14

3.1K 179 8
                                    

Bukannya dia tidak senang kamu menyukainya. Tapi, dia tidak ingin menyakitimu dengan sikapnya.

•••••

Angelo mengetuk pintu kelas Fia, membuat seisi kelas menoleh ke asal ketukan itu. Setiap pasang mata yang melihat keduanya saling berbisik bertanya-tanya hubungan apa yang terjadi antara Fia dan Angelo.

"Permisi bu, saya disuruh Bu Hesti nganterin Fia ke kelasnya dengan selamat" Jantung Fia berdebar saat mendengar Angelo menyebutkan namanya untuk pertama kali.

Fandy yang melihat Fia pun langsung mendatangi gadis itu dan melepaskan tangan Angelo dengan paksa. "Ngapain lo pegang-pegang calon pacar gue?" Fia terkejut mendengar ucapan Fandy.

"Apaan sih lo Fan, nggak lucu" balas Fia dengan wajah kesal.

Angelo hanya menaikkan sebelah alisnya, "Kalau bukan karna bu Hesti, gue juga ogah nganterin 'calon pacar' lo" ucap Angelo yang sengaja menekankan kata 'calon pacar' ke arah Fandy.

"Ya udah sana" Angelo menatap Fandy dengan tatapan geram.

Angelo pamit kepada Bu Erna lalu melangkah menuju kelasnya. Fia sudah mengucapkan terima kasih selama mereka berada di perjalanan menuju kelas Fia.

"Fan, lo nggak usah ngaku-ngaku gitu" gerutu Fia saat Fandy menuntun gadis itu menuju mejanya.

Fandy tersenyum jahil, "Nggak apa-apa lagi, biar dia nggak macem-macem sama lo" Fia melemparkan tatapan serius kepada Fandy.

"mending lo stop deketin gue, karna gue nggak suka sama lo. Gue cuman anggep lo sebagai teman kelas, nggak lebih" Fandy terpaku di tempatnya, seperti telah tertohok pisau yang sangat tajam, tidak menyangka Fia akan mengatakan itu.

Fandy yang merasa tidak nyaman dengan ucapan Fia pun segera kembali mendudukkan dirinya di bangku miliknya.

Zahra yang sedari tadi mendengar pembicaraan mereka pun mulai angkat bicara, "Fi, lo kenapa ngomong gitu ke Fandy?" Fia menautkan kedua alisnya.

"Biarin aja Ra, gue nggak mau kalau dia terlalu jauh suka sama gue. Karna gue nggak bisa balas perasaannya. Lo tau kan Ra?" Zahra mengangguk mengerti maksud dari ucapan Fia.

"Tapi Fi-"

"Gue lihat catatan lo yang tadi dong" Fia memotong ucapan Zahra dan membuat gadis kurus itu menghela nafasnya.

*****

Fandy duduk di bangku belakang gedung sekolahnya, suasananya bisa dibilang sepi, angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajah tirus milik Fandy, rerumputan bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Hatinya saat ini sangat rapuh, lelaki itu terus memikirkan ucapan Fia. Apa maksud dari perkataan Fia tadi itu untuk menolak dirinya secara halus?. Walaupun Fandy sering mendekati banyak cewek, namun baru ucapan Fia yang membuat hatinya sampai sakit.

Fandy terdiam dan terus menatap lurus ke arah rerumputan hijau. Fandy tersentak kaget saat seseorang menempelkan sebotol minuman dingin ke pipinya.

"Anjir, gue kira siapa" Umpat Fandy dan membuat Zahra terkekeh pelan.

Zahra menyodorkan sebotol minuman dingin ke arah lelaki itu, lalu Fandy mengambilnya.

"Thanks" Zahra mengangguk sambil menenguk minumannya.

"Maafin Fia karna udah ngomong kayak tadi, ya, Fan" Fandy menoleh ke arah gadis itu. "Dia ngomong gitu, biar lo nggak jatuh terlalu dalam ke pesonanya" lanjut Zahra dengan suara yang lembut.

"It's okay." Zahra meremas jemarinya gelisah.

"Lo beneran suka sama Fia?" Tanyanya dengan polos.

Fandy menautkan kedua alisnya, heran mendengar pertanyaan Zahra dan gaya bicara gadis itu yang lebih lembut daripada biasanya.

Fandy mengedikkan bahunya, "gue nggak tau"

"Kalau emang lo beneran suka sama dia, lo harus kejar dia, Fan. Cinta harus butuh perjuangan," Fandy mengernyit bingung, tidak seperti biasanya gadis kurus itu berkata seperti ini.

Fandy menempelkan telapak tangannya ke jidat Zahra, membuat gadis itu menautkan kedua alisnya. "Lo sakit, Ra?" Tanya Fandy serius, tetapi dengan cepat dibalas gelengan oleh Zahra.

"Tumben ngomongnya nggak nyolot?" Zahra melotot.

"Biasa aja kok gue" Fandy mengacak rambut Zahra dengan kasar, membuat gadis itu menepis tangan lelaki itu.

"Berantakan nih rambut gue," ucapnya sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah Fandy.

"Nyolotnya mulai keluar lagi dah" goda Fandy dan membuat Zahra memanyunkan bibirnya.

Bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi, membuat Zahra buru-buru berdiri dari tempatnya dan tidak menghiraukan adanya Fandy. Namun dengan cepat, Fandy menahan tangannya.

"Tunggu kali, kan tujuan kita sama" Ucap Fandy sambil merangkul pundak Zahra. Seketika, pipi gadis itu memerah seperti kepiting rebus.

"Makasih udah kasih motivasi buat gue," ujar Fandy tepat di telinga Zahra, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

"Motivasi apaan coba? Gue ngomong sesuai apa yang gue tau aja," Fandy mencubit hidung Zahra dengan gemas, membuat gadis itu meringis. Saat Zahra hendak memukul Fandy, lelaki itu sudah berlari meninggalkannya lalu berbalik dan menjulurkan lidahnya.

"Awas lo kalau ketangkep sama gue!" Seru Zahra dengan suara yang menggelegar seantero koridor bawah. Membuat beberapa pasang mata melihat Zahra dengan tatapan tidak suka, gadis itu tersenyum malu lantas berjalan cepat menyusul langkah Fandy.

*****
Fia berdiri di balik tembok depan ruangan yang bertuliskan X MIPA 4. Saat ini, gadis itu sedang menunggu cowok berhidung mancung yang memberikannya pinjaman jaket waktu beberapa hari yang lalu.

Bel sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, namun kelas cowok itu masih belum juga pulang.

Saat Fia berbalik melihat ruangan tersebut, Bu Sri keluar kelas sambil membawa tumpukan buku di tangannya lalu disusul oleh teman Angelo satu demi satu. Senyum Fia mengembang saat ia melihat Angelo berjalan keluar kelasnya bersama Reyvan.

Angelo yang tidak menyadari kehadiran Fia pun hanya terus berjalan. Fia memukul pundak cowok itu dan membuatnya menoleh ke belakang.

"Angelo, gue mau balikin jaket lo. Sorry kelamaan. Gue sering lupa bawa jaket lo" Fia menyodorkan jaket berwarna abu-abu milik Angelo dengan senyum yang merekah.

Angelo tak mengeluarkan sepatah kata pun, bahkan lelaki itu tidak mengeluarkan ekspresinya. Angelo memasukkan jaketnya ke dalam tas miliknya lalu berjalan meninggalkan Fia.

Reyvan yang melihat tingkah Angelo pun hanya mengernyit bingung. "Eh Fia, gue duluan ya. Sebagai perwakilan Angelo, makasih ya" Reyvan menepuk pelan pundak Fia.

Fia tercengang melihat tingkah Angelo yang dingin kepada dirinya. Baru beberapa jam yang lalu cowok itu menolong Fia. Sekarang dia malah seperti orang bisu.

Air di pelupuk matanya hampir jatuh. Namun, gadis itu menahannya. "Jangan cengeng Fia. Mungkin dia sariawan, jadi nggak ngomong apa-apa" simpul Fia menyemangati dirinya sendiri.

•••••

Gimana part in? Makasih udah baca sampai sejauh ini :) maaf kalau masih banyak kekurangannya.

Jangan lupa vote dan komen ya❤️

Angel(o)Where stories live. Discover now