Part 4 of 3 [My way]

94 14 0
                                    

Di bale bambu teras depan, Andy dan Darma duduk bersila sambil menikmati suasana yang masih bersih dari polusi, serta udara yang sejuk yang membuat mereka nyaman untuk menghabiskan waktu bersama sambil menanti Rendy yang tengah sibuk menyiapkan kopi dan ubi rebus. Tak lama kemudian Rendy sudah keluar membawa nampan yang diatas nya ada teko berisikan kopi dan 3 gelas cangkir bersama cemilan ubi rebus, meletakkan di tengah-tengah mereka duduk.

Andy : " Ren.. kita berdua kemungkinan balik segera kejakarta, entah itu malam ini atau besok pagi selepas subuh.. bukan gw ngga cinta nih sama lo, tapi banyak yang harus kita siapkan keperluan menjelang wisuda...gimana last decision lo selanjutnya"?

Rendy : "Yaudah sekiranya kalau kalian ingin pulang, gw ngga akan memberatkan dan gw pun ngga keberatan kalau kalian masih betah disini , cuma gw nanti titip surat yaa buat ibu gw, untuk menjawab segala keresahannya terhadap gw".

Andy : " Jangan jadi penyesalan apa yang akan menjadi keputusan lo nantinya, gw berharap lo benar -benar berfikir dengan jernih, tanpa harus lo menyiksa diri dan menghancurkan masa depan lo sendiri... yang udah yaa udahlaah, bukan jadi penyesalan yang berlarut buat lo ke depannya. "

Kali ini Darma yang menyimak pembicaraan, sambil meniupkan kopi di ujung bibirnya untuk diminum sambil memperhatikan wajah kedua sahabatnya. Begitu juga dengan Andy yang mengambil sepotong ubi rebus, sambil menanti jawaban Rendy secara pasti.

Dengan wajah menebar senyuman keikhlasan, Rendy memastikan pada kedua sahabatnya sekali lagi apa yang sudah menjadi tekadnya.

"Kalian memang sahabat yang baik dan tulus, dari awal kedekatan gw dengan Sabrina udah di ingetin oleh kalian, tapi justru gw sengaja menentang kalian yang akhirnya seperti ini.." ujar Rendy (matanya mulai berkaca-kaca kembali seperti rasa sesak di dada atas kebodohan yang telah di lakukannya )..

"Yaudah.. kalau gitu gw dan Darma sebaiknya pulang sore hari ini aja.. arus balik kejakarta lebih lenggang dibanding kita bedua pulang besok jika di hari minggu pagi ... ngga keberatan kan Ren "? tegas Andy.

"gw setuju Ndy, kita balik ni sore".sahut Darma

"Lebih cepat lebih baik kita sampaikan surat lo nantinya ke ibu lo, sebelum polisi melakukan tindakan lebih lanjut lagi, ada baiknya surat itu harus sesegera mungkin di tangan ibu lo, biar nanti beliau yang menetralisir keadaan biar ngga berkepanjangan nantinya ". Lanjut Darma yang memberi saran untuk masalah Rendy.

"weiiissss.... Cerdas meeen doiiii ". Ledek Andy.

"Beuuuhhh... belom sampee kan ilmu lo kalau udah bicara ke ranah hukum.. serahin gw dah ahlinya masa masih sangsi ajaa nih bocah sama calon pengacara " balas Darma (sambil mengangkat kedua kerah kaos nya, dengan gaya membanggakan dirinya sendiri dalam candaan).

Andy hanya memalingkan wajahnya melihat kelakuan Darma sambil menyiyirkan muka. "perak gaya lo kayak beras yang kutuan " celetuk Andy.

"Hmm kalau masih ribut juga ntar gw kawinin nihh lo bedua biar anteng, bodo amat lo bedua mau pake pedang zorroo kek terserah dah, derita lo deh tu yaa..". Ledek Rendy pada kedua sahabatnya.

"Bentar yaa gw tinggal.. gw mau bikin surat cinta dulu buat ibu gw ". Sambil bergegas berdiri menuju kedalam rumah dan meninggalkan Andy dan Darma yang masih duduk di atas bale menikmati kopi dan ubi.

Waktu yang kian singkat mereka pergunakan dalam kebersamaan disaat berkumpul. Bukan hanya sekedar canda tawa serta berbincang-bincang untuk saling mengingatkan satu sama lain, akan tetapi mereka masih menyempatkan diri untuk berziarah kemakam ayahanda Rendy. Entah kapan lagi mereka bisa bersua kembali, mereka sudah memiliki rencana kedepannya dengan jalan masing-masing.

Seusai bertiga pulang berziarah, Andy dan Darma segera berkemas-kemas merapihkan barang bawaannya untuk dimasukkan ke dalam kendaraan, sebelum pamit pada Rendy dan nenek Ijah

Langkahku Bagian dari BayanganmuWhere stories live. Discover now