BAB 45

66.4K 6.2K 1.1K
                                    

Istrimu cantik.

William mendelik membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Carlos. Sekejap kemudian, jarinya bergerak mengetikkan balasan.

Kau sudah bosan hidup?

William mengalihkan pandangan pada Mia. Wanita itu terlihat kembali menelentangkan tubuh, lalu memejamkan mata. Barangkali, sudah lelah tertawa. William ingin berbicara, tetapi kemudian fokusnya kembali dialihkan oleh balasan pesan dari Carlos.

Belum. Nanti jika bosan, aku akan menghubungimu.

Sudut bibir William perlahan terangkat. Temannya itu memang sedikit tidak waras. Maka dengan cepat ia membalas pesan tersebut.

Dasar gila.

***

Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi ketika Mia berjalan menuju dapur, menghampiri William. Lelaki itu terlihat tengah menyiapkan menu sarapan berupa roti panggang.

"Good morning," sapa Mia. Ia meraih dua buah gelas dari rak piring, hendak membuatkan kopi untuk William, serta susu untuk dirinya.

"Morning." William balas menyapa. Sembari meletakkan roti yang telah matang ke dalam piring ia bertanya, "Kau tidur nyenyak tadi malam?"

Mia mengangguk. "Tentu, memangnya kenapa?"

William menghidangkan roti di atas meja makan, kemudian meraih salah satu gelas dari tangan Mia, memutuskan untuk menyiapkan sendiri kopinya. "Aku mendengar kau mengigau."

"Benarkah?"

William mengangguk. Kemudian, tatapannya mengarah pada Mia. "Kau baik-baik saja?"

Mia terdiam untuk sejenak. Otaknya berpikir keras, apakah jangan-jangan malam tadi ia mengucapkan sesuatu yang aneh? Yang berhubungan dengan apa yang dialaminya semalam?

"Kau pernah terbangun dan menangis saat memimpikan Marylin. Kupikir, kau kembali mengalami hal yang sama." William berkata lagi. Mendengarnya, Mia mengembuskan napas lega. Berarti, ia tidak mengigaukan apa pun yang mampu membuat William curiga.

"Hm, aku tidak ingat," ucap Mia. "Mungkin sekadar bermimpi buruk."

William mengangguk-anggukkan kepala. Pandangannya tertuju pada tangan Mia yang terlihat memegang sebotol air mineral.

"Bukankah kau biasanya minum susu?"

Mendengar pertanyaan William, Mia segera memandang botol dalam genggaman. "Astaga," rutuknya, lalu cepat-cepat mengembalikan benda tersebut ke dalam kulkas.

William tertawa kecil. "Apa sekarang, kau tidak bisa membedakan botol air mineral dengan susu?"

Mia mendengkus saja, memilih tidak menanggapi ucapan lelaki itu. Usai menuangkan susu ke dalam gelas, ia menjatuhkan diri pada salah satu kursi di meja makan. Mia meraih sepotong roti panggang olahan William dan melahapnya dengan cepat.

"Hati-hati, kau bisa tersedak." William memperingatkan. Namun, terlambat, Mia sudah terlanjur tercekat oleh gumpalan roti di mulut. Terbatuk-batuk, perempuan itu menggapai susu di atas meja. Ia menandaskan nyaris setengah dari isi gelas tersebut.

William segera menghampiri, menepuk-nepuk punggung Mia dengan pelan. "Bagaimana? Sudah tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.

Mia menarik napas sedalam mungkin, lalu mengangguk.

"Makanlah dengan pelan. Tidak ada yang berniat merebut makananmu," omel William. Dan Mia memilih diam, enggan menyahuti ucapan lelaki itu.

***

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang