32

2.9K 140 0
                                    

Hujan lagi-lagi turun mengguyur kota Jakarta di malam yang begitu dingin. Ingatan Fia mulai memutar kenangannya bersama cowok jangkung berwajah datar itu, mulai dari saat dirinya dan Angelo sedang berteduh di teras minimarket beberapa bulan yang lalu, menembus hujan menggunakan jaket Angelo dengan menaiki motor cowok itu dan saat keduanya menembus hujan beberapa hari yang lalu saat di sekolah.

Fia duduk di dekat pintu balkonnya, memperhatikan setiap bulir air yang turun. Salah satu fakta yang ia ceritakan kepada Angelo beberapa bulan yang lalu sepertinya terjadi kepada dirinya saat ini.

Ia rindu dengan Angelo dan semua kegiatannya bersama cowok jangkung itu. Tetapi, perasaan di hatinya masih terasa sakit dengan apa yang terjadi beberapa hari lalu.

Tanpa Fia sadari, sebulir air bening jatuh dari pelupuk matanya. Gadis itu tersentak dan segera menyeka air matanya. "Apa-apaan sih gue? Kenapa ikut-ikutan nangis kayak langit?" Fia berbicara sendiri. Fey yang baru saja masuk ke kamar pun mulai panik saat kedua bola matanya melihat kembarannya itu berbicara sendiri.

Fey melingkarkan kedua tangannya di leher Fia, memeluk gadis pemilik lesung pipi itu dari belakang. Fia yang merasakan tubuhnya sedikit menghangat karena sentuhan itu pun segera menoleh melihat wajah pemilik pelukan itu.

"Jangan galau terus. Galau gak bakal selesaiin masalah kamu. Kamu harus tau semua kejelasannya, Fia" Fey lagi-lagi memberikan saran kepada Fia yang masih duduk dan melihat ke arah air yang masih berjatuhan.

Fia menggeleng lalu menghela nafasnya dengan berat. "Udah jelas ko Fey" Fey lantas mendudukkan dirinya di sebelah Fia dan menatap kedua bola mata milik kembarannya itu.

"Apa ekspektasi kamu sama dengan realitanya?" Fia mengangguk dengan pelan, namun pasti.

"Cewek itu mantannya, dan mungkin sekarang, mereka udah balikan" Fey menaikkan kedua alisnya masih sambil menatap Fia.

"Kamu tau darimana?"

Tatapan Fia masih ke depan, namun wajahnya sudah berubah menjadi raut wajah yang mendung, seperti keadaan langit malam itu. "My Angel" Kalimat Fia masih menggantung, dan Fey masih setia di tempatnya menunggu lanjutan kalimat kembarannya itu.

"Dia manggil Angelo dengan sebutan itu, Fey" Kini, kedua bola mata Fia menatap kedua bola mata Fey dengan sendu.

Fey langsung menarik kepala Fia untuk bersandar di pundaknya. "Terus? Apa Angelo udah kasih tau kalau dia udah balikan sama cewek itu?" Fia menggeleng di atas pundak milik Fey.

"Fia. You must hear all his explanations. Kamu cuman bakal sakitin diri kamu sendiri kalau kamu itu cuman menyimpulkan semuanya sendirian" Lagi-lagi Fey berkata  dengan bijaknya.

Fia menundukkan kepalanya, "untuk apa penjelasan itu ada, kalau nyatanya sikap dan tingkah udah bisa jelasin semuanya?" Fia bertanya seolah dirinya benar dengan semua kesimpulan yang ia buat saat ini.

"Iya, mungkin itu ada benernya, tapi kamu juga harus kasih kesempatan sama cowok kamu untuk jelasin semuanya dari sudut pandangnya" Ucapan Fey masuk ke indra pendengaran Fia lalu naik ke otaknya untuk ia pikirkan dan ia renungkan lagi. Sedangkan mulutnya, masih bungkam untuk menjawab pernyataan saudari kembarnya itu.

"Fia. Maaf karena aku udah ikut campur di masalah kamu ini, tapi aku cuman mau lihat kamu bahagia. Jangan sedih lagi" lanjut Fey sambil mengelus pundak milik Fia dengan lembut.

Angel(o)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang