3

5K 275 5
                                    

Malam ini, Fia menggenakan dress selutut berwarna biru muda dengan motif bunga kecil-kecil. Fia berjalan bersama kedua orang tuanya juga dengan Rifqi. Mereka berjalan memasuki rumah berlantai dua.

Saat keluarga Fia memasuki pintu utama, seorang wanita paruh baya dengan dress berwarna merah menyambut kedatangan mereka dengan senyum sumringah. Di belakangnya seorang lelaki paruh baya berjas hitam juga ikut menyambut kedatangan mereka.

Seorang lelaki paruh baya itu memanggil seorang lelaki yang kiranya seumuran dengan Fia. Yang dipanggil pun mendatangi mereka. Lelaki yang mengenakan tuxedo hitam itu pun segera menyalami kedua orang tua Fia dan tersenyum kepada keduanya.

"Yudis, kenalin ini Fia anaknya om Saleh" ucap wanita paruh baya, yang dipanggil Mama oleh lelaki tadi.

Lelaki itu mengulurkan tangannya bermaksud berkenalan dengan Fia. Fia yang melihat uluran tangan itu pun membalasnya sambil menyebutkan namanya dan tersenyum.

Rifqi juga melakukan hal yang sama kepada lelaki bernama Yudis tersebut.

Mereka mempersilahkan keluarga Fia untuk masuk dan menikmati acaranya. Yudis mengajak Fia dan Rifqi untuk menemui anak-anak lain dari teman kedua orang tuanya yang berada di halaman belakang.

Mata Fia memperhatikan seorang lelaki yang sedang duduk di sebuah kursi taman yang ada di belakang rumah Yudis. Fia seperti mengenal lelaki itu, dan ternyata benar itu adalah Angelo.

Rifqi yang melihat lelaki itu pun berjalan menghampirinya. Fia mengikuti langkah Rifqi dan meninggalkan Yudis bersama temannya.

Rifqi menepuk pundak Angelo dan membuat lelaki itu terbelalak kaget.

"Eh Anjir, kaget gue" ucapnya sambil mengelus dadanya.

Rifqi terkekeh,"lo ngapain sendirian disini? Mikirin siapa? Maudy?" Goda Rifqi sambil duduk di sebelah Angelo.

"Nggak" ucap Angelo cepat.

Maudy adalah mantan kekasih Angelo, mereka menjalin hubungan saat masih SMP. Mereka berhenti menjalin hubungan karena mereka berdua tidak bisa memahami pasangan masing-masing. Namanya juga masih anak SMP, masih terlalu kecil untuk belajar cinta. Namun, Angelo sangat menyanyangi Maudy, karena Maudy adalah gadis yang baik, unik, cantik, ceria dan gadis itu juga yang menjadi teman Angelo saat dia baru pindah ke Jakarta, gadis itu juga yang membuat jantung Angelo selalu berdebar lebih kencang dari biasanya. Namun, sekarang Maudy sudah pindah ke Amerika bersama keluarganya dan Angelo sudah tidak pernah mendengar kabar gadis itu lagi.

"Kali aja lo gagal move on" goda Rifqi dan membuat Angelo menatapnya sinis.

Fia yang merasa keadaannya belum disadari oleh dua lelaki itu pun berdeham. Keduanya berbalik ke sumber suara dan membuat Fia tersenyum.

"Bang, lo kok tinggalin gue sama orang asing sih" omel Fia dan membuat Rifqi memijat pelipisnya.

"Fia adek gue yang jelek, lo itu udah besar. Nggak perlu dijagain lagi" ujarnya dengan nada yang sengaja ia pelankan.

Fia mengerucutkan bibirnya kesal, "iya tau kok"

"Ya udah bagus"

Fia berjalan mendekat ke arah Rifqi bermaksud duduk di dekat lelaki itu, namun nyatanya Rifqi berdiri dan mengajak Angelo berpindah tempat karena adanya kehadiran Fia.

Fia berteriak memanggil Rifqi, namun yang dipanggil hanya berbalik dan memeletkan lidahnya.
Fia yang melihat kelakuan Rifqi pun menghentakkan kakinya dan meremas kedua tangannya sebal.

Fia akhirnya duduk sendirian di tempat itu. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi berwarna hijau bertuliskan 'LINE'. Ternyata sudah ada tiga ratus pesan masuk dan itu berasal dari grup kelas yang sibuk membicarakan tentang tugas dan ulangan Matematika untuk besok.

Fia menepuk jidatnya, ia baru ingat bahwa besok dia ada ulangan. Namun, kedua orang tuanya pasti tidak akan pulang sebelum acara ini selesai.

Fia mencari nama Zahra lalu mengetikkan teks untuk meminta Zahra memfotokan catatan miliknya. Namun, sudah sepuluh menit Zahra juga tidak kunjung membalasnya.

Lalu ponselnya bergetar menandakan ada chat yang masuk. Fia kira itu Zahra, ternyata itu adalah Fandy.

Fandy Sanjaya
Fi
Fi
Fiaa
Fia manis
Fia manis kayak gula

Jangan ngegombal, alay lo

Bukan gombal, itu emang fakta
Gue cuman mau lihat tugas fisika lo
Boleh?

Geli gue bacanya
Gue lagi nggak di rumah
Dan buku gue ada di rumah

Ya elah
Klu udah di rumah. Kirimin ye

Kalau nggak ngantuk, gue kirimin

Ya elah Fi, pelit banget
Nggak kasihan lo sama gue, yang nilainya kayak telor?

Coba minta sama Zahra apa Bintan aja. Mereka juga udah ngerjain kok

Wahh ide bagus itu
Ya udah, thanks ya ❤️

N.A.J.I.S

Fia yang melihat balasan terakhir dari Fandy pun bingung sekaligus geli, kenapa cowok itu mengucapkn terima kasih padanya? Padahal dia tidak melakukan apa-apa.

Ponsel Fia bergetar lagi dan ternyata itu dari Zahra yang mengirimkan gambar catatannya. Wajahnya sumringah karena dia bisa belajar dan pasti ia bisa mengerjakan soalnya besok.

Kini Fia sedang memperhatikan catatan yang dikirimkan oleh Zahra. Ternyata susah juga kalau tidak ada cakaran.

Yudis melangkah menghampiri Fia yang tengah duduk sendirian. Yudis sedari tadi memang sudah melihat ke arah Fia yang sibuk dengan ponselnya.

"Hai" sapa Yudis dan membuat Fia mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya.

"Hai" sapa Fia juga.

"Boleh duduk?"

"Bolehlah. Ini kan rumah lo yang berarti barang-barangnya juga punya lo"

Yudis terkekeh dan langsung duduk di sebelah Fia.

"Lo ngapain? Dari tadi gue lihat lo sibuk sama hp lo mulu. Nggak gabung sama yang lain"

"Oh, besok gue ulangan Matematika.Jadi gue belajar lewat hp" jawab Fia.

"Ya ampun Fi, lo sekarang ada di pesta. Semua orang seneng-seneng. Lo malah belajar. Lupain aja dulu ulangan lo. Lo nggak bakalan tinggal kelas kali kalau nggak dapet seratus besok"ujar Yudis

"Hehehe sayangnya gue bukan tipe orang kayak gitu"

Yudis menatap Fia dalam. Yudis hanya membatin, kok bisa ada cewek yang belajar saat ada di tengah-tengah pesta. Cewek Aneh.

Fia memang gadis yang sangat mencintai pelajaran matematika. Dia hebat dalam matematika, dia pernah mengikuti OSN matematika dan menang walaupun hanya juara tiga. Jadi jika ulangannya tidak dapat seratus itu sama saja dia mempermalukan dirinya.

"Emm, gue boleh minta kertas sama pinjam pulpen lo nggak?" Tanya Fia dengan wajah penuh harap.

"Boleh. Emang untuk apa?"

"Cakaran" balas Fia dengan enteng.

"Gimana kalau lo belajar di kamar gue aja. Biar lebih nyaman" tawar Yudis namun Fia menggelengkan kepalanya.

"Disini lebih nyaman kok, ada angin sepoi-sepoi terus bisa lihat bintang sama bulan."

"Ya udah, gue ambilin dulu kalau gitu"

•••••

Maaf kalau part ini membosankan. Jangan lupa dikomen dan makasih sudah dibaca

Angel(o)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