25. Eagle and Paper

173K 16.6K 594
                                    

Baca please... 🙏🙏🙏

Kemaren banyak readers yang merasa bahwa saya gantungin mereka, padahal kan saya udah bilang kalo partnya itu nggak bisa disatuin sama part depannya. Nanti jadi panjang banget 😫

Alasan lainnya yaitu kalau saya update dua chapter sekaligus waktu itu, pasti kalian bakal komen hanya dichapter paling akhir, dan saya tidak suka. Sebab komentar kalian adalah ribuan semangat bagi saya. Bagi author lainnya pun saya pastikan juga sama seperti itu. Dan karna alasan itulah saya males kalau disuruh double up 😔.

Kalaupun selama ini kalian merasa digantung, maaf 🙏
Saya cuma takut kalau kalian akan bosen sama cerita ini dan melupakan kelima pangeran 😞. Saya cuma pengen membuat kalian penasaran dan tidak meninggalkan lapak ecek-ecek ini 😥.

Bukannya saya anti-kritik, cuman saya lagi kedatengan bulanan, mudah banget sensitif kayak cewek pada umumnya.

Udah itu aja cuap-cuapnya. Saya nggak marah kok, cuman kurang nyaman aja 😔.

Happy Reading!

----------------------------------------------
"Sedang apa kau disana? Dan ada apa dengan perutmu? Sakitkah?"

Dyeza hanya tersenyum kecil untuk merespon pertanyaan beruntun dari Raja Varlsyien yang sejak kapan sudah berada tepat diujung koridor. Ia menghampiri sang Raja dengan tangan yang masih memegangi perutnya.

"Cuma sedikit, nanti juga sembuh. Aku mencarimu sedari tadi, ayah!"

Mengernyit, Raja Varlsyien meraih tangan Dyeza dan membawanya duduk dikursi taman yang menghadap langsung ke sebuah kolam berukuran tidak terlalu besar maupun kecil.

Kolam itu dikelilingi oleh para angsa putih yang berkeliaran kesana kemari, ada yang sedang minum maupun tengah bermadu kasih. Bunga teratai bermekaran menghiasi riak air hijau kebiruan yang sinar matahari bisa menembus masuk saking jernihnya. Dan juga sama sekali tidak ada ikan ataupun makhluk lain didalamnya, namun itu tak mengurangi pesona keindahan kolam ini.

"Mau aku sembuhkan?"

Dyeza langsung menggeleng dengan cepat saat mendengar tawaran dari sang Raja. "Tidak perlu, ayah. Ini tidak terlalu sakit, lagipula aku tidak ingin merepotkanmu." ia berusaha mengulas senyum tipis.

Menghela napas, Raja Varlsyien bertanya "Baiklah. Tapi kenapa kau mencariku, nak?"

"Ini menyangkut masalah Yezra."

Senyuman lembut di wajah Raja Varlsyien mendadak lenyap dan kini wajahnya beralih menjadi sendu.

Dyeza menelan saliva-nya dengan kasar sembari mengeluarkan lukisan yang ia ambil tadi dari balik kantung jubahnya."Apa maksud dari semua ini?"

Raja Varlsyien merasa udara disekitarnya mendadak hilang saat matanya mengenali tulisan tangan siapa itu. Apalagi mengenai isinya, semua bayangan masa lalu kelam kembali menerjang otaknya. Suara-suara rintihan, tangisan,  dan teriakan terdengar memenuhi indera pendengarannya.

"Ayah? Ayah?" Dyeza mengibaskan tangannya dihadapan wajah Raja Varlsyien yang melamun dan terlihat semakin sendu.

Raja Varlsyien menghela napas berat sembari memalingkan muka, menatap lurus ke depan dengan pandangan setengah kosong. "Setahun setelah kematian Eleanor, keadaan dikerajaan perlahan mulai stabil. Aku mulai melanjutkan kembali tugas-tugas kerajaan yang tertunda. Tak lupa juga aku mulai memperhatikan kehidupan Eyden yang walaupun semua sudah terlambat, namun aku terus berusaha yakin bahwa suatu saat nanti Eyden akan memaafkanku."

Dyeza berdehem sekilas. Lidahnya terasa kelu saat Raja Varlsyien menyebut nama Eyden hingga otomatis membuatnya teringat kejadian seminggu yang lalu. Pengakuan cinta tak terduga dari Eyden yang sampai sekarang belum bisa ia jawab. Hatinya sendiri pun tidak tahu apakah ia mempunyai perasaan yang sama pada Eyden. Jika ia bilang 'iya', ia takut kalau itu cuma karna ia tidak ingin membuat Eyden kecewa. Tapi kalau ia jawab 'tidak", entah kenapa bibirnya sulit untuk mengucapkan kata itu.

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang