalan mendekat ke arah Fia lalu mendudukkan dirinya dengan pelan di samping tubuh Fia yang sudah tak bernyawa lagi.

"Fia. Kenapa lo pergi duluan daripada gue?" Tanyanya namun ia yakin jika yang ditanya tidak akan menjawab.

"Kenapa lo pergi saat gue lagi sayang-sayangnya sama lo?"

"Kenapa lo pergi di saat masalah kita belum tuntas?"

"Kenapa hari-hari terakhir lo pergi, kita gak bisa bahagia sama-sama?"

"Dan, kenapa gue gak bisa lihat lo di saat-saat terakhir lo?"

"Kenapa?"

Semua pertanyaan yang keluar dari bibir Angelo tidak akan terjawab oleh gadis yang terbaring di hadapannya itu.

"Rey, tolong bangunin gue dari mimpi buruk ini" katanya kepada Reyvan yang duduk di sebelahnya, cowok itu tak menjawabnya.

Angel(o)Where stories live. Discover now