BAB 40

69.1K 7.1K 1.2K
                                    

William tiba di rumah tepat pukul sembilan malam. Begitu rapat usai, lelaki itu memutuskan untuk segera kembali ke rumah. Bahkan menolak klien yang mengajaknya bersantai di sebuah bar. Vanessa sempat meminta William untuk mengantarkannya pulang, tetapi William memilih memesankannya taksi online. Benak lelaki itu dipenuhi keinginan untuk segera kembali ke rumah. Sebab Mia, istrinya, tengah menunggu untuknya. Sepanjang jalan, William tidak mampu menahan senyum mengingat ucapan wanita itu, ketika mereka berada di lift.

Seluruh lampu tampak masih menyala. Saat William berjalan menuju ruang keluarga, Mia tidak ada di sana. Usai meletakkan tas dan jas di atas sofa, William melangkah menuju dapur. Senyumnya kembali mengembang saat menemukan sang istri tengah sibuk memasak, dengan posisi menghadap kompor, membelakangi dirinya.

"Harum sekali," ucap William, seraya berjalan mendekati Mia. "Kau memasak apa?"

Mendengar suara lelaki itu, Mia sontak menolehkan wajah. "Kau sudah kembali? Aku sedang membuat sup ayam. Mandilah, setelah itu kita makan."

William mengamati Mia yang tengah mencicipi masakannya sendiri. Kemudian, wanita itu mengangsurkan sebuah sendok, meminta William mencicipinya juga.

"Kira-kira, apa yang kurang dari rasanya?" tanya Mia.

William menerima sendok pemberian Mia, lalu turut mencicipi hasil olahan tangan sang istri. Ia terdiam sebentar, kemudian berjalan menuju rak, mengambil sebuah cangkir. William mengisi cangkir tersebut dengan air dari dispenser, lantas memasukkannya ke dalam panci.

"Sedikit asin," kata William.

Mia menanggapinya dengan tertawa. "Aku benar-benar payah."

"Hanya sedikit, tidak banyak. Dan rasanya cukup enak," ucap William seraya tersenyum. Ia membelai punggung Mia dengan lembut. "Kau sudah mengalami banyak kemajuan."

"Kau sedang berupaya merayuku?" tanya Mia, tangannya bergerak memadamkan kompor. Kemudian, diambilnya sebuah mangkuk dari rak piring.

"Aku memiliki keahlian dalam mengelola bisnis, tapi sayangnya tidak berbakat dalam merayu wanita. Aku lebih payah, bukan?" William bersandar pada kitchen sink, kedua matanya mengekori gerakan Mia yang tengah memindahkan sup ke dalam mangkuk. Entah sejak kapan, memandang Mia yang tengah sibuk dengan peralatan masak juga menjadi kegiatan favoritnya.

Mia yang mengenakan sepotong hotpants hitam dan kaus oversized putih, dengan kuciran rambut sedikit berantakan, sungguh terlihat cantik di mata William. Lelaki itu benar-benar tidak mampu mengalihkan pandangan dari tubuh mungil istrinya.

"William, mengapa kau justru melamun?" tegur Mia. Membuat William terkesiap seketika. "Cepatlah mandi, agar kita bisa segera makan. Aku sudah lapar."

"Baiklah, baiklah. Aku mandi dulu." William menjawab seraya tersenyum, lantas bergerak keluar dari dapur.

***

Usai makan malam, William dan Mia bersantai di ruang keluarga, duduk bersisian di atas sofa. William menikmati sekaleng kopi kemasan, sedang Mia memilih segelas susu hangat—agar dapat tidur lebih nyenyak. Kali ini, tidak ada laptop yang menemani mereka. Kedua orang itu seakan ingin menikmati waktu mengobrol berdua, tanpa dibebani setumpuk pekerjaan seperti biasa.

"Siang tadi, Ethan menemuiku," kata William, sembari memainkan kaleng kopi di tangan. "Dia memintaku untuk mengizinkanmu menjadi asistennya, menggantikan Addison."

Mia menyesap gelas susunya sebentar. Kemudian ia berkata, "Dia juga sudah mengatakan itu padaku, pagi tadi."

"Lalu, kau menjawab apa?" tanya William, seraya menatap Mia ingin tahu.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang