#Part XIV [I'm so shocked]

81 11 0
                                    


Di sisi lain saat senja mulai tiba, terlihat dari kejauhan Andy yang duduk sendiri di bawah pohon rindang, di sekitar pelataran taman rumah sakit yang tidak biasanya ia lakukan menyendiri seperti itu.

Dari kejauhan Larista hanya bisa memperhatikan apa yang di lihatnya dengan perasaan terenyuh. Ingin rasanya ia menjadi sang pendengar keluh kesah Andy yang saat ini seakan ada tekanan tersendiri bagi dirinya.

Samperin... ngga usah ... samperin .. ngga usah ........ samperin

Larista tersenyum sendiri akan ulahnya yang seperti anak kecil menghitung kancing untuk menghampiri Andy. Lalu ia memantapkan hati untuk menyambangi Andy yang berada disana.

Perlahan lahan Larista mengambil posisi duduk di sebelah Andy, lalu ia yang mulai menyadari keberadaan Larista yang sudah berada di sampingnya.

"Ehh.. Kamu" sapa Andy.

"Maaf Dok, kalau saya mengganggu ". Ujar Larista, saat menatap Andy, lalu menunduk malu.

"Tumben Dok ada disini "tanya Larista (yang sesekali menatap wajah Andy, dan kembali menundukkan kepalanya).

Sesaat Andy menoleh dan tersenyum menatap Larista yang masih tertunduk, kemudian Andy menatap kearah depan dengan tatapan hampa, lalu menarik nafas begitu dalam seakan berat untuk terucap yang membebani fikirannya.

"Aku hanya lelaah... aku kangen ris, dengan anakku sendiri ".

Seketika Larista tercengang menatap Andy saat berbicara seperti itu. perlahan Larista mencoba menyungkil sesuatu hal agar Andy bisa terbuka dengan nya.

"Ada apa dengan Sastra? .. "

"Jangan terucap kata lelah dok, karena semua yang dokter lakukan merupakan bagian dari ibadah". ucap Larista.

Kali ini Andy yang tertunduk mendengar ucapan Larista, yang mengingatkan dirinya.

"Dokter tidak sendiri untuk mengatasi masalah pasien itu, tapi diluar dari masalah tugas tohh ada saya yang masih setia mendengarkan keluh kesah".

Andy semakin terdiam membisu, dan menoleh ke wajah Larista seakan ingin meyakinkan dirinya bahwa ada ketenangan yang bisa ia dapati. Saat mereka saling bertatapan wajah, tiba-tiba handphone cellular Andy berbunyi.

Diambilnya handphone yang berada di saku celananya, dan ternyata telpon itu berasal dari kediaman rumah orang tuanya.

"Hallooo.. mas Andy ". (terdengar suara Wina yang menelpon)

"Yaa win.. ada apa".

"Sebenarnya ada apa sih mas dengan rumah tangga mas Andy ?"

Andy terdiam kaget dengan pertanyaan Wina, seakan akan mengetahui prahara dalam rumah tangganya.

"Memangnya ada apa Win, kok kamu nanya bgitu ".

Larista yang masih berada disamping Andy, terdiam sambil menyimak apa yang sebenarnya terjadi pada Andy tapi ia berusaha seolah olah tidak ingin mengetahui hal itu.

"Ini loh mas.. ada surat untuk mas Andy tapi ditujukan nya ke alamat disini".

(Andy sedikit tenang, fikirnya hanya sebatas surat untuk dirinya.)

"Ya sudah Win.. nanti aku mampir kesana untuk mengambilnya".

"Tapi mas.. amplop itu tertera cop surat yang bertuliskan dari Pengadilan Agama". Ujar Wina yang terdengar suara kesedihan.

Sempat sejenak terdiam Andy mendengar penjelasan Wina, fikirannya melayang jauh dalam kepedihan, seperti tersambar kilat di sore hari.

"Kamu harus cerita lohh mas ke aku masalah ini, tapi jangan sampai ayah tahu ..ksian beliau sejak sepeninggalan ibu". Keluh Wina.

"Ya sudah kalau begitu, nanti aku akan mampir sepulangku dari sini ". Ujar Andy (untuk mengakhiri pembicaraan pada adiknya agar menutupi kekakuan yang saat ini Larista masih berada di sampingnya).

Tak lama setelah menutup telpon, Andy berdiri dari duduknya, dan berpamitan pada Larista.

"Sepertinya hari sudah sore, lagipula tidak ada jadwal operasi saat ini, kalau begitu aku pergi dulu yaa.. anyway thank udah nemenin aku disini" ujar Andy.

Larista hanya tersenyum menatap Andy danmempersilahkan Andy pergi dengan menganggukkan kepala tanpa kata yang terucap. KemudianAndy berlalu meninggalkan Larista yang masih duduk sendiri, menatap langkahAndy yang semakin menjauh dari nya.     

Belakang ini diam diam Larista mengamati sikap Andy yang banyak melamun dan terdiam, tidak seperti yang ia kenal dahulu fleksible pada siapapun, tapi...... Biarlah 

Larista yakin bahwa Andy adalah pria yang baik dan cukup bijaksana mengatasi masalahnya sendiri, meski sebenarnya ia ingin sekali Andy bisa berbagi cerita pada dirinya. 

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now