35. The Cafe

174K 15K 772
                                    

Tekan ⭐ sebelum membaca.
Tekan 💬 setelah membaca.

Happy Reading!

-------------------------------------------
Perasaan takut dan juga gelisah sepertinya tidak bisa jauh-jauh dengan Dyeza sekarang. Matanya menatap penuh khawatir tepat ke pintu kaca didepannya. Sambil berdoa didalam hati, tangannya perlahan terulur untuk mendorong pintu itu dan masuk ke dalam.

Tidak berubah. Tempat ini sama sekali tidak berubah sejak seminggu yang lalu. Tetap ramai pengunjung dengan kesibukan para pelayan yang melayani pesanan dari meja ke meja.

Dyeza termenung di depan pintu. Pikirannya kacau dengan bulir keringat dingin yang terasa membasahi keningnya. Jujur ia masih sangat ingin bekerja di cafe ini. Tapi mengingat ia tidak masuk selama seminggu lebih tanpa keterangan, sembilan puluh persen hatinya mengatakan ia pasti akan dipecat. Sulitnya, mencari pekerjaan dikota besar seperti Zurich itu sama sekali tidaklah mudah.

"Dyeza?"

Suara lembut itu menyentak Dyeza dari lamunannya. Reflek kepalanya menoleh ke sumber suara familier yang sudah seminggu ini tidak terdengar ditelinganya.

"Shienna?"

Shienna berjalan mendekati Dyeza dan membuat istri dari kelima pangeran itu merasa was-was

"Hei, kenapa kau malah berdiam diri disini? Ayo cepat ganti pakaianmu. Kau tidak ingin pak Devian akan marah dan memecatmu kan?" ucap Shienna santai dan membuat Dyeza mengerut bingung.

Kenapa Shienna bersikap seolah tidak terjadi apa-apa? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Apa kau dan pak Devian tidak mencariku dalam kurun waktu seminggu ini?" tanyanya heran.

Tak diduga, Shienna malah tergelak."Hei ada apa denganmu? Untuk apa aku mencarimu sedangkan kemarin pagi saja kita masih bertemu saat berganti shif."

Jujur Dyeza semakin tak mengerti. Jarinya menggaruk pelipisnya yang sama sekali tidak gatal. Apakah ini semua ulah para suaminya?

"Aku tidak membayar kalian untuk mengobrol! Dyeza cepat kau ganti pakaian dan kau Shienna cepat layani pengunjung! Atau kalian sudah bosan bekerja disini, hah?!" Pak Devian tiba-tiba datang dan langsung berkacak pinggang memarahi Dyeza dan Shienna.

Membuat kedua gadis itu tersentak kaget dan tanpa berpikir dua kali, mereka langsung lari menuruti perintah. Mengingat Pak Devian adalah pria pemarah yang tidak suka mengulang ucapannya, membuat kedua gadis itu tidak mau mencari masalah dan mempertaruhkan pekerjaan mereka.

Lima menit kemudian, Dyeza sudah rapi dengan pakaian khas pelayan yang berwarna biru dongker di cafe ini. Gadis itu mengikat rambutnya yang panjang dengan ikatan ala pony tail hingga memperlihatkan lehernya yang putih dan juga jenjang. Sama sekali tidak berniat untuk pamer, dia hanya merasa terganggu saat bekerja dengan rambut tergerai.

"Selamat pagi, tuan. Anda mau pesan apa?" tanya Dyeza sopan sembari mengulas senyum ramah kepada salah satu pengunjung.

Pengunjung lelaki yang berusia sekitar duapuluh tahunan itu menutup buku menu lalu menaruhnya dimeja."Beef Teriyaki, potato cheese, dan cappuccino latte."

Segera Dyeza mencatat pesanan lelaki berambut brunette itu dengan perasaan tidak nyaman. Bagaimana tidak? Dyeza bisa merasakan tatapan mata lelaki itu yang secara terang-terangan mengarah langsung pada lehernya. Apalagi seringaian mesum nampak terulas diwajah lelaki itu.

"Mohon tunggu sebentar. 10 menit lagi pesanan anda akan sampai." Dyeza segera memutar balik badannya dan dengan cepat bergegas menjauh menuju ke bagian dapur.

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang