BAB 41

67.4K 6.8K 2K
                                    

"Senang sekali, pada akhirnya kita bisa benar-benar merealisasikan kerja sama ini." Jason Anthony berucap dengan wajah semringah, usai menyesap lemon tea miliknya. Di hadapan lelaki itu, William mengangguk setuju.

Siang ini, William memiliki janji makan siang dengan Jason demi membicarakan kelanjutan kerja sama mereka. Keluarga Anthony merupakan pemilik salah satu perusahaan periklanan terbesar di Midtown, dan Harvest Corps tengah menjalin kerja sama dengan mereka, demi mempromosikan sejumlah produk property terbarunya.

Untuk urusan kerja sama, William memang lebih senang bertemu langsung dengan para klien. Sebab baginya, penting untuk menciptakan emotional bonding di antara mereka. Tentu saja, agar setiap detailnya dapat berjalan dengan baik, sehingga hasil yang dicapai akan maksimal.

"Dari sekian banyak perusahaan periklanan bonafide di negara ini, sungguh suatu kehormatan kau menjatuhkan pilihan pada kami," kata Jason lagi.

"Aku sudah melihat hasil pekerjaan kalian, dan tidak ada alasan bagiku untuk menolak iklan sekomersil itu. Kalian benar-benar kreatif."

Jason tersenyum, merasa tersanjung dengan pujian William. "Ah, ya, omong-omong bagaimana kabar Mrs. Clifford? Maaf, aku tidak bermaksud mencampur bisnis kita dengan urusan pribadi, hanya saja kemarin aku benar-benar terkejut. Sungguh suatu kebetulan, kau menikah dengan teman sekolahku."

"Tidak apa," sahut William. "Dia baik. Apakah dulunya kalian cukup dekat?"

"Tidak begitu. Kelas kami memang bersebelahan, tapi, yah ... kami hanya pernah saling menyapa beberapa kali."

William mengangguk-angguk mengerti, tanpa sadar ia mengembuskan napas lega. Lelaki itu meraih orange juice dari atas meja dan menyeruputnya pelan. "Kupikir kalian cukup dekat, hingga kau dapat menceritakan sesuatu tentangnya padaku," dalihnya.

"Hm?" Jason menatap William bingung.

"Aku selalu merasa penasaran dengan istriku, karena dia sedikit tertutup tentang masa lalunya," kata William, seraya tersenyum dipaksakan.

Jason mengangguk-angguk mengerti. "Mengenai masa-masa sekolah kami, tidak banyak yang kutahu tentangnya. Aku hanya tahu, dia sempat berpacaran cukup lama dengan teman sekelasku."

William yang tengah menyesap minuman sontak menghentikan gerakannya. "Benarkah?"

Jason mengangguk. "Mereka berpacaran sejak tahun pertama, lalu memutuskan hubungan saat kelulusan sekolah. Aku tidak tahu mengapa, tapi yang pasti, kisah cinta mereka sudah cukup terkenal di kalangan para siswa. Karena Stephen termasuk golongan siswa tampan pada saat itu."

"Stephen?"

"Ya, Stephen Julliard."

William tidak lagi berkata-kata. Sembari menyeruput orange juice, ia mengeja nama itu dalam ingatannya.

***

Kau tidak melewatkan makan siangmu, bukan?

Ingat, bagi karyawan yang sakit, perusahaan hanya menyediakan santunan.

Bukan nyawa cadangan.

Mia tersenyum membaca pesan tersebut. Tanpa harus melihat nama pengirim, dari bahasanya saja, ia sudah tahu rangkaian kata itu diketik oleh siapa. Hanya butuh tiga detik, jari-jarinya sudah bergerak cepat memberikan balasan.

Seharusnya, kau mengucapkan itu pada dirimu sendiri.

Aku tidak melihatmu di kafetaria.

Selang dua menit, pesan balasan kembali masuk.

Aku sedang makan siang dengan klien.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang