BAB 51

62.4K 6.2K 1.5K
                                    

"Astaga, aku hampir salah mengira bahwa itu kau. Kau terlihat jauh lebih cantik.

Stephen Julliard menarik kursi di hadapan Mia dan menjatuhkan diri di atasnya. Ia menatap Mia cukup lama, kemudian tersenyum seraya mengulurkan tangan. "Apa kabar, Mia? Nyaris saja aku tidak dapat mengenalimu."

Mia membalas uluran tangan Stephen sembari tersenyum. "Kau berlebihan sekali," ucapnya. "Kabarku baik. Kau sendiri bagaimana?"

"Aku juga baik," sahut Stephen. "Ah, kudengar dari beberapa teman kita, kau sudah menikah?"

Mia mengangguk. "Benar. Kau sendiri?"

Stephen tertawa kecil, memamerkan deretan gigi putihnya. Sembari melepas jaket dan meletakkannya pada kursi kursi kosong di sisi, lelaki itu berkata, "Aku juga sudah menikah."

"Benarkah? Wah, aku turut berbahagia mendengarnya."

"Hm. Jadi, mengapa kau sendirian? Tidak bersama suamimu?"

Mia menggeleng. "Dia masih sibuk dengan pekerjaannya."

Stephen mengangguk-angguk mengerti. "Kalau begitu, tidak apa bukan jika aku duduk di sini? Tidak ada tempat yang kosong lagi," ucap lelaki itu, sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran.

"Tidak apa." Mia menyahut ringan. Sikap santai yang ditunjukkan Stephen sejak awal, turut menular padanya. Bagaimanapun, ia dan Stephen hanya masa lalu. Mia juga tidak lagi merasakan sakit atas apa yang dilakukan lelaki itu dahulu. Dan sekarang, mereka sudah bahagia dengan pernikahan dan hidup masing-masing. Tidak ada alasan untuk bersikap kaku, bukan?

"Kau sudah memesan makanan?" tanya Stephen. Lelaki itu tampak melambaikan tangan pada waitress yang berjalan melewati mereka.

"Sudah."

Stephen memeriksa daftar menu sejenak, lalu menyebutkan pesanan. Tidak lama kemudian, pelayan wanita tersebut bergerak meninggalkan mereka, berjalan menuju bagian dapur.

"Apakah selama ini kau stay di sini, Mia?"

"Hm." Mia menganggukkan kepala. "Kau sendiri?"

"Wah, aneh sekali. Kita tinggal di kota yang sama, tapi justru tidak pernah bertemu sebelumnya," ucap Stephen. "Sejak kelulusan, aku mengambil kuliah kedokteran di luar kota. Begitu wisuda, aku kembali ke sini. Sekarang, aku bekerja di Trinity Hospital."

"Wah, Trinity Hospital? Cukup jauh. Mengapa kau memilih makan di sini?"

Trinity Hospital, Mia mengetahuinya. Jika diperkirakan, rumah sakit tersebut memiliki waktu tempuh sekitar dua puluh lima menit dari tempat mereka berada sekarang.

"Tadinya, aku ingin menjemput istriku. Dia sedang reuni bersama teman-temannya di sekitar sini. Kupikir acaranya sudah selesai, ternyata belum. Jadi, aku memutuskan untuk makan, sembari menunggu. Aku terlalu malas bergabung dengan mereka. Kau tahu sendiri, bagaimana hebohnya para wanita jika sudah mengadakan acara reuni semacam itu."

Mendengar penuturan Stephen, Mia hanya tertawa. Tidak berapa lama, pelayan wanita datang, mengantarkan pesanan kedua orang tersebut. Usai meletakkan makanan dan minuman di atas meja, perempuan berseragam merah hitam itu segera pamit dari hadapan Stephen dan Mia.

"Omong-omong, kau sendiri bagaimana, Mia? Kau bekerja di mana sekarang?" Stephen kembali bertanya, sembari mulai melahap sirloin steak miliknya.

"Harvest Corps," sahut Mia. Ia meraih orange juice di atas meja dan menyeruputnya dengan gerakan pelan, sesuai kebiasaannya sebelum memulai makan.

"Wah, perusahaan yang bonafide. Kau hebat sekali."

Mia tersenyum dipaksakan, Stephen hanya belum mengetahui jabatan yang diembannya di kantor tersebut.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang