16. Fuck You, Zarel!

189K 18.6K 1.3K
                                    

Yeay gak jadi update besok!!

Sorry kalo updatenya lama dan maaf kalo chapter sebelumnya saya sedikit maksa harus 700+ vote. Lain kali nggak lagi deh ✌

Toh kalo kalian suka pasti juga ngevote sendiri 😏

Makasih buat yang selama ini yang suka ngevote, vomment, ataupun siders, tanpa kalian cerita ini bukan apa-apa.

Tekan ⭐ sebelum membaca
Tekan 💬 setelah membaca

Happy Reading!

----------------------------------------------

Dyeza menutup mulutnya tak percaya. Air mata mulai bercucuran seiring dengan hatinya yang telah hancur berkeping-keping. Hatinya seolah terhantam oleh kebenaran tersebut. Eyden membunuh kedua orang tua yang sangat ia sayangi?

Dyeza menggeleng tak percaya lalu sedetik kemudian ia bangkit dari duduknya dan pergi keluar dari kamar dengan langkah terburu-buru.

Dyeza sempat berhenti untuk mengusap kasar wajahnya yang bersimbah air mata dan melanjutkan langkahnya kembali dikoridor dengan penuh emosi.

Terkadang para pelayan ataupun penjaga melihatnya dengan tatapan sedih dan ingin bertanya namun tidak berani. Tapi Dyeza tidak mempedulikan hal itu, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah mencari kebenaran akan ucapan Hrym.

Tak mempedulikan kain hanfu bagian bawah yang ia kenakan kotor karna terinjak, dia mempercepat langkahnya saat tempat yang ia cari mulai terlihat.

"Dimana Eyden?!"

Dyeza langsung berteriak cepat setelah membuka pintu kamar dengan tak berperasaan. Hatinya semakin kesal ketika tak mendapati sosok yang ia cari. Melainkan ada Asrein dan Zarel yang semula berdebat, langsung menghentikan perdebatan mereka saat melihat sang istri.

"Dyeza, ken--"

"Aku tanya dimana Eyden?!" Dyeza tak memberi kesempatan Asrein untuk melanjutkan ucapannya.

Dan sikap gadis itu berhasil membuat Asrein cemberut. "Kau jahat!" Dia pun mulai merajuk seperti seorang anak kecil. Duduk bersedekap dengan bibir mengerucut kesal, dan sekarang dia terlihat sangat menggemaskan.

Tapi Dyeza tak menggubris hal itu dan langsung pergi, karna percuma saja bertanya pada mereka berdua. Tidak ada gunanya!

Ketukan sepatu dibelakangnya mau tak mau membuatnya berbalik cepat dan mendapati Zarel yang tengah mengikutinya.

"Kenapa kau mengikutiku?!"

"Tidak! Aku hanya jalan-jalan. Salahkah?" Zarel mengangkat bahunya acuh.

Dyeza mendengus kesal sebelum memutar badannya dan kembali berjalan tergesa-gesa, mencari pemilik manik mata hitam kelam itu. Ia akan meminta kejelasan akan ucapan Hrym tadi dan juga meminta alasan kenapa Eyden membunuh kedua orang tuanya.

"Hey, my wife!"

"Ahk!"

Pikirannya langsung terbuyar ketika Zarel tiba-tiba muncul didepannya dan membuat dirinya berteriak kaget.

"Kau mengagetkanku!" Dia bergeser kesamping karna badan Zarel menghalangi jalannya. Namun Zarel malah mengikutinya bergeser ke samping dan menutup ruang. "Minggir!"

"Kau tak mengucapkan selamat padaku? Aku berhasil mempelajari bahasa linggis loh!" Zarel tersenyum bangga.

Kening Dyeza mengernyit. "Apa maksudmu? Bahasa linggis?" tanyanya tak mengerti.

Zarel tersenyum simpul. "My wife, itukan berasal dari bahasa linggis."

