1.Kangen

13.4K 746 25
                                    

Motor Vespa itu berhenti di depan pagar rumahku. Pagar tinggi berwarna putih yang menutupi bagian depan rumah.

"Udah sampe," ujarnya sembari mematikan mesin motor.

Aku turun dari motor, berdiri di bagian samping kiri motor sembari menghela nafas dalam karena sudah saatnya kita mengucapkan perpisahan untuk malam ini. Besok, ia akan kembali pergi ke Bandung untuk melanjutkan semester enamnya di salah satu kampus negri terbaik di sana.

"Kamu kuliah yang serius, jangan nakal. Kalo bisa lulusnya 3,5 tahun biar aku ga kelamaan nunggu."

"Kamu juga dong. Biar cepet mapan," balasku yang ditanggapi dengan tawa kecilnya.

"Kakak tiri kamu udah balik ke Bandung?"

"Udah, kemarin sore."

Azrof mengangguk paham mendengar jawabanku.

Entah kebetulan atau bagaimana, tapi pria yang baru dinikahi mami dua tahun lalu memiliki anak perempuan yang usianya selisih dua tahun denganku dan sepantaran dengan Azrof. Bahkan mereka juga berkuliah di tempat yang sama. Sara memang pintar, persis seperti ayah tiriku. Kelebihannya dibagian hitung-hitungan membuatnya berhasil lulus tes tertulis di universitas terbaik Bandung. Sementara aku? Bisa lulus SMA saja sudah bersyukur.

"Jaga diri baik-baik ya, Zof. Jaga makan, jangan sampe sakit ga ada mama kamu di sana. Sempetin tidur sesibuk apapun kamu."

"Iya, Sayang. Kamu juga ya, jangan keseringan pulang malem kalo nongkrong. Ga ada aku yang bisa selalu jemput dan jagain kamu."

"Kan temen-temen cowo aku yang baik banyak,"

"Sebaik-baiknya mereka ke kamu, tetep aja mereka cowo dan kamu cewe. Kalo kamu diapa-apain gimana?"

"Apasih kamu ngomongnya! Ga boleh gitu. Mereka kenal aku dari jaman bau matahari. Apalagi si Alistair. Dari SMP udah bareng terus sampe sekarang,"

"Tapi kan sekarang ga sekampus."

"Iya sih, tapi dia ga berubah kok. Tetep baik sama aku,"

Azrof menghela nafas pasrah, "dibilangin sama yang tuaan malah ngeyel. Yaudah, intinya jaga diri. Aku percaya sama kamu kalo kamu perempuan hebat." Ia meraih satu tanganku dan mengusapnya lembut.

Tatapannya mengunci pandanganku. Rasanya aku sangat tidak rela ditinggal Azrof lagi setelah hampir sebulan bersama-sama dengannya karena liburan. Hubungan kami sudah berjalan selama tiga tahun lebih, ia senior paling tua sekaligus wakil ketua osis di SMA-ku. Setelah MOS selama seminggu, laki-laki jangkung dengan wajah turunan Australia dari kakeknya ini mendekatiku. Tidak butuh waktu lama untuk PDKT, sebulan saja cukup. Kami pun resmi jadian saat hari ulang tahun sekolah. Karena menjalin hubungan dengannya, atau memang penampilanku yang menarik, aku lumayan populer di sekolah. Tidak ada yang berani mengganguku terutama laki-laki ingusan yang seangkatan. Azrof dan teman-temannya persis seperti laki-laki trouble maker sekolah yang kalau jalan di koridor membuat siapa saja harus minggir dan memberi jalan. Dan karena aku berpacaran dengannya, maka selama sekolah aku aman. Bahkan saat Azrof lulus pun ia masih sering ke sekolah hanya untuk menjemputku atau nongkrong di kantin dengan teman-teman rusuhnya itu.

Walaupun ia adalah laki-laki nakal, tapi otaknya tidak menunjukan hal yang sama. Azrof dipilih jadi wakil osis karena ia juara bertahan kelas dan sempat mengikuti olimpiade sains tingkat nasional , meskipun hanya juara harapan. Kekasihku ini juga pernah menjabat menjadi leader di tim futsal sekolah, tapi hanya setahun karena ia lebih memilih osis dibandingkan ekskul.

Women's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang