PART OF 10 (Unexpected)

111 16 0
                                    


Keesokan harinya Andy terbangun, tidak ia temui anaknya yang biasa mengisi pagi hari senyuman. Ia menuju kamarnya, dilihatnya ternyata tidak ditemui istri dan anaknya, kemudian ia berusaha menenangkan fikiran lalu meminta pembantu rumah untuk menghidangkan sarapan pagi untuknya.

"Bi.. nyonya sama Sastra kemana pagi ini". Tanya Andy pada pembantunya.

"Maaf Tuan.. Nyonya ngga pesen apa-apa, saya hanya di suruh bantu mengangkat koper ke mobil dan setelah itu Nyonya pergi membawa Sastra".

"Ohh yaa sudah kalau begitu.. makasih ya bi ".

Andy sudah mengira bahwa Ayu pasti akan pulang kerumah orangtuanya, entah mengapa Andy membiarkan Ayu tanpa mencoba menghubungi keberadaan istri yang membawa anaknya saat ini. Ada sedikit perasaan lega dalam fikirannya, jika Ayu tidak berada di rumah dan Andy bisa hadir dalam acara nanti malam di kediaman orang tuanya untuk malam 7 hari nanti.

Saat Andy sedang santai menikmati sarapan paginya tiba-tiba telpon berbunyi, namun Andy malas untuk melihat dan membiarkan telpon genggamnya terus berdering. Fikir Andy pasti dari istrinya yang selalu senang memicu suasana mencari perselisihan. Handphone itu terus berbunyi yang lama kelamaan Andy merasa terusik oleh bunyi handphone tersebut.

Rasa penasaran di lihatnya siapa penelpon itu, dan ternyata dokter Larista kerabat kerja yang menelpon Andy sampai 4 kali berturut turut, kemudian Andy menelpon balik.

"Pagi Dok.. ada apa, maaf telpon tadi saya silent hingga tidak terdengar ". Ujar Andy (yang sengaja menutupi hal itu)

"Pagi juga Dok.. maaf mengganggu, oiyaa Dok sudah tiba ya di Jakarta? .. begini Dok, kira-kira Dokter bisa datang saat ini ke sini (Rumah sakit) ada suatu hal yang harus saya bahas, tapi tidak layak untuk dibicarakan di telpon ".

"Mengenai apa yaa kira-kira gambarannya, saat ini kaan saya masih cuti mungkin bisa besok sekalian saya sudah kembali masuk kerja".

"Maaf Dok.. sebenarnya ada hal penting yang saya ingin bahas mengenai pasien saya atas nama Ririn, yang sempat dokter lakukan tindakan operasi sebelum dokter pergi ".

"Hahh.. ada apa dengan dirinya?" Tanya Andy yang agak sedikit was was.

"Sebaiknya dokter menemui saya sekarang, ini hal yang penting Dok yang harus kita bahas ".

"Baiklaah kalau begitu, setengah jam lagi saya berangkat dari rumah ".

"Ok Dok, saya tunggu.. maaf ya Dok mengganggu ". Jawab Larista mengakhiri percakapan.

Andy mulai resah, fikirannya tak tenang memikirkan apa yang nanti akan di beritakan oleh dokter Larista rekan kerjanya mengenai pasien tersebut. Sudah tidak berselera lagi Andy untuk meneruskan santapan hidangan pagi, lalu tidak ingin menunggu waktu lama ia untuk segera bergegas menuju kerumah sakit tempat ia bekerja.

Sesampainya Andy di rumah sakit, segera ia melepon Larista untuk bertemu.

"Hallo Dok, saya sudah berada disini.. kira-kira dimana kita bisa membahas hal ini sebaiknya". Ujar Andy.

"Ohh, kalau begitu sebaiknya di ruang saya aja ya dok, di poli klinik.. setengah jam lagi saya jadwal saya praktek, gimana dok kira-kira? ".

"Ok.. saya segera kesana ". Jawab Andy yang langsung menuju poli klinik.

Took..tokk took...

"Silahkan masuk ". Jawab dokter Larista yang sudah berada di ruangannya.

Ternyata di dalam ruangan itu juga sudah berada dokter purwanto sebagai dokter anastesi yang saat itu menangani pasien yang sama. Mereka pun berbincang bincang membahas hasil diagnosa pasien yang sesuai dengan prosedur hingga mereka sepakat untuk melakukan tindakan operasi.

Larista menjelaskan pada rekan team kerjanya, masalah itu menjadi konflik dari pihak keluarga pasien yang menuntut pasca tindakan operasi itu berbuntut panjang. Pasalnya setelah pasien yang bernama Ririn dinyatakan sembuh, beberapa hari selang di rumahnya kondisi Ririn makin melemah. Orangtua dari pasien membawanya ke rumah sakit lain yang tak jauh dari rumah mereka, dan hasil medical check up pasien di nyatakan gagal ginjal yang harus melakukan cuci darah pada Ririn. Disitulah kedua orangtuanya menuntut para team dokter yang menangani operasi Ririn saat itu.

"Lalu bagaimana kita menangani hal ini dok, jika tuntutan keluarganya sangat berpengaruh dengan profesi kita saat ini "? Tanya Larista

"Hal ini sebaiknya kita bahas bersama para team dokter lainnya serta management rumah sakit.. kita tidak bisa memutuskan hal ini, harus adanya pertemuan ". Pinta Andy

"Baik.. saya sependapat apa yang diutarakan dokter Andy.. segera saya memberitahukan hal ini pada pihak management untuk diadakan pertemuan mengenai hal ini lebih lanjut ". Ujar Purwanto.

Setelah pertemuan itu, mereka masing-masing mneruskan kembali bertugas, lain halnya dengan Andy yang yang kembali izin pulang kerumah, karena keesokan harinya barulah ia bertugas.

*******************

Andy memutuskan untuk langsung menuju kekediaman orangtuanya, untuk dapat membantu mempersiapkan acara pengajian nanti malam. Di sepanjang perjalanan Andy memikirkan masalah yang ia hadapi. Andy masih merasakan duka atas kepergian ibundanya, ditambah lagi perlakuan istrinya yang selalu menunjukkan ketidak sukaan pada keluarganya, belum lagi hal yang baru ini ia ketahui yaitu tuntutan dari pihak keluarga pasien yang menganggap kecerobahan team dokter dalam hal menangani tindakan operasi usus buntu.

Sungguh luar biasa masalah bertubi tubi menimpa dirinya, hingga ia tidak tahu harus berbagi cerita ini dengan siapa yang dapat menenangkan kemelut hati yang dirasakannya saat ini. Sementara istrinya sendiri seakan tidak peduli karena keegoisan yang dimilikinya.

Sesampainya Andy di rumah, ia merebahkan tubuh untuk sejenak mengistirahatkan dirinya. Entah mengapa Ayu tidak memberi khabar sedikitpun semenjak kepergiannya dari rumah dan tanpa sepengetahuan serta seizin Andy. Sebalik Andy sendiri sudah merasa enggan menanyakan berita mengenai istrinya yang dianggapnya sudah melampaui batas tindakannya sebagai istri.

Fikirannya kalut dan lelah mengingat kembali pada permasalahan seorang pasien yang dari keluarga pasien itu akan menuntut suatu tindakan operasi yang dianggap oleh mereka adalah suatu kecerobohan.

Dalam hal ini Andy yakin bahwa yang dilakukannya sudah berdasarkan hasil laporan keseluruhan gejala yang di derita pasien dan bukanlah suatu kecerobohan.

Selama Andy menjalani profesi sebagai Dokter ahli bedah, tidak pernah ia temui masalah yang terjadi seperti ini. Mengapa masalah yang datang saat dirinya sedang terpuruk atas kehilangan ibunda tercinta, dan apakah ini bagian dosa yang harus ia terima?

Entahlah ...

Yang pasti Andy hanya butuh ketenangan dan mempersiapkan kendala yang akan ia hadapinya. Ia yakin, bahwa Tuhan akan memberi suatu ujian dalam hambaNya yang sesuai dengan kapasitas masing-masing, dan di balik ujian itu ada kebahagiaan yang akan di jelang. 

terlelap sudah Andy terbawa oleh fikiran yang membebani dirinya, hingga ia tertidur pulas oleh dinginnya malam dalam kesendiriannya dikamar. 

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now