"INGGRIS!" Tanpa sadar Dyeza berteriak kesal akan perilaku Zarel yang memancing emosinya. Pangeran satu ini benar-benar tidak layak disebut sebagai seorang pangeran jika dilihat dari sikapnya!

"Ah, itu maksudku!" Zarel menjentikkan jarinya sebelum meniup poni-nya. "Bagaimana? Keren kan?" ucapnya sambil mengulas senyum miring.

"Terserah!"
Dyeza lebih memilih tak menggubris suaminya ini. Ok, bahkan tanpa sadar ia telah mengakui kalau Zarel adalah suaminya.

Dyeza berhasil melewati Zarel. Namun itu tak berlangsung lama, karna Zarel kembali menghadangnya.

"Sebenarnya apa maumu?!" Dyeza berteriak kesal.

"Apa mauku?" Zarel malah balik bertanya. "Hmm, mauku apa ya?" Dia malah melirik ke atas seolah meminta pencerahan.

"Zarel, aku sedang terburu-buru! Kau menyita banyak waktuku!"

"Benarkah?" Zarel malah memasang wajah polos. "Maaf, tapi kenapa kau hari ini mudah sekali marah? Biar kutebak, pasti kau sedang fermentasi ya?"

Kini alis Dyeza bertaut, pertanda kalau dia merasa bingung. "Fermentasi?"

"Itu tuh kalau perempuan berdarah-darah diarea wow-nya setiap bulan!"

"ITU MENSTRUASI!!"

Dyeza mengumpat dalam hati. Ia menahan emosinya yang sudah meluap dan masih mencoba untuk bersabar."Minggir!"

"Ah, tunggu sebentar! Aku sudah ingat!" Zarel kembali menahan lengan Dyeza saat gadis itu hendak pergi melewatinya.

"APA?!" Teriak Dyeza tidak sabaran. Dadanya naik turun akibat napasnya yang memburu karna emosi.

"Tadi aku berdebat dengan Asrein, membahas tentang telur dan ayam." Zarel menarik napas pelan. "Menurutmu lebih duluan yang mana? Telur atau ayam?"

Mulut Dyeza menganga. Tidak percaya kalau ternyata kedua pangeran tadi membahas perihal konyol seperti itu. Sampai Eyden menari ballet pun pertanyaan itu takkan pernah bisa terjawab!

"Aku tidak tahu!!" Ia hendak pergi namun lagi-lagi Zarel menghalanginya. "APA LAGI?!"

"Kalau begitu jawablah salah satu! Kau kan tinggal memilih!" Zarel tetap kekeh untuk meminta jawaban dari Dyeza.

"Telur!" jawab Dyeza asal karna pikirannya sekarang sudah dipenuhi oleh luapan emosinya.

"Tapi telur tidak mungkin menetas jika tidak dierami oleh ayam!" Zarel berargumen. "Lagipula kenapa jawaban kau sama dengan Asrein?! Jangan-jangan kalian janjian ya dibelakang aku?!"

"FUCK YOU, ZAREL!!"

Bukannya marah akibat umpatan Dyeza, Zarel malah berdecak kagum. "Wah, itu bahasa linggis ya? Hm, aku akan belajar lebih banyak lagi nanti!"

Cukup sudah! Emosi Dyeza sudah mencapai ubun-ubun sekarang. Dengan penuh emosi ia berjalan cepat meninggalkan Zarel yang kali ini tidak lagi menghadangnya. Dan ia sangat bersyukur akan hal itu.

Sedangkan Zarel?

Dia masih berdiri ditempatnya semula dengan wajah yang mengulas senyum penuh arti.

'Eyden, aku berhasil mengulur waktu.'

---------------------------------------------
Tbc.

Hm, sepertinya Zarel salah makan sesuatu ampe bisa jadi kayak gitu 😪

Yang daerahnya sedang mendung angkat tangan!
☝☝☝☝

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang