BAB 34

73.6K 6.5K 388
                                    

Mia tengah berbaring sambil membaca novel roman di ranjang, ketika William berjalan memasuki kamar.

"Sedang apa kau?" Lelaki itu bertanya seraya mengelap rambut dengan handuk, pertanda baru selesai mandi. Tubuhnya menguarkan aroma sabun mandi nan segar, membuat fokus Mia buyar untuk sejenak.

"Seperti yang kau lihat," sahut Mia acuh tak acuh. "Membaca."

"Maksudku, sedang membaca apa?" William memiringkan kepala, demi memeriksa judul buku yang dibaca Mia. Membuat wanita itu melemparkan tatapan bingung padanya.

"Sejak kapan kau begitu peduli?"

William mendesah pelan. Ia nyaris menjawab ucapan Mia, tetapi urung sebab ponselnya berdering. Benda itu terletak di atas ranjang, tepat di sisi Mia. Melalui ekor mata, Mia memandang layarnya dengan rasa ingin tahu.

William mengambil gawainya, lantas berjalan keluar. Sedang Mia hanya mampu memandangi punggung sang suami dengan benak dipenuhi berbagai pertanyaan.

Vanessa. Untuk apa perempuan itu menghubungi William di luar jam kantor? Dan ... mengapa demi menjawabnya saja, William harus keluar dari kamar?

***

Peristiwa malam tadi masih menghantui pikiran Mia. Tatkala ia mendapati Vanessa menghubungi William, pun ketika lelaki itu berjalan keluar dari kamar hanya untuk menjawab panggilan. Apakah di luar jam kerja, mereka memang sering berkomunikasi? Memikirkan hal itu, Mia merasa tidak nyaman.

"Mia!" Ellena menepuk bahu Mia, membuat wanita itu berjengit kaget. "Hari masih pagi, tetapi kau sudah melamun. Adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

Seraya mengusap wajah, Mia menggeleng. "Tidak, Elle."

"Lalu, mengapa kau terlihat tidak fokus? Kau bahkan mengabaikan panggilanku sejak tadi."

"Kau memanggilku? Memangnya ada apa?"

Desahan panjang meluncur dari bibir Ellena. Meski ingin bertanya lebih jauh, ia mengurungkan niat itu. Tangannya bergerak menyerahkan setumpuk berkas kepada Mia.

"Mr. George memintaku mengantarkannya ke ruangan Mr. Clifford. Tapi, aku ... sedikit takut." Ellena tersenyum dengan rasa bersalah. "Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Nyonya Direktur, apakah kau keberatan jika aku meminta bantuanmu untuk mengantarkannya? Kau tahu bukan, sejak dulu aku sangat menyegani beliau. Aku bahkan tidak berani menatapnya."

Mia mendengkus pelan. "Ya, ya, baiklah," sahutnya, sembari meraih berkas yang diangsurkan Ellena. Seketika, temannya itu tersenyum senang.

"Terima kasih, Nyonya Direktur yang baik hati." Ellena berucap dengan nada haru "Sungguh, aku tak pernah membayangkan dapat memiliki sahabat sepertimu."

"Kau mau aku mengantarkan berkas ini atau tidak?" tanya Mia jengkel, kesal dengan panggilan yang disematkan Ellena. Sembari tertawa lucu, Ellena mendorong tubuh perempuan itu agar lekas pergi.

***

"Bagaimana berkas perjanjian kerja sama kemarin? Sudah kau urus?" William bertanya pada Vanessa yang berdiri tepat di samping mejanya. Wanita itu mengangguk.

"Jangan lupa, malam ini kau harus menghadiri dinner dengan mereka," ucap Vanessa sembari meneliti iPad di tangannya—yang menerakan agenda kerja William. "Tepat jam tujuh malam nanti, di Venezie Restorant."

William mengangguk mengerti. "Kalau begitu, kau harus bersiap-siap."

Sembari mengibas rambut dengan gerakan anggun, Vanessa menyunggingkan senyum. "Tentu. Kupastikan, aku bahkan sudah siap sebelum jam tujuh, jadi kau tidak perlu menunggu," sahutnya lembut.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang