BAB 13

85.4K 6.6K 93
                                    

Mia bersenandung kecil saat menghidangkan sarapan di atas meja. Hari ini adalah hari Minggu, dan ia merasa senang karena terbebas dari berbagai perintah maupun omelan Shirley. Ketika perempuan itu menuangkan kopi ke dalam cangkir, William tiba-tiba muncul. Lelaki itu menarik salah satu kursi dan duduk di atasnya. Lalu tanpa mengatakan apa pun, ia meneguk kopi yang dituangkan Mia.

"Ini terlalu manis," protes William. "Lain kali, gulanya cukup satu sendok saja. Aku tidak suka makanan maupun minuman yang manis."

Mia mendengkus. Alih-alih menumpahkan kekesalannya, perempuan itu hanya menyahut singkat. "Baiklah." Lalu, Mia mengambil posisi di hadapan William. Ia mengambil sandwich di di atas meja, dan lelaki itu turut melakukan hal serupa.

Sejauh ini, sandwich adalah satu-satunya menu sarapan buatan Mia yang tidak pernah diprotes oleh William. Untuk makanan tersebut, Mia memang ahli membuatnya karena begitu sederhana. Selain itu, ia sangat menggemari sandwich.

"Besok, bosmu yang sesungguhnya akan kembali." William membuka pembicaraan, membunuh hening yang sempat mengikat.

"Aku tahu. Manajer keuangan, bukan? Ellena sudah memberitahuku."

William mengangguk. "Jangan membuat masalah. Berupayalah mengerjakan tugasmu dengan benar."

Mendengar ucapan William, roti di mulut Mia mendadak hambar rasanya. Mia mengerti, lelaki itu bermaksud baik. Namun, ia merasa kesal karena William selalu mengulang perkataan yang sama. Seolah Mia tidak mampu mendengar, atau bahkan mengingat—ehm yah, untuk yang satu ini, ia memang sedikit payah—dengan baik. Mia tidak suka cara William mengatakan hal tersebut. Ada nada remeh dalam suara lelaki itu.

"Aku sudah dewasa dan tahu apa yang harus kulakukan. Kau tak perlu memperingatkan berulang kali, seolah pendengaranku tidak berfungsi dengan normal," gerutu Mia.

William mengedikkan bahu. "Aku hanya bermaksud baik. Kalau kau tidak terima, tak apa. Terserah kau saja," katanya, seraya bangkit dari kursi. "Kuharap kau tidak lupa, hari ini kita akan berkunjung ke rumah Ibu. Bersiaplah, aku memberimu waktu tiga puluh menit."

***

Malam tadi, Claire Clifford menghubungi William demi mengungkap kerinduan. Terlebih kepada Mia—sang menantu yang telah dianggapnya selayak putri kandung. Claire meminta kedua orang itu berkunjung, dan ia berjanji akan menyiapkan makanan untuk mereka.

Ucapan Claire tidak main-main, ia menyambut kedatangan anak dan menantunya dengan penuh sukacita. Berbagai macam makanan terhidang di atas meja, membuat William tersenyum senang.

"Sungguh, aku merindukan masakan Ibu. Sudah lama aku tidak mendapat asupan bergizi semacam ini," kata William, sambil menarik salah satu kursi di meja makan. Ia melirik Mia melalui ekor mata, perempuan itu balas mendelik padanya. Tentu, Mia mengerti arti ucapan William.

Claire tersenyum. Dipegangnya kedua pundak Mia, dituntunnya perempuan itu pada kursi di sebelah William. "Duduklah, Nak. Aku akan mengambilkan salmon panggang untukmu. Kau menyukainya, bukan?"

Mia menahan lengan Claire. "Tidak perlu, Ibu. Aku bisa mengambilnya sendiri," tolaknya sungkan.

Claire membelai pundak menantunya dengan lembut. "Tidak apa-apa, kau duduk saja. Aku sangat senang kalian berkunjung. Jadi, untuk hari ini, biar aku yang menyiapkan segala sesuatunya."

***

Usai menyantap hidangan makan siang, Claire mengajak Mia berbincang. Keduanya merapikan tanaman hias pada taman kecil di belakang rumah. Tidak jauh dari mereka, William dan Jamie—sang ayah—asyik bermain tenis meja.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang