26. Mengalah

3.8K 668 85
                                    

An: SENGAJA TARO DI ATAS BIAR DIBACA DULU.

Aku seneng banget karena yg komen banyak 😭 apalagi klo yg komennya curhat makin bahagia aku bacanya. Jadi silahkan curhat dikolom komentar karena aku dengan senang hati bacanya.

Aku minggu ini dan dua minggu ke depan akan sibuk UAS. Jadi takut gabisa update:( maap ya. Jdi aku update cepet hari ini.

Dah ah. Enjoy.

***

Tuk..tuk...tuk.

"Masuk,"

Aku memutar knop pintu dan mendorong pintu. Pak Setiadji duduk menghadap ke arahku dengan seorang pria yang duduk di hadapanya.

"Bapak panggil saya?" Tanyaku memastikan email dua hari lalu.

Pak Setiadji mengangguk. "Silahkan duduk," ujarnya mempersilahkanku duduk.

Aku melangkah menuju satu kursi kosong di hadapannya dan mendaratkan bokong di sana. Saat aku menoleh ke sebalah kiri untuk memastikan siapa tamu Pak Setiadji yang lebih dulu tiba ini, kepala itu juga ikut menoleh sehingga kini kita bertatapan.

Aku menghela napas dalam kemudian kembali menoleh ke arah Pak Setiadji. Sudah siap menerima semua cacian yang akan keluar dari mulut atasanku ini.

"Saya yakin kalian berdua tau alasan kenapa kalian saya panggil ke sini kan?" Mulai Pak Setiadji tanpa basa-basi.

Aku hanya mengangguk begitupun Ghani.

"Saya kecewa bukan main sama kalian berdua. Kalian adalah karyawan paling saya percaya di kantor, terutama kamu Ghani. Saya pikir dengan pindahnya kamu ke kantor cabang ini, keadaan kantor akan jauh lebih aman dan kondusif sehingga saya bisa lebih fokus pada kantor pusat. Nyatanya saya salah. Kedatangan kamu malah membuat keadaan kantor semakin tidak baik. Bagaimana bisa PM seperti kamu tidak terpikirkan tempat rapat dadakan? Kemana plan B seorang PM yang harus selalu disediakan? Hum? Jawab saya Ghani Surya?!"

"Maaf, Pak. Jangka waktu yang Bapak berikan untuk saya mengatur event besar seperti itu menurut saya kurang lama. Saya sendiri sebagai PM merasa keteteran, apalagi tim saya. Oleh sebab itu saya minta maaf sedalam dan setulus-tulusnya atas kekurangan saya dalam bekerja dan ketidakprofesionalan saya."

"Jadi salah saya?" Tanya Pak Setiadji dengan nada penuh penekanan. "Mereka datang ke kantor kita untuk merealisasikan acara mereka karena mereka percaya pada perusahaan ini. Mereka tau bahwa perusahaan EO terbaik adalah perusahaan ini. Hanya perusahaan ini yang memperkerjakan PM hebat  yang mampu membuat event sesuai keinginan klien. Dan apakah saya salah menilai kamu sebagai PM hebat itu, Ghani Surya?"

Ghani menunduk. Posisinya benar-benar terpojokan. Ia tidak berkutik sama sekali. Hal ini membuat jantungku berdegup kencang. Jika karyawan kebanggannya saja bisa disudutkan seperti itu, apa kabarnya aku? Tuhan, tolong Anna.

"Maaf Pak." Hanya kalimat itu yang berhasil lolos dari mulut Ghani. Aku yakin kepalanya sudah berasap karena memikirkan banyak kata untuk diucapkan tetapi tidak ada yang bisa ia keluarkan.

Pak Setiadji menghela napas sembari mengendurkan dasinya. Rahangnya mengeras, dan kepalanya terarah padaku. "Setelah bertahun-tahun kamu kerja di sini, saya baru saja mempercayakan kamu sebagai PM. Kerja kamu memang tidak ada yang salah, hanya lelet. Tapi saya masih bisa tolerir. Namun sikap bar-barmu yang tidak seharusnya dibawa ke kantor kenapa malah kamu tunjukan, Annastasia? Kamu pikir dengan bersikap seperti itu pada Ghani, semua  karyawan akan segan pada kamu?" Ia menggeleng-gelengkan kepala sembari mengusap brewok di rahang. "Tidak Anna. Kamu malah tampak rendah dan seperti tidak berpendidikan mengeluarkan umpatan seperti itu sembarangan."

Women's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang