BAB 14

91.2K 7.3K 628
                                    

Mia menjatuhkan pandangan pada flat shoes yang membungkus kakinya. Karena ia memaksa ingin tetap bekerja, William mengharuskannya memakai sepatu tanpa tumit. Mia tidak berani membantah, sebab lelaki itu berkata benar. Tentu, Mia tidak akan sanggup mengenakan high heels, saat untuk berjalan saja, kakinya masih terpincang-pincang.

"Astaga, Mia! Apa yang terjadi denganmu?" Ellena berseru histeris, menyambut kedatangan Mia di bilik kerja. Ia berdiri dari kursi dan segera menghampiri Mia. Menuntun perempuan itu berjalan ke kubikelnya.

"Aku hanya mengalami kecelakaan kecil, Elle."

"Kau terjatuh? Pergelangan kakimu terlihat membengkak."

"Tidak apa, aku sudah memberinya obat. Mungkin dalam dua atau tiga hari, bengkaknya akan mengempis."

"Astaga, rasanya pasti sakit. Mengapa kau tidak izin saja?"

Mia menggeleng pelan. "Aku tidak betah di rumah," kilahnya. "Ah, ya, bukankah hari ini akan terjadi keajaiban?"

Ellena tampak berpikir, lalu terkikik geli. "Jangan katakan kau memaksa hadir hari ini, hanya untuk menyaksikan itu."

Mia menjentikkan jari. "Bingo! Itu salah satunya. Aku sungguh ingin melihat, bagaimana Ms. Addison berubah menjadi lembut."

"Yang pasti, bulu kudukmu akan berdiri. Selain aneh, aku merasa dia jauh lebih menyeramkan jika berubah seperti itu. Ah, ya, sebenarnya aku lebih tidak sabar bertemu dengan orang yang membuat Ms. Addison berubah."

"Ah, manajer keuangan itu?" Mia ingat, Ellena sempat menceritakan sedikit fakta tentang lelaki yang membuat Shirley Addison bertekuk lutut. Seorang pria tampan yang menjabat sebagai manajer keuangan.

Ellena mengangguk cepat. "Akhirnya, hari ini dia kembali. Aku sudah sangat rindu melihat wajahnya," kata gadis itu seraya menerawang, menatap langit-langit ruangan.

Menatap gelagat Ellena, Mia menggeleng-gelengkan kepala. Bibirnya menyunggingkan senyum geli.

"Mia, kau boleh menyukai Mr. Clifford. Tapi, tidak untuk yang satu ini. Oke?" Ellena berbisik tiba-tiba, membuat Mia nyaris tertawa.

"Yang benar saja. Memangnya, aku pernah mengatakan padamu bahwa aku menyukai Mr. Clifford?" tanya Mia kemudian.

"Aku hanya sekadar memperingatkan. Kau boleh menyukai Mr. Clifford jika kau mau, tapi tidak untuk pangeran tampanku. Hanya satu orang yang kuperbolehkan menyukainya."

"Siapa?"

"Ms. Addison, tentu saja. Dia atasan yang sulit kukalahkan."

"Astaga. Kau pikir, kau ini masih remaja, huh?" gerutu Mia. Ellena hanya membalas dengan cengiran kecil.

***

"Usahakan segalanya berjalan dengan baik, dan jangan lupa kabari aku mengenai perkembangannya. Hm. Sampai jumpa." Usai mengatakan hal tersebut, William menuntup ponsel dan meletakkan benda itu di atas meja. Ia meraih berkas terbungkus map yang ada di hadapannya. Tepat saat itu, pintu ruangannya terdengar diketuk.

"Masuk," perintah William.

Lalu, pintu terbuka, disusul kemunculan seorang pria bertubuh tinggi tegap. Pria itu berwajah tampan. Hidungnya mancung, bibirnya sedikit tipis, dengan cambang-cambang halus di sekitar pipi. Senyum lebar ia sunggingkan, seiring gerakannya mengambil posisi tepat di hadapan William.

"Akhirnya kau kembali," kata William.

"Jangan berlebihan, Bos. Aku hanya pergi satu minggu. Ah, tepatnya lima hari, sebab kau memotong dua hari dari cuti yang kuajukan." Lelaki itu menyahut santai.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang