BAB 42

68.4K 6.8K 1.1K
                                    

William tengah memandangi foto-foto selfie Mia yang tersimpan di galeri ponselnya—gambar yang diambil oleh perempuan itu malam tadi. Menatap berbagai ekspresi yang ditampilkan oleh sang istri, tanpa sadar membuat bibirnya melengkung begitu saja. Mia yang tengah tersenyum. Lalu tertawa, memamerkan deretan gigi putihnya. Damn, wanita itu benar-benar cantik di mata William.

Tiba-tiba saja, tanpa sempat dihindari oleh William, sebuah tangan menarik gawainya dari belakang. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, lantas menatap marah pada sosok yang mengganggunya.

"Berikan padaku, Carl!" sentak William.

Carlos menjulurkan lidah sebentar, lalu mengalihkan pandangan pada layar ponsel di tangan. "Kau bahkan tidak mendengar aku membuka pintu dan memasuki ruanganmu hanya karena sedang memandangi foto ini?" tanyanya takjub. Seketika, lelaki itu menggeleng-gelengkan kepala. "Wah, perjaka tulen memang beda."

William berdecak. Carlos memang sosok sahabat yang baik, tetapi pada saat-saat tertentu, lelaki itu bisa menjadi sangat menyebalkan.

"Tutup mulutmu dan kembalikan ponselku." William berkata ketus.

Masih menggeleng-gelengkan kepala akibat terlalu takjub dengan polah sahabatnya, Carlos melakukan gerakan melempar kecil, mengembalikan benda tersebut. Dengan cepat, William menangkapnya.

"Jadi, bagaimana? Menjalin hubungan asmara itu indah, bukan? Ck. Kau benar-benar terlambat, Teman," desis Carlos prihatin, seraya mengambil posisi pada sofa.

Di seberang lelaki itu, William tidak menyahut. Wajahnya terlihat masam saat ia menyelipkan ponsel ke dalam saku jas.

"Ibarat jenjang pendidikan, ketika orang-orang bahkan sudah kuliah, kau masih duduk di bangku ... sekolah dasar. Ya Tuhan, benar-benar mengenaskan." Carlos masih enggan menutup mulut sialannya. "Yah, kuakui, tujuanmu menjadi orang sukses benar-benar tercapai. Tapi ..., tolonglah, Will. Jangan membuatku malu. Bukankah seharusnya di jam ini kau memeriksa berkas-berkas penting? Atau mengadakan meeting? Tapi, apa yang kau lakukan? Memandangi foto istrimu seperti remaja yang sedang berbunga-bunga?" Carlos berkata dramatis, mengabaikan tatapan tajam William yang dilayangkan padanya.

William menarik napas sepanjang mungkin, berusaha menahan kesabaran. Ya, jika tidak mengingat Carlos adalah sahabat terbaiknya hingga detik ini, mungkin William sudah mendepaknya ke lantai dasar.

"Yah, meski harus kuakui, Mia memang cantik," ucap Carlos lagi, seraya mengangguk-anggukkan kepala. Membuat William seketika mendelik padanya.

"Tutup mulutmu," kata William dengan nada sengit.

"Aku benar, bukan? Bahkan, aku pun bersedia jika dijodohkan dengan Mia."

William berdecak, kekesalannya sudah memuncak. Ia bangkit dari sofa, berjalan mendekati Carlos lalu menarik lengan lelaki itu. "Keluar," katanya. "Keluar sekarang juga, atau aku akan mematahkan hidungmu."

Namun, bukan Carlos namanya jika gentar dengan ancaman William. Lelaki itu justru terbahak, menertawai polah sang sahabat.

***

"Aku masih tidak dapat melupakan ekspresi Ms. Higgins semalam." Ellena berucap penuh semangat. Saat ini, ia dan Mia tengah duduk bersisian, menikmati makan siang di kafetaria. "Kau menonjok wajahnya hanya dengan kata-kata. Keren sekali!"

Sembari mengunyah makanan, Mia tersenyum kecil. Ellena tidak henti membahas kejadian semalam—saat Mia berbicara dengan Vanessa Higgins—sejak mereka memasuki kafetaria. Ellena baru memiliki keberanian membahas hal itu sekarang, sebab sepanjang hari yang tersisa kemarin, suasana hati Mia tampak memburuk.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang