#Part 8 of 1 [Bitter reality]

124 16 0
                                    


Saatnya Andy bersama istri dan anak bersiap-siap menuju bandara internasional, untuk melewati liburan bersama yang sudah mereka rencanakan jauh sebelumnya. Semua bawaan travel bag masuk kedalam bagasi mobil, dan segala kebutuhan dalam daftar yang akan dibawanya sudah ter-checklist dengan rapih.

"Yuuk maa kita berangkat dari sekarang aja..karena aku mau mampir sebentar ya nengokin ke rumah orangtuaku ". Ujar Andy pada Ayu (istrinya), sambil menggendong si kecil Sastra yang masih berusia 8 bulan.

Ayu yang saat itu masih merapihkan dandanannya sambil bersolek didepan berkaca menoleh kearah Andy dengan sedikit wajah merengut.

"Yaahh, nanti telat dong.. kamu orangnya kalau sudah kerumah ibumu suka lupa deh sama istri dan anak " gumam nya.

Andy hanya menanggapi dengan tersenyum melihat ulah ayu yang agak sedikit keberatan kerumah orangtuanya. "Sastra kan harus pamit sama eyang'ti dan eyang kakung juga .. lagi pula kemarin aku baru dapat kabar dari Wina, ibu sedang demam tinggi dan aku belum sempat menengok beliau".

"Baik kalau itu mau kamu, tapi aku tunggu di mobil aja kalau ngga lama". Pinta Ayu

"Lohh kok kamu gitu.. nanti kalau ibu menanyakan kamu, aku harus jawab apa? "

"Udahlaah.. gitu aja kok repot, bilang aja kita sudah terburu-buru waktu. Lagi juga kamu merusak suasana diawal kita mau berlibur seperti ini, tohh sepulang kita juga kamu masih bisa kaan? ".

"Terserah kamu laah.. yang pasti aku harus nengok ibu biar cuma sebentar " tegas Andy yang langsung meninggalkan Ayu menuju ke mobil.

"Huhhh.. kebiasaan deh, apa-apa ibu.. biar sudahpun menikah masih aja ngga bisa lepas dari ketiak ibu " gerutu Ayu.

Walaupun Ayu dijodohkan oleh perantara sesama orangtua, sejak menikah dan terpisah rumah, ia tidak menunjukkan etika baik terhadap mertuanya. Ia sedikit egois dan menguasai Andy dalam kehidupannya, sampai-sampai Andy sendiri jarang berkunjung ke kediaman orangtuanya sendiri.

Namun demikian, Andy masih menghormati dan menghargai Ayu sebagai istri dan juga tidak melupakan kedua orangtua, meski waktunya terbagi oleh tuntutan pekerjaan serta istri dan anak. Setiap hari Andy selalu menelpon, dengan sekedar menyapa serta ingin mengetahui perkembangan keadaan kedua orangtuanya.

Ayah dan ibunya, tidak menyesali apa yang sudah mereka pilihkan pasangan untuk Andy, karena bagian dari hal yang harus mereka terima, meski awalnya tidak mengira sifat dan kelakuan anak mantunya akan seperti itu.

**************************

Setibanya mobil Andy sudah memasuki pagar halaman kediaman orangtuanya, Andy segera menggendong Sastra untuk masuk kedalam rumah tanpa menawarkan Ayu untuk bersama masuk.

"Assalamualaikum yang'ti dan yang'kung... Sastra datang nih ". Sapa Andy memasuki pintu utama rumah, yang sedikit terbuka sambil menggendong anaknya. Tampak Wina yang keluar dari kamar ibunya menyambut Andy dan Sastra.

"Ehh.. Sastra datang, yuuk tante gendong.. tante udah ngga pernah lagi nih gendong kamu ".

Sastra memalingkan muka dari ajakan Wina yang mencoba mengambil alih gendongan dari Andy, hingga memeluk erat papanya. "Sombong kamu yaa, kayak mama mu.. huhh". ujar Wina yang sedikit kesal.

"Ibu dimana sama ayah" Tanya Andy.

"Ayah ada lagi menemani ibu dikamar, wong istrinya sakit kok.. memangnya istrimu mas, yang ngga pernah dampingin kamu setiap kamu nengok orangtua." Ketus Wina.

"Huussstt... ngga pantes kamu bicara begitu, biar bagaimanapun Ayu masih kakak iparmu ". Tegas Andy sambil menuju kearah kamar ibunya yang di ikuti oleh Wina dari belakang.

Terlihat didalam kamar, ayahnya yang duduk berada di samping ibunya yang sedang tertidur diatas ranjang dengan kompresan handuk kecil di keningnya. Sesekali ayahnya menggantikan handuk kecil diatas kening untuk mendinginkan handuk yang sudah mengering karena suhu panas badan istrinya.

"Ayah.. ibu demam yaa? kenapa ngga sekalian di larikan ke rumah sakit saja" Tanya Andy yang terlihat sedih dari raut wajahnya.

"Ibu mu pasti ndak mau toh le.. dari kemarin ibumu sering mengigau sebut namamu dan nama Sastra".

Pilu terasa mengetahui ibundanya sangat merindukan kehadiran dirinya serta anaknya. semakin erat pelukan Andy pada Sasta, untuk mengurangi rasa penyesalan yang begitu mendalam, yang ia mencoba memahami sebagaimana sebagai orangtua pada anak.

"Maafkan aku... ibu, ayah (Andy tertunduk malu).. aku terlena dengan rutinitas kehidupanku sendiri".

"Sudah dua hari ibumu panas tinggi dan ndak mau makan.. setiap kali ibumu membuka mata, ibumu ndak kuat karena merasa berputar-putar katanya ".

Belum sempat Andy menanyakan lebih mendalam lagi tiba-tiba terdengar suara klakson dari mobilnya yang seakan-akan memberi aba-aba agar segera berangkat.

"Udah mas.. pergi sana, sudah ngga sabaran tuh si tuan putri nunggunya ". Ketus Wina dengan kesal.

"Yaudah.. pamit yaa Ayah, sampaikan salamku untuk ibu.. Andy ngga mau mengganggu tidur ibu.. nanti khabari aku kondisi ibu ya ayah". Pinta Andy, agar bisa mengetahui perkembangan kesehatan ibunya lebih lanjut.

"Andy ngga lama, hanya seminggu.. setelah dari sana, aku janji akan kesini lagi". Kemudian sebelum Andy beranjak pergi, Ia mencium kening ibunya yang masih terpejam, serta mencium tangan ayahnya sambil berpamitan.


Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now