35

3.1K 146 3
                                    

Air mata Fia jatuh bersamaan dengan air hujan yang jatuh ke jalanan beraspal sore itu. "Lo jahat, Angelo!" teriaknya dengan keras.

Gadis itu terus memegang dadanya sambil terus menangis. Sesekali ia meremas jemarinya dan juga roknya untuk melepaskan kekesalan yang ada dalam dirinya.

Beberapa pengemudi kendaraan membunyikan klaksonnya agar gadis itu sedikit menepi ke pinggir jalan dan tidak menghalangi mereka untuk melajukan kendaraannya. Tetapi, semua suara klakson itu tidak dihiraukan oleh Fia, gadis itu masih terus berjalan di sedikit pertengahan jalan itu.

Hingga satu suara klakson motor berbunyi cukup panjang lalu tanpa Fia sadari, benda beroda dua itu menabrak dirinya hingga ia terpental ke depan. Fia tersentak karena kakinya sedikit sakit akibat benturan oleh ban motor tadi, seketika pandangannya memburam. Namun sebelumnya ia melihat sebatang pohon yang berukur cukup besar menjatuhi kakinya dengan cukup keras. Dan setelahnya, gadis itu benar-benar tidak merasakan apapun.

•••••

Di ruang tunggu operasi inilah suara tangisan milik Sinta terdengar. Sejak tadi, wanita itu tidak henti-hentinya mengeluarkan air matanya. Saleh dan Rifqi sudah mencoba menenangkan wanita itu, tetapi wanita itu masih tidak bisa menahannya.

Bagaimana tidak? Kedua anak perempuannya kini sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit ini. Yang satunya sedang melawan penyakit yang sudah sejak lama ia derita dan yang satunya lagi harus melawan rasa sakit akibat kecelakaan yang menimpa dirinya.

"Mama takut kalau Fia dan Fey kenapa-napa" ucap Sinta masih dengan air mata yang terus mengalir ke pipinya.

"Mah, jangan ngomong gitu. Mama harus berdoa untuk keselamatan Fia dan Fey" ucap Saleh coba menenangkan istrinya.

Suara langkah tergesa-gesa datang ke arah ketiganya. Rifqi menoleh melihat siapa pemilik langkah itu. Ternyata itu adalah Zahra, Bintan, Reyvan dan juga Fandy yang datang secara bersamaaan.

"Bang, kenapa bisa?" Zahra bermaksud menanyakan kronologis kejadian yang menimpa teman sebangkunya itu.

"Ceritanya panjang, Ra" jawab Rifqi dengan suara yang tidak bersemangat.

"Sabar ya tante. Fia gak bakal kenapa-napa kok" Bintan coba menenangkan Sinta yang masih terus menangis.

"Bang, Angelo udah dikabarin?" Tanya Reyvan.

Peristiwa yang menjadi awal penyebab adiknya terbaring di ruang operasi sana itu mulai memutar di dalam otaknya dan itu membuatnya merasa ingin memukul wajah Angelo yang begitu datar.

"Gak usah kabarin dia. Dia udah gak peduli sama Fia" jawab Rifqi lalu membuat keempat orang teman Fia mengernyit bingung.

Fandy yang juga mendengar ucapan Rifqi pun merasa ada sedikit yang mengganjal dari ucapan kakak kelasnya itu. Bagaimana mungkin Angelo tidak perduli kepada Fia?

Fandy pamit kepada seluruh orang yang berada di ruang tunggu operasi itu untuk pergi sebentar mencari toilet. Namun nyatanya, cowok itu malah menelfon Angelo. Fandy sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan Angelo dan Fia hingga Rifqi mengatakan jika Angelo sudah tidak perduli lagi kepada Fia.

"Halo" sapa Fandy saat ia sudah terhububg dengan Angelo.

"Kenapa lo nelfon gue?" Jawab Angelo dengan ketusnya.

Angel(o)Where stories live. Discover now