23

2.7K 162 1
                                    

Angelo berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit malam yang berhias bintang dan bulan yang memancarkan cahayanya.

Angelo terbelak saat ia melihat bintang-bintang menyatu membentuk wajah seorang gadis berlesung pipi sedang tersenyum ke arahnya. Cowok itu menggelengkan kepalanya dengan cepat lantas mengucek kedua matanya. Ia membuka matanya dengan perlahan, berharap wajah gadis itu sudah tidak terpampang di sana. Tetapi, bintang-bintang itu masih membentuk wajah gadis itu, kali ini dengan lidah yang menjulur, persis saat gadis itu meledek Angelo.

Angelo menutup kedua matanya sambil menautkan kedua alisnya. Cowok itu membuka matanya, bintang-bintang itu ternyata telah menyebar ke seluruh penjuru langit. Angelo menghela nafas lega.

Namun, saat cowok itu melihat ke arah meja di sebelahnya, wajah gadis itu lagi-lagi muncul dengan senyuman manisnya. Angelo lagi-lagi menggelengkan kepalanya dengan keras.

Angelo menghela nafasnya saat ia sudah tidak melihat wajah gadis itu di mejanya. Ia mengambil earphone dan ponselnya yang berada di atas meja, lalu memasangkan earphone itu ke kedua telinganya. Namun belum juga ia memilih lagu yang ingin ia dengar, di kedua indra pendengarannya mendengung suara seorang gadis yang wajahnya ia lihat di langit tadi.

Angelo segera melepas earphonenya lalu mnoleh ke seluruh penjuru balkon dan kamarnya. Tidak ada siapa-siapa. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi lalu terdiam sebentar.

"Gue kenapa?" Tanyanya sambil menggaruk pelipisnya.

"Kenapa selalu ingat dia?"

"Kenapa mukanya ada dimana mana? Suaranya? Kenapa kedengeran sampe sini?" Cowok itu sudah seperti orang gila yang berbicara sendiri dan bertanya tanpa ada yang bisa menjawab.

"Karena, lo suka sama dia" Ucapan itu membuat cowok jangkung itu segera berbalik ke sumber suara.

Matanya mendapati sosok cowok beriris mata hitam pekat tengah berdiri di depan pintu balkonnya sambil melipat kedua tangannya di dada dan tersenyum jahil. Dia adalah Reyvan.

"Ngapain lo di kamar gue?"

"Mau gangguin babang Jelo ngelamunin dedek Fia" Ujarnya dengan ekspresi yang membuat Angelo ingin muntah.

"Jijik" jawab Angelo singkat, padat, dan jelas.

Reyvan mendudukkan dirinya tepat di depan Angelo, cowok itu agak mencondongkan badannya ke arah Angelo, membuat jarak wajah keduanya sangat dekat. Angelo yang merasa risih pun menjauhkan wajahnya dari Reyvan.

"Angelo, gue yakin. Lo pasti suka sama Fia"

Angelo mendorong dahi Reyvan dengan jari telunjuknya, membuat kepala cowok beriris mata hitam pekat itu tersentak ke belakang.

"Ngaco!" Angelo membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Mungkin lo sekarang belum sadar, tapi pasti lama kelamaan lo bakal tau perasaan lo yang sebenarnya ke Fia" ujar Reyvan yang mulai serius. Angelo masih bergeming di tempatnya, cowok itu memikirkan setiap kata dari ucapan sahabatnya itu. Apa benar itu akan terjadi padanya? Itu mungkin akan terjawab seiring berjalannya waktu.

"Lo masih sering hubungin Maudy?" Pertanyaan Reyvan yang tiba-tiba itu membuat Angelo menoleh ke sahabatnya itu.

"Enggak" jawab Angelo.

"Lo masih sayang sama dia?"

"Gue sayang sama dia sebagai sahabat. Dulu memang gue sama dia putus karena enggak bisa ngertiin satu sama lain. Tapi, gue sama dia udah sepakat untuk jalin hubungan dengan zona persahabatan" Reyvan mengangguk mengerti atas penjelasan cowok itu.

"Tapi, kalau dia masih sayang sama lo sebagai laki-laki? Lo mau kembali sama dia?" Angelo menautkan kedua alisnya, bingung akan sikap Reyvan yang serius ini.

"Kenapa lo tanya gini?"

"Jawab aja sih nyet"

Angelo mengedikkan kedua bahunya, "gue gak tau. Hati gue bakal diisi siapa nantinya" Reyvan lagi-lagi hanya mengangguk.

"Kalau gitu, lo harus pastiin perasaan lo ke Fia" ujarnya memberi saran. Tetapi Angelo menggeleng dengan cepat. "Lo harus coba, bego. Takutnya, lo terlambat sadar lagi"

Angelo diam di tempatnya sambil menatap langit yang berhias bintang itu. Ia membayangkan setiap perasaan aneh saat dirinya bersama gadis berlesung pipi itu. Mungkin benar kata Reyvan, dia harus memastikan perasaannya ini, tetapi bagaimana caranya?

•••••

Fia berlari ke arah kelasnya yang berada di ujung koridor lantai bawah. Gadis itu sesekali melihat ke arah arloji yang berada di tangan kirinya, nafasnya terengah-engah, ia seperti ini karena dirinya terlambat bangun akibat menonton drama korea terbarunya hingga jam satu malam.

Langkahnya terhenti saat ia melihat Angelo sedang berlari keliling lapangan dengan keringat yang bercucuran dan mata Fia juga melihat sosok pria berkumis tebal tengah berdiri di pinggir lapangan sambil melipat kedua tangannya. Sudah dapat ditebak jika Angelo sedang menjalani hukuman dari Pak Arif, selaku guru BK di SMA Cenderawasih.

Kedua mata Fia membulat saat kedua mata milik Pak Arif melihat ke arahnya dengan wajah yang begitu mengerikan. Jantung Fia berdebar lebih kencang dibanding saat dirinya berada di dekat Angelo. Dalam hati Fia berkata, apakah hatinya sudah berpaling kepada Pak Arif ? Tapi, itu tidak mungkin, karena jelas Angelo lebih menarik dibanding Pak Arif.

Fia tersenyum ke arah Pak Arif lalu memutar badannya dan melanjutkan langkahnya. Namun, satu teriakan dari pria berkumis itu membuat Fia memberhentikan langkahnya. Fia menutup kedua matanya sambil menautkan alisnya. Gadis itu menoleh ke arah Pak Arif yang masih menatapnya.

"Sini kamu" Fia menurut akan apa yang diucapkan gurunya itu. Angelo yang merasakan kehadiran Fia pun segera memberhentikan kegiatan larinya. "Kamu tau ini jam berapa?" Tanya Pak Arif lalu dibalas anggukan oleh gadis itu. "Kalau tau kenapa masih terlambat?" Tanyanya lagi membuat Fia bingung hendak menjawab apa.

"A-nu, A-nu pak, ka-rena..."

"Kamu mau coba cari alasan ya?"tebaknya lantas membuat Fia menggeleng.

"Sekarang, kamu lari lapangan sebanyak lima kali dan hormat bendera sampai jam pertama berakhir" ucapan itu membuat Fia benar-benar terbelalak.

'Ya allah, pak. Banyak banget. Lari aja ya pak?" Fia mencoba menawar hukumannya, tetapi gurunya itu tidak bersahabat hari ini, membuat gadis itu harus menjalankan hukumannya dengan terpaksa.

Pak Arif yang mendapati Angelo berhenti berlari pun menatap cowok itu dengan tatapan sangar. "Kamu, kenapa tidak lari?" Angelo menaikkan kedua alisnya lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Karena kamu sudah berani menguping pembicaraan orang lain, kamu juga harus hormat bendera sampai jam pelajaran pertama selesai" Angelo membulatkan matanya lalu mendengus sebal mendegar ucapan Pak Arif.

Fia menyimpan tasnya di sebelah tas Angelo lalu mulai mengikuti langkah Angelo yang sudah berlari mengelilingi lapangan sekolahnya itu.

•••••

Angel(o)Where stories live. Discover now