#Part 2 of 2 [Disappointed]

131 13 0
                                    

Ke esokan hari di suatu siang Rendy sudah berada di warung kopi disimpang jalan dekat rumahnya, sedang asik menikmati kopi sambil memantau dari kejauhan rumah kediamanan orang tuanya. Ia ingin pulang meski sesaat, hanya saja enggan untuk bertemu kedua orang tuanya. Rendy merasa bersalah terutama pada ibunya.

Semenjak Rendy berhubungan dengan Sabrina, ia sudah mulai lupa diri. Rendy jarang pulang, hanya sesekali jika mengambil pakaian bersih dan meminta uang saku pada ibunya yang bernama Shinta. Perdebatan kecil sering terjadi antara ibu dan anak setiap kali jika Shinta melarang Rendy pergi entah menginap dimana. Kekhawatiran seorang ibu pada anaknya sangatlah wajar, terlebih lagi Shinta tidak pernah melihat sikap Rendy seperti ini yang sangat berubah jauh dari sebelumnya.

Tidak jarang setiap perdebatan antara ibu dan anak, selalu Rendy menyatakan ketidak sukaan nya pada ayah tirinya yang acap kali acuh tak acuh atas kehadiran Rendy dirumah itu. Tidak pernah adanya tegur sapa bahkan hanya untuk sekedar menawarkan sesuatu pada dirinya, yang membuat Rendy merasa asing di rumahnya sendiri.

Shinta (ibunya Rendy) menikah kembali dengan seorang duda kaya yang bernama Harjono, dan memiliki seorang anak perempuan yang bernama Ririn (adik tirinya) dari hasil pernikahannya yang kedua. Meski demikian Rendy tetap menyayangi ibundanya sendiri, dan adik kecilnya yang selalu ia manjakan. Rendy tidak bernasib sama seperti kedua sahabatnya yang masih memiliki kedua orang tua yang utuh, sedangkan Rendy sudah menjadi anak yatim sejak kecil.

Adapun Shinta sudah menikah, tetap kasih sayang nya terhadap Rendy tidaklah berubah dan berkurang bahkan kebutuhan Rendy selalu terpenuhi apa yang menjadi keinginannya, meski harus secara sembunyi tanpa di ketahui oleh suaminya (Harjono).

Sementara sore menjelang, Rendy masih saja betah di warung tersebut, sambil memantau dari kejauhan berharap orang tuanya tidak ada di rumah saat ini agar ia bisa masuk kedalam rumahnya. Tak lama kemudian, terlihat ibunya yang sedikit tergesa-gesa keluar dari rumah dan masuk kedalam mobil yang ditemani suaminya, dan tak lama kemudian mobilpun itu melaju pergi.

Sesaat setelah itu Rendy membayar kopi dengan beberapa gorengan yang telah ia makan serta sebungkus rokok di warung itu, lalu ia beranjak keluar menuju kerumahnya dengan santai tanpa mengundang kecurigaan.

Rendy melihat kondisi komplek itu sepi, tanpa ada lalu lalang aktifitas para penghuni, dan ia mencoba untuk tetap tenang layak seperti biasanya ia pulang kerumah.

Setelah merasa semua aman, barulah perlahan-lahan Rendy masuk melalui pintu halaman belakang rumah, dan menyelinap masuk kedalam kamar orangtuanya tanpa diketahui pembantu dirumah itu.

Dibuka lemari pakaian untuk mencari kotak perhiasan atau barang berharga yang bisa ia jadikan uang. Entah apa yang ada di benaknya saat itu, yang membuatnya menjadi nekad untuk melakukan hal yang sedemikian rupa di dalam rumahnya sendiri. Fikirannya sampai senekad itu hanya karena tertuju dengan kebutuhan Sabrina yang sedang membutuhkan dana segar, untuk membeli barang haram kesukaan Sabrina.

Rendy sangat terpedaya oleh bujuk rayu Sabrina, bahkan ia tidak tega jika melihat Sabrina disaat merintih sakau bila membutuhkan sabu yang sering digunakannya. Ia pun tidak berani melarang Sabrina untuk berhenti menggunakan barang haram tersebut, meski Rendy sendiri tidak pernah mau mencoba barang haram itu. Kerap kali Sabrina menjadi kasar pada Rendy, jika Rendy tidak menuruti kemauannya.

