BAB 37

75K 6.5K 752
                                    

William kalang kabut begitu kembali ke villa, sebab ia tidak menemukan Mia di mana pun. Tim mengaku sempat melihat Mia di kawasan taman bagian belakang, tetapi saat William mencoba mencari, perempuan itu tidak di sana. William juga sudah memeriksa seluruh ruangan yang ada, tetapi Mia tetap tidak terlihat. Kepanikan William kian berlipat ganda, saat mengetahui Mia tidak membawa ponsel. Mia meninggalkannya di atas ranjang.

"Saya sudah mencari di sekitar kawasan ini, tapi Nyonya tetap tidak ada, Tuan," lapor Tim dengan wajah panik. Lelaki itu turut merasa bersalah, sebab William menitipkan Mia padanya. Namun, karena harus membereskan beberapa pekerjaan, Tim tidak dapat mengawasi Mia dengan penuh.

Laporan Tim membuat kekhawatiran William kian menjadi. Lelaki itu membuang napas dengan kasar, benar-benar frustrasi.

***

"Tolooonggg!!! Tolooonggg!!!" Mia berteriak sekuat tenaga, air mata sudah mengalir di pipinya. Perempuan itu sangat ketakutan.

Berungkali Mia menyumpahi dirinya yang sudah bertindak bodoh, memasuki gua kecil tersebut dengan sembarangan. Awalnya, Mia hanya penasaran dengan pemandangan dan situasi di dalam gua. Tetapi, ternyata, ia bahkan tidak mampu melihat apa pun.

Bagian dalam gua benar-benar gelap. Padahal, saat pertama kali memasukinya, tempat itu masih sedikit terang karena bias cahaya dari luar. Karena hari sudah menjelang malam, bias cahaya itu menghilang, jadi Mia tidak dapat menemukan jalan keluar.

"Tolooonggg!!! Tolooonggg!!!" Mia berteriak sekali lagi, berharap ada orang yang mendengar. Meski dalam hati ia merasa ragu, sebab selama menyusuri pantai tadi, ia tidak menemukan seorang pun di kawasan tersebut.

Saat tengah berupaya meraba-raba, sesuatu terasa mengganjal kaki Mia. Membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh begitu saja. Mia meringis, kepalanya terasa nyeri. Sepertinya ia menabrak dinding. Lagi, tangisan terdengar dari bibir wanita itu, perpaduan antara rasa sakit dan ketakutan.

Tak ingin menabrak apa pun lagi, Mia memilih duduk dengan memeluk lutut, membenamkan muka pada kedua kaki. Seketika, bayangan wajah William memenuhi benaknya. Ia benar-benar menyesal tidak mendengarkan ucapan lelaki itu. Andai saja Mia menurut untuk tidak pergi ke mana pun, tentu ia tidak akan berakhir seperti ini.

"Williaaammm ...." Mia menyebut nama sang suami sambil menangis tersedu. Sekarang, ia benar-benar ingin bertemu lelaki itu. "Williaaammm, tolong aku ...."

Nyaris tiga puluh menit lamanya Mia menangis, tubuhnya benar-benar lelah. Namun, ia tidak berhenti memanggil nama William. Dan Mia sontak mematung tatkala sebuah tangan terasa menyentuh pundaknya.

Tubuh Mia menegang. Dengan ketakutan luar biasa, perempuan itu pelan-pelan mengangkat wajah. Ia langsung berteriak bahagia begitu menemukan wajah yang sangat dikenalnya, dengan bantuan flashlight dari sebuah ponsel.

"William!!!" Mia berdiri dengan cepat, menubruk dada bidang William. "Aku sangat takut!"

William tidak mengucapkan apa pun, hanya desahan panjang yang terdengar dari bibirnya. Sungguh, ia merasa lega berhasil menemukan wanita itu. Pelan-pelan, William menuntun sang istri keluar dari gua tersebut. Begitu mereka sampai di depan pintu masuk, Tim segera menghampiri, wajahnya panik luar biasa.

"Nyonya, Anda baik-baik saja?" tanya Tim.

Mia mengusap wajah yang basah, lalu mengangguk dengan rasa bersalah.

***

Mia meremas jemari dengan gelisah. Sejak bertemu di gua, berjalan pulang bersama, bahkan sampai di villa, William sama sekali tidak bersuara. Lelaki itu tidak menyahuti apa pun ucapan Mia. Pun ketika saat ini, ia mengangsurkan segelas air pada sang istri.

My Silly WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang