Part 4 of 2 [My way]

117 15 0
                                    

Mereka melepas rindu dengan berseda gurau seperti biasa layaknya disaat mereka waktu kumpul bersama. Saat perjalanan, Rendy pun mengisi waktu diperjalanan dengan membuka pembicaraan bahwa dirinya saat ini menetap bersama neneknya yang bernama nek Ijah yang hidup seorang diri. (ibu dari ayah kandung Rendy).

Rendy memang terlahir di daerah ini, sama seperti ibu dan ayahnya yang memang asli orang daerah sini yaitu subang. Ayahnya meninggal dunia saat Rendy berusia 4 tahun, dan di makamkan disamping pusara kakeknya. Setelah 2 tahun sepeninggal ayahnya, ibunya merantau mengadu nasib bekerja di Jakarta, sementara Rendy masih tetap bersama nek Ijah sampai dia berusia 15 tahun, barulah ibunya menjemput dirinya untuk tinggal bersamanya dijakarta.

Sejak Rendy tinggal dijakarta, tidak pernah sekalipun bisa menengok nek Ijah sampai akhirnya ia menemui masalah seperti ini, dan akhirnya terlintas di fikirannya bahwa ketenangan yang bisa ia didapatkan kembali hanya pada neneknya.

Nek Ijah sendiri belum mengetahui bahwa cucunya dalam masalah besar saat ini, akan tetapi yang ia ketahui bahwa Rendy datang hanya sekedar menengok beberapa saat dan tidak pernah terucap oleh Rendy akan menetap. Sangat terlihat sejak kehadiran Rendy membuat nek Ijah merasa bergairah kembali seperti dulu bersamanya. Kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah seorang wanita tua yang telah mengasuh serta membesarkan dirinya, yang membuat Rendy enggan jauh dari dirinya dan merasakan nyaman.

Tempat yang Rendy tinggal saat ini bersama neneknya di kaki bukit yang jauh dari hunian layak, dan sangatlah minim dari kesederhanaan, tanpa terfasilitasi penerangan hanya dengan adanya lampu sumbu yang menemani dikala malam. Rumah yang terbuat dari bilik yang hanya memiliki satu kamar dan ruang tengah yang terdapat bale bamboo tempat tidur Rendy selama ia berada di rumah tersebut.

Begitulah gambaran cerita yang bisa ia jelaskan pada kedua sahabatnya, agar tidak merasa canggung dengan keadaan yang sekarang ini Rendy tempati.

Setibanya di tempat tujuan, terlihat seorang wanita tua yang menunggu didepan teras sedang duduk di atas bale bambu, sambil menata singkong rebus dan teko yang terbuat dari tanah liat yang ber-isikan teh hangat untuk menjamu tamu cucunya. Rupanya Rendy sudah bercerita ke nek Ijah bahwa malam ini ada sahabatnya yang akan berkunjung.

Andy dan Darma mengambil barang bawaan yang berada dibagasi, lalu mereka menuju ke arah nek Ijah.

"Kok belum tidur nek ". Tanya Rendy (yang tidak mengira bahwa neneknya akan mempersiapkan minuman dan makanan kecil untuk kedua sahabatnya itu).

Nek Ijah hanya tersenyum mendengar Rendy bertanya, lalu nek Ijah pun menawarkan pada Andy dan Darma untuk menyicipi yang telah ia sediakan. Kemudian Andy dan Darma memperkenalkan diri masing-masing sambil salim mencium tangan nek Ijah.

"Nenek istirahat duluan yaa... taruh aja dulu tas kalian di dalam, baru kalian isi perutnya ala kadarnya yang nenek bisa sajikan".

"Makasih nek " (dengan suara serempat mereka bertiga mengucapkan).

Dengan menyantap singkong rebus dan teh hangat, perut menjadi terisi hingga membuat terasa mengantuk. Begitu pula dengan suasana yang gelap kian menyelimuti malam dan kabut yang perlahan turun membuat udara menjadi sangat dingin.

Rasa lelah dalam perjalanan tadi baru terasa, yang membuat Andy dan Darma belum sempat menanyakan segala hal pada Rendy dan mengajaknya untuk segera beristirahat. Merekapun bertiga pergi beristirahat di ruang tengah diatas bale bambu yang ada dirumah itu.

********************

Semenjak Rendy tinggal di rumah Nek Ijah pola hidupnya menjadi tertib, setengah jam sebelum subuh dia sudah terbangun, dan menyiapkan air dari sumur yang berada di belakang rumahnya untuk mengisi bak kamar mandi yang tak jauh dari sumur. Tidak lupa juga ia mengisi kendi yang biasanya untuk berwudhu, serta memasak air panas untuk neneknya mandi saat menjelang subuh. Begitulah rutinitas keseharian yang ia lakukan sejak seminggu menetap di kediaman rumah neneknya.

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now