Rendy bukan takut terhadap Sabrina, akan tetapi besar cintanyalah yang membuat dirinya gelap mata tanpa berfikir panjang akan apa yang dia lakukan semua ini, meskipun ia tahu resikonya cukup besar yang akan ia hadapi.

Tanpa membuang waktu lama diambilnya beberapa gelang dan kalung serta cincin yang berada di kotak perhiasan milik ibunya, tanpa tersisa satu perhiasan pun dari kotak tersebut. Lalu ia merapihkan kembali ketempat semula dengan rapih agar tidak ada yang mencurigakan.

Ternyata tanpa disadari Ririn (adik tirinya) memperhatikan Rendy sedari tadi, dari balik pintu kamar orangtuanya, dan diam dengan raut wajah heran mengintip dari balik pintu.

Sungguh kaget luar biasa Rendy setelah mengetahui keberadaan Ririn dengan wajah polos menatap dan melihat apa yang ia lakukan. Ditutupnya lemari itu agar tidak terlalu mencurigakan, dan Rendy berusaha tersenyum pada Ririn.

"Sssstttth.... Kamu ngapain dek disitu? Tanya Rendy (yang mencoba menutupi kepanikan di hadapan adiknya).

Rendy membujuk Ririn kedalam kamar agar tidak terbuka pintu kamar yang akan mengundang kecurigaan para pembantu dirumahnya.

Ririn tersenyum dan menghampiri Rendy, lalu bertanya pada kakaknya, "lagi apa kak? (sambil mengerutkan kening)

Segera Rendy menutup pintu kamar, setelah Ririn masuk menghampiri dirinya.

"Kakak lagi rapihin kamar mami, biar ngga berantakan ... oiyaa adek ngga boleh bilang ke siapa-siapa yaa kalau abang datang". Ujar Rendy (seraya mencoba memperingatkan adiknya dengan kelembutan sambil mengelus elus kepala Ririn).

"peluuuk kakak dong, udah lama kakak ngga ketemu sama kamu" rayu Rendy yang merenggangkan kedua tangannya untuk dipeluk. Ririn memeluk Rendy yang berusaha posisi setengah berdiri untuk mengimbangi tubuh mungil itu agar bisa memeluk dirinya.

"Jangan nakal yaa dek, kakak sayang sama kamu... jaga mami yaa kakak pergi dulu" ucap Rendy yang memeluk erat adiknya dengan mata berkaca-kaca menahan kesedihan. Hatinya terasa pedih saat memeluk adik satu-satunya yang ia sayangi.

"Kak...Kakak jangan pergi lagi kalau sayang Ririn " ujar gadis kecil yang setengah merengek menginginkan Rendy tetap bersamanya. "Kak.. Ririn ngga mau sendiri disini dirumah".

Seketika tumpah airmata Rendy tak tertahan mendengar ucapan gadis mungil itu, dan segera ia mengusap airmatanya agar tidak terlihat oleh Ririn, biar tidak memberatkan langkah nya untuk pergi.

Di lepasnya pelukan dari adiknya dan berkata "Ya sudah, kakak masih banyak urusan, nanti kakak pulang... inget yaa jangan bilang siapa-siapa". pinta Rendy (untuk mengingatkan adiknya kembali agar tidak ada yang mengetahui dirinya).

Ririn mengerti apa yang di maksud kakaknya, dia hanya mengangguk- angguk sambil tersenyum, lalu berlari kecil meninggalkan Rendy dari ruang kamar menuju keluar, dan masuk ke kamarnya sendiri yang persis berhadapan kamar dengan kamar orang tuanya.

Setelah itu Rendy kembali pelan-pelan menyelinap keluar dengan membawa kantung plastic yang berisi perhiasan, dengan melihat sekeliling ruangan untuk memastikan keadaan sekitarnya sepi dan akhirnya dia berhasil tanpa di ketahui oleh pembantu, karena letak kamar orang tuanya berada tidak jauh di belakang halaman, itu sebabnya dengan mudah ia segera meninggalkan rumah tersebut melalui pintu belakang teras halaman , tanpa harus melalui pintu depan.

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now