BAB 57 [ END ]

128K 6.6K 2.1K
                                    

Delapan tahun kemudian ....

Mia tengah berkutat di dapur, menyiapkan French toast untuk menu sarapan. Sembari menunggu roti dalam frying pan berwarna kecokelatan, tangannya bergerak lincah memotong stroberi.

"Good Morning, Honey." Sebuah suara menyapa, seiring derap langkah terdengar memasuki dapur. Tanpa perlu menoleh, Mia jelas tahu bahwa itu William. Lelaki itu tiba-tiba saja sudah melingkarkan tangan pada pinggang Mia, memeluk tubuhnya dari belakang.

"William, menyingkirlah. Aku sedang memasak." Mia berusaha melepas lengan William, tetapi suaminya justru mendekap lebih erat. Bahkan meninggalkan kecupan-kecupan kecil di pundak Mia, hingga perempuan itu merasa kegelian.

"William!" pekik Mia.

"Aku merindukanmu. Kau sudah tidur saat aku pulang tadi malam." William berbisik lembut, masih tidak menghentikan kegiatannya. Ia bahkan nyaris memutar wajah Mia demi mengecup bibir sang istri, sampai ....

"DADDY!!!" Teriakan keras terdengar, dari arah ruang keluarga. Dengan cepat, William melepas pelukannya pada Mia, membuat wanita itu sontak tertawa.

"DADDY!!!" Seruan itu kembali menggema. Dengan lunglai, William menjatuhkan kepala pada pundak istrinya. "Mereka pasti bertengkar lagi."

Mia tergelak. Sembari mendorong pundak William, ia berkata, "Pergilah, tengahi mereka. Kau tahu sendiri jika mereka sudah bertengkar, akhirnya akan seperti apa."

William menghela napas berat. Lalu mengukir senyum. "Oke. Kau memasak saja. Serahkan urusan mereka padaku."

Usai mengucap kalimat tersebut, William berderap menuju ruang keluarga. Kedua matanya menangkap sepasang anak kembar berusia enam tahun, tengah memperebutkan mainan mobil-mobilan.

"Hei, hei, ada apa ini? Hari masih pagi, mengapa kalian berisik sekali? Apa kalian tidak tahu, suara kalian dapat membangunkan cicak-cicak di dinding rumah tetangga?"

Kemunculan sang ayah membuat kedua anak itu saling melepas benda rebutannya.

"Daddy, Cathrine mengambil mainanku!" Calvin berseru, sembari menunjuk miniatur mobil di tangan sang saudara kembar.

William memandang anak perempuannya, berpura-pura memberikan tatapan marah. Ia berkata, "Cathrine, mengapa kau mengambil mainan Calvin, Sayang? Bukankah kau memilik mainan sendiri?"

Dengan wajah cemberut Cathrine menyahut, "Aku tidak suka Barbie, Daddy! Aku suka mainan ini!" sahutnya, keras kepala.

William mengurut pelipis. Selalu begini. Setiap hari, ada saja ada hal yang diperebutkan oleh kedua anak itu. William berjongkok di depan Cathrine. Membelai rambut emas anaknya dengan lembut.

"Cathrine, dengarkan Daddy. Mobil-mobilan adalah mainan untuk anak lelaki, Sayang. Sebagai anak perempuan yang cantik dan baik hati, kau seharusnya memainkan boneka maupun peralatan masak-masakan. Bukankah Mommy dan Daddy sudah membelikanmu banyak mainan?"

"Aku tidak suka boneka maupun peralatan memasak!" Wajah cantik Cathrine menekuk. Terlihat jelas, ia menyimpan kesal.

"Hm ... baiklah. Kalau begitu, apakah kau suka es krim?"

"Daddy, aku juga mau! Es krim cokelat!" Calvin menyahut cepat.

William merangkul kedua anaknya seraya berkata, "Oke, kita akan membeli es krim. Tapi, sekarang kita harus sarapan dahulu. Kalian tidak ingin mendengar omelan Mommy, bukan?"

Kedua anak itu menggeleng cepat. Bersamaan mereka menjawab, "NO!"

Segaris senyum terukir di bibir William, menyaksikan polah lucu bocah-bocah kesayangannya. Lalu, digendongnya tubuh mungil Cathrine dan Calvin menuju dapur. Mia sudah menunggu di sana, ia terlihat meletakkan dua gelas susu di atas meja.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang