31. Dyeza's Patience

168K 15.6K 1.1K
                                    

Yo!
Udah saya tepatin kan update hari minggu 😅

Tekan ⭐ sebelum membaca.
Tekan 💬 setelah membaca.

Happy Reading!

-------------------------------------------
"Bisakah kita bicara berdua?"

Badan Sean langsung berputar 180 derajat saat suara itu terdengar di indera pendengarannya. Senyuman merekah langsung tersungging dibibirnya saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Wohoo, adik ipar. Kenapa kau bisa ada disini? Lukamu sudah sembuh kah?" tutur Sean ceria. Tubuhnya kini bersandar di pilar koridor dengan salah satu kaki yang ditekuk. Tangannya sibuk merapikan rambutnya yang tertiup angin malam.

Mirip Zarel. Batin Dyeza saat melihat perilaku Sean yang mirip dengan Zarel yang suka merapikan rambut dan sangat memperhatikan penampilan. Hm, mereka seperti saudara kembar!

"Aku sudah tidak apa-apa. Asrein sudah mengoleskan salep dari tabib Han." Dyeza berusaha mengulas senyum walaupun terasa sangat sulit akibat pikirannya yang dipenuhi oleh Yezra.

Sean manggut-manggut dengan jari jempol dan telunjuk yang membingkai dagu kerasnya. Matanya melirik leher Dyeza yang putih tak bernoda, padahal tadi ada dua lubang kecil disana.

"Jujur aku kagum akan salep itu. Bisa aku order lima atau sepuluh? Tapi kalau tigapuluh juga tidak apa-apa. Lumayan bisa aku jual dibumi nanti. Satu salep 500 dollar, jadi aku akan bertambah kaya, Hahahaha"

Bibir Dyeza spontan terbuka sedikit saat mendengar penuturan Sean yang terdengar cukup konyol dan aneh. Tapi terlepas dari hal itu, kenapa Sean seolah lama tinggal dibumi?

Dyeza ingin bertanya, tapi segera ia urungkan. Ia tidak ingin membahas hal yang sama sekali tidak penting."Sudahlah. Aku menemuimu karna ada suatu hal yang harus aku tanyakan."

Alis Sean terangkat sebelah dengan lipatan-lipatan kecil di keningnya."What?"

Lagi, ucapan Sean membuat Dyeza merasa bingung. Kenapa lelaki ini bisa berbahasa inggris?

Angin malam yang dingin menusuk berhembus semakin kencang hingga membuat rambut panjang Dyeza beterbangan menutupi sebagian wajahnya. Tangannya sibuk menghalau rambutnya sebelum Sean tiba-tiba menarik pergelangan tangannya dan tanpa permisi menariknya menuju koridor paling pojok.

"Sean, apa yang kau--eh?"

Ucapan Dyeza terhenti ketika Sean membuka sebuah pintu tempat Yezra menghisap darahnya tadi dan langsung mendorongnya masuk.

"Anginnya terlalu dingin. Nanti kau bisa masuk angin. Kalau kau masuk angin, nanti aku yang disalahin. Kalau aku yang disalahin, aku tidak ikhlas lahir batin. Tidak percaya? Tanya saja pada suamimu."

Tangan Dyeza terulur memijit keningnya yang terasa pening saat mendengar ucapan Sean yang panjangnya seperti rel kereta. Ia kesini untuk mendapat sebuah jawaban, bukan malah mendengar omongan yang tidak penting.

"Lihat, kau pasti masuk angin kan? Aku bilang juga apa!" Gerutu Sean sembari menutup pintu.

"Aku hanya sedikit pusing, Sean." balas Dyeza setelah memutar bola matanya jengah.

"Pusing?" Sean mengernyitkan dahinya."Ah, pasti karna tidak kuat melihat ketampananku ini kan?" ucapnya pede dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

Sekali lagi Dyeza hanya memutar bola matanya."Ya ya ya, terserah kau saja!"

Jika dilihat dari ekspresi Dyeza, seharusnya Sean bisa tahu kalau gadis itu tengah kesal kepadanya. Namun dia adalah Sean Millenix. Lelaki yang mempunyai tingkat kepekaan dibawah rata-rata normal.

5 PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang