Part 2 of 3 [Disappointed]

111 13 0
                                    

Selang waktu dua jam, Shinta sudah kembali kerumah bersama suaminya, dan segera berkemas-kemas untuk pergi hari ini menghadiri acara undangan makan malam bersama klien dari Harjono.

Setelah mengganti pakaian dengan gaun busana malam, Shinta merias diri dengan duduk di meja rias lalu berdandan. Tak lama kemudian dia menuju lemari dan di bukanya laci yang tersimpan kotak perhiasan yang akan digunakannya.

"Astagaaaaaa... ".

Dengan wajah pucat pasi, serta tubuh terasa lemas dan lunglai setelah Shinta melihat dan mengetahui isi dalam kotak perhiasannya kosong tanpa tersisa sedikit pun barang emas yang ia miliki.

Harjono (suaminya) yang saat itu juga berada di ruang kamar yang sedang merapihkan kancing kemeja, lalu segera menghampiri Shinta yang terlihat panik. Harjono pun sontak kaget melihat apa yang terjadi.

"Bibiiii.... ". Teriak Harjono dengan suara nada yang cukup keras, hingga terdengar dari dapur. Sayinem dan Tati yang masih merapihkan dapur, segera berlari kecil menuju kamar dimana majikannya memanggil.

"Siapa yang sudah berani masuk mengambil barang perhiasan yang ada di kotak ini, jaawaaab"... (dengan suara penuh lantang dan emosi yang terlihat pada wajah Harjono).

"Maaf Tuan kami sama sekali tidak masuk keruang ini, kalaupun kami membersihkan kamar tentunya kami meminta izin terlebih dahulu pada nyonya seperti biasanya". Sahut Sayinem pembantu rumah yang paling lama bekerja dirumahnya.

"Lalu siapa dooong kalau gituu.. apa ada tuyul di rumah ini yang suka perhiasan? " (dengan sorot mata yang tajam penuh dengan amarah)

"Baik ..... Kalau kalian masih tidak mau mengaku, biar polisi yang akan berbicara pada kalian". Sayinem dan Tati hanya duduk tertunduk pasrah tanpa berani menatap wajah Harjono majikannya. Sementara itu Shinta hanya diam membisu melihat amarah yang terpancar dari raut muka suaminya. Shinta tidak tega melihat pembantunya di perlakukan seperti itu oleh suaminya, namun ia juga tidak bisa meredam amarah Harjono yang begitu menggebu-gebu. Shinta sendiri tidak bisa berucap satu katapun dengan kejadian seperti ini.

Lalu Harjono keluar dari kamar dan menelpon kantor polisi dan menjelaskan apa yang telah terjadi di rumahnya. Polisi pun sigap tanggap menuju arah kerumah Harjono untuk mencari keterangan lebih lanjut dalam kejadian tersebut.

Harjono menghubungi kliennya melalui pesan WhatsApp, dan mengabarkan bahwa dirinya beserta istri tidak dapat hadir dalam undangan makan malam bersama disebabkan adanya kejadian pencurian dalam rumahnya saat ini. Setelah itu Harjono kembali masuk ke ruang kamarnya untuk kembali bertanya pada kedua pembantunya.

"Tadi saya dan ibu pergi sebentar, siapa yang datang "? .. Tanya Harjono

"Tidak ada Tuan.. saya sedang setrika pakaian sementara Tati sedang merapihkan ruang tamu, dan pintu depan selalu terkunci rapat jika ada tamu datang, kami mengetahui ". Jawab Sayinem dengan polosnya.

"Lantas siapa kalau bukan kalian... dari penjelasan kamu saja sudah jelas di rumah ini hanya kalian bedua, trus perhiasan itu hilang kalian masih bilang tidak tahu? Teriak Harjono dengan nada kesal. Memang sangat masuk akal apa yang diutarakan Harjono, atas pertanyaan tersebut.

Shinta sendiri hanya terdiam pasrah dan menangis, entah bagaimana lagi yang harus dia ucapkan. Dalam keheningan sesaat tiba-tiba muncul Ririn sambil membawa boneka Barbie ditangannya dengan menatap maminya yang sedang menangis. Dalam fikirannya yaitu ayahnya seolah-olah sedang memarahi ibunya.

"papiii.. papiii ngga boleh gitu, ngga boleh galak ke mami... Ririn disuruh kakak untuk jaga mami ". Ujar Ririn dengan polosnya. Mendengar anak bungsunya yang berkata seperti itu, Shinta spontan memeluk tubuh kecil mungil di hadapannya dan hatinya semakin pilu terasa.

"ngga kok nak, papi ngga marah ke mami.. papi lagi marahin mbok sayinem sama bi tati ". Ucap Harjono yang ingin menenangkan hati Ririn.

"Lohh kok papi jadi makin galak ke mbok dan bibi ".. Tanya Ririn dengan wajah heran. Harjono hanya tersenyum melihat ulah gadis kecilnya yang polos mempertanyakan hal tersebut. Belum sempat Harjono membalas pertanyaan Ririn, tiba-tiba terdengar suara kendaraan berhenti didepan rumahnya yang memasuki teras depan tanpa pagar, layaknya perumahan cluster.

"bentar ya nak, papi mau lihat dulu siapa yang datang ". Ujar Harjono sambil mengarah keluar untuk memastikan siapa yang datang. ternyata ada dua orang anggota kepolisian yang datang, atas permintaannya melalui telpon

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now