#Part 8 of 2 [Bitter Reality]

77 15 0
                                    

Disaat Andy masuk kedalam mobil, wajah Ayu sedikit cemberut dan memalingkan muka seolah-olah malas melihat Andy karean kesal menunggu, lalu Ayu menyuruh supirnya untuk sesegera mungkin pergi menuju bandara.

Sepanjang pejalanan Andy terdiam, seakan-akan menyesali waktu yang ia lewati tanpa memberi kesempatan pada ibunya. Entah mengapa hatinya gelisah meninggalkan ibunya dalam keadaan sakit. Rasa sesal yang mendalam, dikala terlintas di fikirannya selama ini yang ia lakukan dalam rutinitas kerjanya adalah membantu menyembuhkan serta meluangkan waktu pada pasien sakit, akan tetapi mengapa tidak ia lakukan pula pada ibunya sendiri.

Dalam hatinya Andy berjanji pada diri sendiri, selepas ia kembali nanti yaitu sesering mungkin ia harus khususkan waktu untuk kedua orangtuanya, terutama ibundanya yang sedang sakit.

"Kamu kenapa sih diam, ngga enjoy yaa untuk liburan saat ini.. mau juga aku lohh yang marah karena waktu kita sudah habis tersita begitu aja " ketus Ayu yang menampakkan kejengkelan dari wajahnya

"Kenapa ngga jawab.. pasti kamu ngga nyaman karena jauh dari ibumu kan?".

"Terus aja kamu bungkam,.. huhh, pasti kamu sudah di bumbu-bumbui yaa sama orangtua kamu sampai kamu pergi bersama istri dan anaknya sendiri ngga bisa menikmati ".

Terus menerus Ayu menyecar pertanyaan pada Andy yang diam tanpa menjawab satu kata pun.

Andy begitu malas menanggapi ocehan yang dilontarkan ayu terhadap dirinya, dengan bermacam macam pertanyaan dalam perjalanan hingga tanpa terasa mereka sudah tiba di bandara yang di tuju.

Setibanya dibandara, segera supirnya mengeluarkan barang-barang bawaan mereka dengan menggunakan trolly yang tersedia di bandara. Setelah itu mereka menuju untuk check in bagasi lalu mengarah ke tempat pemeriksaan imigrasi untuk penerbangan menuju paris kota impian.

*****************

Berselang dua hari setelah kepergian Andy ke negara lain, ibunya mendadak kejang-kejang tidak sadarkan diri diatas tempat tidur yang senantiasa selalu di dampingi oleh suaminya. Ayahnya segera menelpon Wina yang saat itu berada di kantor, untuk pulang kerumah.

Mendapat berita tersebut, segera Wina meluncur bergegas kerumah orangtuanya untuk membawa ibunya ke rumah sakit agar segera mendapat pertolongan.

Sesampainya di rumah sakit, langsung saat itu juga di tangani oleh team dokter IGD yang bertugas. Segala cara team dokter untuk menyelamatkan kondisi ibu itu yang tak sadarkan diri karena suhu badannya yang cukup tinggi 41.8 derajat. Matanya membelalak lurus menatap keatas, dan mulutnya terbuka menganga. Terasa detak jantung yang begitu kuat berdetup membuat tak sadarkan diri hingga tubuhnya berguncang

Wina yang saat itu bersama ayahnya, begitu panik melihat ibunya dengan keadaan seperti itu, segera ia menelpon suaminya yang bernama Aditya.

"Mas cepat kemari... ibu sudah ngga sadarkan diri". Ujar wina dengan nada terisak pilu oleh tangisannya.

"Ohh.. Astaqfirullah.. baik aku segera meluncur kesana dek, kamu yang sabar yaa.. jangan lupa khabarkan kakak mu kondisi ibu ".

"Percuma mas.. mas Andy ngga akan dia bisa kesini segera, apalagi dia baru dua hari disana".

"Ndak boleh begitu.. setidaknya kamu tetap harus mengabari kondisi kritis ibu saat ini ".

"Sudahlah mas, kamu aja yang segera kesini.. aku butuh kamu di saat seperti ini ". Jawab Wina dengan keluh. Tanpa memperpanjang pembicaraan, segera Aditya menuju ke rumah sakit untuk mendampingi istrinya.

Segala cara yang dilakukan oleh team dokter untuk menangani keadaan ibu Sumarni, tiba-tiba terhenti kejang itu bersama denyut jantung. Lalu dokter memompa denyut jantung ibu Sumarni dengan tekanan tangan agar memicu jantung itu berdetak kembali.

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now