28. Room Gate

166K 16.3K 902
                                    

Tekan ⭐ sebelum membaca.
Tekan 💬 setelah membaca.

Happy Reading!

-----------------------------------------------
"Lapor Panglima Liam. Penjaga diperbatasan utara mengabarkan bahwa ada sekumpulan rogue yang menyerang Desa Ovilon. Apa yang harus kita lakukan, panglima?"

"Segera kirimkan pasukan R-Lay untuk pergi kesana. Para anjing bodoh itu telah salah bermain-main dengan siapa."

"Baik, panglima."

Samar-samar telinga Dyeza tak sengaja menangkap suara tersebut ketika dirinya melewati depan sebuah ruangan. Ia tidak terlalu peduli karna yang diinginkannya sekarang hanyalah menemui Yezra, itu saja. Sebenarnya ia tidak tahu menahu mengenai seluk-beluk maupun tempat-tempat dikerajaan vampire ini. Sedari tadi ia hanya menuruti kemana kakinya membawanya pergi.

Di lorong istana yang akan gelap gulita jikalau tak ada obor api yang digantung disetiap dinding ini terlihat sepi. Hanya ada dirinya dan juga terkadang beberapa pelayan yang lewat dan tak lupa membungkuk hormat padanya. Tidak ada hiasan maupun simbol warna cerah yang melambangkan kebahagiaan. Semua hal disini identik dengan kesuraman dan terlalu minimalis kuno. Barang-barang seperti guci antik yang sayangnya berdebu seperti tak terawat sejak lama. Tapi bukankah disini ada pelayan? Kenapa gucinya bisa berdebu?

Dyeza juga bisa merasakan keanehan saat udara disini terasa ganjil dan berbeda. Hawa dingin menusuk yang dipadukan dengan rasa gerah yang memicu timbulnya keringat. Dyeza tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia tahu bahwa ada yang tidak beres dengan kerajaan ini.

Blurrb... Blurrb...

Telinga Dyeza reflek melebar dan menajam ketika suara tersebut terdengar di indera pendengarannya. Seperti suara air.

Kakinya spontan melangkah mengikuti suara tersebut yang ternyata berasal dari ruangan paling gelap diujung lorong. Pikirannya berkata untuk segera pergi dari sini dan menemui Asrein, namun Dewi batinnya berkata yang sebaliknya.

Namun sayang, Dewi batinnya menang. Rasa penasarannya sangat tinggi hingga berhasil menepis rasa takutnya yang memicu adrenalin.

Blurrb... Blurrb...

Suara itu terdengar semakin jelas ketika jarak antara Dyeza dengan ruangan itu semakin terkikis. Ia berusaha memelankan langkahnya sepelan mungkin layaknya seorang pencuri.

Dakk!! Prang!!

Suara benda berjatuhan mulai terdengar dari balik ruangan itu dan hampir membuat Dyeza berjengkit kaget dan berteriak jikalau saja ia tak menutup mulutnya dengan tangan.

Keringat dingin mulai bercucuran membasahi keningnya tatkala pintu besar ruangan itu mulai terlihat dan seolah menariknya untuk masuk. Dyeza mengumpulkan seluruh keberaniannya dan menarik napas dalam-dalam dan dengan tangan gemetar, ia membuka pintunya secara perlahan.

Pintu itu terbuka sebelum berderit kecil terlebih dahulu. Dan pemandangan didepannya langsung membuat mata Dyeza kompak melotot tak percaya.

----------------------------------------------
"Aku akan membunuhmu sekarang juga jika kau tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, Sean Millenix!" Asrein mendesis tajam dengan mata menatap nyalang yang tertuju kepada Pangeran Vampire ini.

"Wohoo, kau tak perlu mengancamku." Sean duduk dengan kaki menyilang sembari mengibaskan tangannya."Aku sudah kenyang mendengar berbagai ancamanmu yang bervariasi!"

Asrein mendengus kesal. Ia memang hanya mengancam karna tidak mungkin dirinya menghabisi Sean. Menghabisi lelaki ini hanya akan menambah masalah dan bisa memicu perang besar antara klan penyihir dengan klan vampire. Dan yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menahan emosinya yang mulai tidak stabil.

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang