PART 3 of 1 (dilema)

154 18 0
                                    

Malam itu di sebuah restaurant yang bernuansa lilin diatas meja yang di hiasi setangkai mawar segar yang mengundang romantis suasana. Harjono sengaja mengajak istri dan anaknya ke tempat restaurant itu untuk menghibur hati Shinta yang masih tersisa pilu dari raut wajahnya yang tersirat. Ia mencoba menghibur suasana hati istrinya yang sedari kejadian tadi hanya terdiam membisu.

Harjono memesan beberapa menu makanan favorit istri dan anaknya pada pelayan resto itu, dan berusaha melupakan sejenak kejadian yang tidak mengenakan menimpa istrinya, untuk sekedar bercengkrama.

Harjono merangkul Shinta yang berada disisinya dan di kecup keningnya serta berkata " Ngga usah terlalu menjadi beban fikiranmu untuk hal seperti ini, kalau kamu sakit siapa yang akan mengurus aku dan dan Ririn nantinya".

Shinta menatap dengan tatapan mesra tanpa menjawab perkataan suaminya, seraya menyenderkan kepala di pundak Harjono untuk menyamankan suasana hatinya yang sedang kalut. Harjono membelai rambut panjang istrinya yang terurai panjang sebahu, merangkul istrinya lebih erat.

"Nanti aku belikan perhiasan lagi yaa sayaang yang lebih dari itu, lupakan hal itu sejauh aku dan Ririn berada di sisi kamu". Ujar Harjono.

Mendengar ucapan Harjono terhadap dirinya membuat Shinta sedikit tenang, akan tetapi dalam suasana seperti ini, ia justru sebenarnya sangat menginginkan keberadaan Rendy turut serta dalam keakraban suasana keluarga. Biar bagaimanapun juga, mana mungkin seorang ibu bisa melupakan anak kandungnya sendiri, meski kondisinya nyaman dan bahagia bersama suaminya.

Ririn yang berada duduk persis di depan kedua orangtuanya hanya tersipu malu melihat ayahnya yang sedang membujuk rayu pada ibunya yang masih diam membisu.

Shinta sendiri tidak berdaya untuk menyatukan hati Rendy dan Harjono untuk keakraban sebuah keluarga yang utuh. Satu sama lain tidak pernah mnghargai keberadaan diantara mereka masing-masing sebagai anak dan ayah.

Saat hidangan telah tiba di meja, mereka pun menyantapnya dengan lahap karena makanan yang menjadi kesukaan keluarga tersebut. Sedang asik-asiknya menyantap makanan, tiba-tiba Ririn meminta ibunya untuk mengantarkan dirinya ke toilet untuk sekedar membuang air kecil. Dan Shinta segera bergegas mengantarkan Ririn menuju toilet wanita.

Ditengah ruang toilet wanita, terdapat beberapa kaca dan wastafel, Shinta mencoba melihat wajahnya yang sedikit sembab karena menangis atas kejadian tadi sambil menunggu, anaknya.

Ririn keluar dari toilet dan menyolek ibunya yang masih asik didepan kaca. "maaam.. Ririn sudah selesai, tapi Ririn mau cerita ke mami..hmm disini aja yaa Ririn cerita". pintanya

"Ohh ya ampun.. mami sampai ngga engeh kamu sudah selesai.. ada apa nak, Ririn mau cerita kalau kamu suka yaa makanannya".fikir Shinta sambil menebak.

Ririn menggeleng kepala... " bukan itu mam ceritanya"..

"Tadi kakak dateng kerumah, masuk kekamar mami dan Ririn di ingetin kakak suruh jaga mami ". Ujarnya dengan nada polos.

Spontan Shinta kaget mendengar pernyataan itu, lantas langsung menanyakan pada Ririn " Trus kakak masuk kekamar mami, apa yang kamu lihat nak".

Ririn hanya menggelengkan kepala, dan berkata "kakak cumaa bilang ke aku, jaga mami ajah...trus kaka pesen jangan bilang siapa-siapa kalau kakak dateng tadi ".

Makin terkejut dan shock yang di rasakan Shinta atas pengakuan anaknya yang masih berusia 4 tahun itu. Hancur teriris hati Shinta mengetahui bahwa bisa di pastikan Rendy lah pelaku pengambilan perhiasan dirinya. Tidak dapat dibayangkan betapa murkanya Harjono bila mengetahui hal ini, terlebih lagi polisi telah menangani dan akan menelusuri jejak tersebut. Semakin galau dan kalut yang difikiran Shinta, biar bagaimanapun juga ia tidak ingin sampai masalah ini di perluas hanya karena ulah Rendy yang menyebabkan kedua pembantunya yang tidak mengetahui apapun menjadi bagian dari masalah.

"yaudah Ririn janji yaa... jangan bicara ke siapapun, cukup mami yang tahu, nak". Pinta Shinta (mengingatkan Ririn secara berbisik tanpa menunjukan ekspresi kegalauan hatinya).

Ririn hanya mengangguk tanda mengerti apa yang ibunya peringatkan pada dirinya sambil tersenyum, dan mengajak Shinta kembali ke meja makan.

Tiba sampai di meja, Shinta mulai menampakan keceriaan dari wajahnya, yang seolah-olah ia menikmati suasana malam ini dengan bahagia, hanya untuk menutupi keresahan yang sebenarnya terjadi. Sebisa mungkin Shinta menghidupkan suasana kebersamaan bersama suami dan anaknya dengan bercanda dan bercengkrama dalam hal-hal lucu yang bisa ia ceritakan.

Malam pun kian larut, Harjono mengajak istri dan anaknya kembali pulang kerumah, setelah transaksi pembayarannya usai dia lakukan di restaurant tersebut. Harjono yang merasa senang dan puas, karena dia menganggap sudah berhasil membuat Shinta terhibur, padahal tidak lah demikian, bahkan sebaliknya Shinta lah yang menutupi keresahan yang makin mendalam dengan keceriaannya.

***********************

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now